Walking In Ngalam: Komunitas Pelopor Street Photography di Kota Malang

Komunitas ini cikal bakalnya berawal dari diskusi rutin tiap akhir pekan. Setelah itu, tercetuslah galeri online berupa www.walkingalam.com untuk menampung karya. Setelah pembentukan pertama oleh Andi Brata, Arif Furqan, Muhammad Iqbal, Ichwan Susanto, Donny Harry, dan Satrio Binusa pada Agustus 2012 lalu, WIN muncul kali pertama secara online.

Semenjak saat itu pihaknya mulai menyusun program, baik secara online maupun offline. Untuk yang kegiatan offline berupa diskusi rutin, workshop, serta pameran sebagai upaya pengarsipan kota secara visual melalui medium fotografi.

Co-Founder Walking In Ngalam Ichwan Susanto menyatakan, sebagai pelopor street photography di Kota Malang, mereka menggunakan galeri online yang merangkum foto-foto dokumenter, personal project, serta project bersama meliputi wilayah Kota dan Kabupaten Malang. Melalui website www.walkingalam.com, mereka berusaha mengumpulkan karya foto sebagai penanda perkembangan dan perubahan Kota Malang melalui pendekatan street photography.

“Kami juga banyak melakukan diskusi, workshop, serta kerja sama di bidang edukasi fotografi dan publikasi karya foto dalam bentuk buku dengan beberapa kolektif komunitas dan lembaga di Kota Malang,” kata pria yang akrab disapa Boljug ini.

Dari berbagai foto di website komunitas ini memang kebanyakan foto yang jadi objek adalah foto tentang aktivitas orang di jalanan. Mulai dari banjir, anak-anak yang sedang bermain di sudut kota, aksi demonstrasi, hingga aktivitas di ruang publik seperti di taman kota dan pasar. Di bawah foto yang diunggah, selalu tercantum nama fotografer yang merupakan anggota komunitas ini.

Boljug melanjutkan, hingga saat ini pihaknya telah membentuk sebuah komunitas serta berkolaborasi dengan para pencinta fotografi. Tidak hanya di Kota Malang, mereka juga melakukan diskusi dengan pelaku street photography di berbagai kota. Tujuannya untuk berdiskusi tentang street photography ala Indonesia.

Seiring dengan berkembangnya fotografi di Indonesia dan dunia, lanjut Boljug, Walking In Ngalam membuka diri dan tidak membatasi eksplorasi pada satu genre saja. Para anggota diberi kesempatan untuk mengasah pada bidang lain seperti publikasi buku foto, personal project, dan foto dokumenter.

”Makanya Walking In Ngalam sering kali berkolaborasi dengan berbagai macam komunitas untuk semakin memperkaya wacana fotografi,” kata dia.

Pria yang sehari-hari bekerja sebagai karyawan swasta itu mengungkapkan, sebelum dan setelah dibentuk pada Agustus 2012 lalu, pendiri Walking In Ngalam yang memang mempunyai kegemaran memotret tiap akhir pekan, telah melakukan berbagai macam kegiatan bersama berbagai komunitas.

”Meskipun pada waktu itu nama Walking In Ngalam belum terbentuk, tapi kegiatan yang kami lakukan telah menjadi manifestasi atas kegiatan-kegiatan selanjutnya yang kerap kami lakukan hingga saat ini,” bebernya.

Hingga kini, pihaknya telah melakukan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan fotografi. Di antaranya photo walk, diskusi foto, sharing dan presentasi personal project, program kuratorial, pendampingan pameran, pameran foto, kumpulan buku foto, workshop, serta berbagai kegiatan lain yang dilakukan secara kelompok maupun kolaborasi dengan komunitas lain.

Selain itu, ada juga diskusi dan bedah buku. Di antaranya Diskusi Street Photography Sunday Photo Forum pada 14 Oktober 2013 dan Community Endorsment on Photography Bandung pada 15 Maret 2016. Salah seorang pendiri lainnya, Muhammad Iqbal, menyatakan, kegiatan ini sebagai sarana edukasi fotografi gratis bagi masyarakat.

”Diskusi yang kami hadirkan meliputi materi tentang basic photography, fotografi dokumenter, jurnalistik, teori fotografi, presentasi personal project, serta diskusi buku fotografi,” bebernya.

Pewarta: Fisca Tanjung
Penyunting: Irham Thoriq
Foto: Walking In Ngalam

Sumber: Radar Malang

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *