Komunitas Oaksara: Komunitas Baca yang Punya Misi Peduli Lingkungan

Walaupun masih remaja dan rata-rata siswa SMA, anggota komunitas ini sadar pentingnya literasi bagi kehidupan. Berdiskusi dan membaca jadi agenda rutin. Namun selain itu, mereka pun bermisi menjaga lingkungan.

Meski hari Minggu (28/1), anak-anak usia SMA itu malah asyik berdiskusi di atas trotoar. Di acara car free day (CFD) Pare itu, mereka sekaligus melapak buku-buku yang bisa dibaca oleh umum. Makanya, sebagian tampak sibuk melayani pengunjung yang antusias membaca. Kumpulan anak-anak muda gemar membaca ini adalah Komunitas Oaksara.

Bila para pegiat literasi kebanyakan mahasiswa, di komunitas ini tidak ada anak-anak kuliahan. Mereka rata-rata masih seusia SMA. “Kebanyakan anggota kami ya seumuran SMA mas. Ada yang di SMAN 1 Plemahan, SMAN 1 Kandangan, hingga dari SMAN 1 Puncu,” terang Wanda Hamida, ketua Komunitas Oaksara.

Gadis yang juga siswa kelas XI Sosial-3 SMAN 1 Plemahan ini menerangkan, kegiatan rutin CFD setiap minggu itu memang melapak buku koleksi anggota Oaksara. Siapapun bisa membaca di tempat. Bahkan boleh meminjam.

“Kita ingin mempermudah akses warga Mas,” ungkap gadis asal Desa/Kecamatan Badas ini.

Demi mempermudah peminjaman, Wanda menerangkan, tidak mewajibkan memberi KTP sebagai jaminan. Namun cukup hanya mengisi nama, tanda tangan, tulis judul buku yang dipinjam, lalu menulis contact person. Semua orang bisa pinjam.

“Kalaupun sampai tidak ada contact person pula, peminjam kita foto saja sudah cukup,” ungkap gadis kelahiran 10 Maret 2001 ini.

Wanda menambahkan, komunitas yang berdiri 9 Desember 2017 itu kini sudah beranggota 15 siswa SMA. Awalnya dari anak-anak muda yang suka membaca. Kemudian dari jaringan teman ke teman, mereka berkumpul dalam komunitas ini. “Kita saling ajak teman Mas. Akhirnya walaupun berbeda sekolah, bisa bertemu di sini,” ujarnya.

Semula, pertemuan pertama mereka belum berniat membuat komunitas. Namun awalnya lantaran bersepakat menggalang dana untuk korban penggusuran proyek bandara di Kulonprogo, Jogjakarta. Saat itu, mereka ingin pergi ke sana untuk menyerahkan donasi. “Tapi dari kita ada yang pro dan kontra Mas. Karena kita masih SMA dan harus dapat restu orang tua,” kenang Wanda.

Maka niat ke sana pun urung. Dari situ, baru tebersit membentuk komunitas yang bisa jadi wadah berliterasi, seperti menggalang buku hingga berdiskusi berbagai problem.

Selain melakukan berbagai diskusi. Ternyata mereka yang masih SMA mendiskusikan terkait aktivis mahasiswa 1960-an Soe Hok Gie yang terkenal dengan bukunya berjudul Sang Demonstran itu. “Selain kita melapak buku dan mendiskusikan buku. Kita juga ada agenda seperti pungut sampah bersama,” ujar Muhammad Ikhwan, anggota Oaksara.

Siswa SMAN 1 Puncu ini menerangkan, pungut sampah itu biasanya setelah melapak. Lokasinya di setiap sudut CFD. Ini karena mereka tahu setelah CFD sampahnya menggunung. “Tetapi kegiatan pemungutan sampah ini belum secara maksimal kami jalankan,” ungkapnya.

Ikhwan mengaku, mereka kurang konsisten karena kebanyakan anggota Oaksara adalah pelajar kelas XII SMA. Sehingga sehabis ngelapak buku, ada yang tidak sempat ikut memungut sampah. Mereka harus pulang untuk mengikuti bimbingan belajar (bimbel) persiapan unas. “Kita masih akan regenerasi Mas, agar setiap agenda bisa terlaksana semua termasuk rutin pemungutan sampah ini,” ujarnya.

Muhammad Ridwan, anggota Oaksara, juga mengaku, hampir 85 persen senang kegiatan alam. Sehingga konsep pemungutan sampah ini pun bertujuan menjaga lingkungan alam sekitar. Tidak hanya itu, kerap dari mereka suka membaca sambil melihat keindahan alam. Sehingga tidak jarang anggota membawa hammock untuk diikatkan di pohon terdekat. “Ya kita suka membaca dengan suasana alam Mas, sambil duduk di hammock serasa nyaman gitu bacanya,” ungkap pelajar SMAN 1 Puncu ini.

Sumber: JAWA POS (MOH. FIKRI ZULFIKAR) 

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *