Ecobrick menjadi satu solusi permasalahan banyaknya sampah plastik yang tidak bisa terurai selama ratusan tahun. Untuk itu, sejumlah komunitas pecinta lingkungan melakukan kampanye pemanfaatan limbah plastik ini dengan metode ecobrick.
Kampanye dengan tajuk Aksi Bersih Sampah ini diikuti oleh puluhan orang dari Rumah Belajar Sangkanparan, Forum Komunitas Hijau (FKH), Gerakan Anti Sampah (GAS), Gerakan Citanduy Lestari, Gerakan Ecobrick Cilacap, Sekolah Alam Cilacap, Bank Sampah Mandiri, Komunitas Mengkaji Pustaka, Cilacap Punya Karya dan pelajar prakerin Sangkanparan dari Kebumen, Majenang dan Banjarnegara. Aksi ini dilakukan di Desa Tritih Lor Kecamatan Jeruklegi, Minggu (4/3) kemarin.
Pemrakarsa Gerakan Ecobrick Cilacap, Aris Sukoco mengatakan sampah plastik tidak bisa diurai selama ratusan tahun. Tentu saja, hal ini bisa menganggu keberlangsungan ekologi lingkungan.
“Melalui ecobrick ini menjadi upaya penyelamatan bumi dari ancaman plastik yang memang tidak bisa terurai bahkan sampai ratusan tahun lamanya,” ujarnya.
Ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan pada aksi kemarin, diawali dengan menyusuri desa sambil mengumpulkan sampah-sampah plastik. Lantas dikumpulkan dengan karung-karung. Sebelum diolah, sampah plastik yang terkumpul dijemur hingga kering.
Setelah kering barulah praktik pemanfaatan sampah dengan metode ecobrick dilakukan. Sampah-sampah plastik dimasukan ke dalam botol-botol sampai benar-benar penuh. Selain itu juga ada praktik pemanfaatan ecobrick ini menjadi berbagai kebutuhan, seperti tempat duduk, bangku, tempat sampah, dan lainnya.
Ketua Forum Komunitas Hijau Kabupaten Cilacap Slamet Riyadi mengatakan, selama ini Indonesia merupakan negara ke-2 penyumbang sampah plastik terbesar di dunia. Tidak sedikit satwa atau binatang mati karena sampah plastik.
“Kampanye ini akan terus kami sebarluaskan kepada masyarakat, agar bisa menjadi motivasi bagi masyarakat untuk terus menjaga lingkungannya tetap bersih dari sampah plastik,” katanya.
Aksi semakin menarik, karena masing-masing komunitas berbagi pengalaman-pengalaman menarik. Sembari menikmati suguhan hasil bumi, singkong, ketela, kacang dan pisang dan alunan musik akustik dari para komunitas yang hadir.
Sumber: Satelit Post (Renny Tania)