Kondisi pendidikan di Maluku Utara selama ini dinilai masih belum merata. Masih banyak anak-anak hidup di daerah terpencil belum merasakan akses pendidikan layak.
Kondisi ini yang mendorong para anak-anak muda Maluku Utara yang peduli terhadap pendidikan untuk membentuk komunitas 1000 guru regional di Malut. Tujuannya untuk membantu mendidik anak-anak di daerah terpencil tersebut.
Setelah dibentuk pada 14 Januari 2017 lalu, komunitas yang berisi anak-anak muda dari berbagai profesi itu, tanpa menunggu waktu lama untuk memenuhi janjinya. Para anggota komunitas itu, langsung terjun berbagi kebahagiaan serta menumbuhkan motivasi belajar di berbagai sekolah di daerah terpencil.
Pipit Aprilia Susanti, Sekretaris 1000 Guru Regional Maluku Utara mengatakan Komunitas ini awal dibentuk melalui orang-orang yang peduli terhadap pendidikan di Maluku Utara.
“Awalnya komunitas ini dibentuk atas dasar persamaan persepsi. Jadi, pada pertemuan saat itu masih terhimpun beberapa anggota saja. Dan pada akhirnya disepakati untuk membentuk komunitas yang mengarah pada dunia pendidikan. Maksud dan tujuan kita, ingin membukakan wawasan dan mewujudkan cita-cita anak-anak di daerah,” jelasnya.
Ada berbagai kegiatan yang dilakukan oleh Komunitas 1000 Guru Malut ini. Kegiatan utama mereka yakni mengirimkan sejumlah pengajar muda yang terhimpun dalam komunitas itu ke daerah-daerah terpencil di Malut. Salah satu yang membuat komunitas ini berbeda adalah konsep traveling and teaching-nya.
“Jadi, konsep inilah yang kami pakai, selain mencari petualang baru, kami juga mencari sekolah yang memang masih jauh dari ketertinggalan. Tapi yang kami fokus masih di SD dan di daerah terpencil saja,” katanya.
Saat terjun ke lapangan, komunitas tersebut melihat pembangunan pendidikan masih belum merata. Hal inilah yang menjadi dasar tujuan Komunitas 1000 Guru ini dibentuk untuk memeratakan pendidikan hingga ke daerah terpencil.
“Jadi nama 1000 guru ini maknanya, jangan berikan kami 1000 bangunan, tapi berikan kami 1000 guru. Jadi maksudnya, selama ini pemerintah hanya kejar sektor pembangunan saja. Sekolah dibagusin, tapi pendidikan masih jauh dari harapan. Ini yang jadi problem,” terangnya.
Selain menggelar kegiatan belajar-mengajar bagi anak-anak, komunitas ini juga memberikan bantuan kelengkapan sekolah, seperti alat-alat sekolah dan bantuan uang pembangunan.
Pipit mengaku bahwa traveling and teacing yang dilakukan komunitas ini hanya di akhir pekan saja.
“Setiap Sabtu kami lakukan tour, tapi sebelum kunjungan kami survei dulu sekolah mana yang jadi target kami,” ungkap Pipit.
Traveling and Teaching yang sudah dilaksanakan komunitas tersebut di antaranya di SD Awer Mahanaim Kecamatan Sahu Timur Kabupaten Halmahera Barat, SDN Talasi dan SDN Todapa Kecamatan Oba Kota Tidore Kepulauan. “Jadi, bukan hanya traveling and teaching saja, tapi kami juga berikan bantuan kepada anak-anak, baik dalam bentuk alat sekolah hingga seragamnya,” tuturnya.
Puput menceritakan bahwa sekolah yang dikunjungi komunitas tersebut, sungguh sangat menyayangkan. Sekolah tersebut masih butuh perhatian pemerintah untuk bisa memajukan pendidikan di sekolah itu.
“Miris sekali, motivasi anak-anak untuk bersekolah sangat tinggi, namun sarana dan prasarana yang tersedia masih jauh dari harapan. Gurunyapun seerba terbatas,” kisah Pipit.
Pipit menambahkan bahwa setelah melakukan traveling dan teaching di sekolah target, anggota komunitas juga langsung menginap di sekolah tersebut.
“Kami harap komunitas ini bukan lawan bagi pemerintah, namun kami berharap pemerintah dapat lebih memperhatikan pendidikan di daerah terpencil,” harapanya.
Pipit menambahkan bagi anak-anak muda yang berminat untuk masuk di komunitas tersebut, pintu terbuka lebar.
“Tapi kami tetap seleksi, kami tidak mau komunitas ini hadir karena berbauh politik. Kami harap komunitas ini independen yang dapat memberikan manfaat bagi pendidikan di Maluku Utara,” pungkasnya.
Sumber: JPNN (Abd Yahya Abdullah, Ternate)