Komunitas Sutasoma: Giatkan Kembali Pembelajaran Bahasa Jawa Kuno

Tak banyak komunitas berbasis budaya yang tumbuh dan berkembang meneguhkan kembali budaya leluhur. Salah satu komunitas yang tak banyak adalah komunitas Sutasoma. Sesuai namanya yang diambil dari pujangga lama, komunitas Sutasoma bergerak di bidang pembelajaran budaya, khususnya bahasa Jawa Kuno.

Komunitas Sutasoma yang berdiri sejak 2012 ini menitikberatkan pada pembelajaran bahasa Jawa Kuno yang kini mulai pudar dan teramat jarang diajarkan di bangku-bangku sekolah.

“Komunitas Sutasoma ini berdiri pada 2012 karena prihatin dengan kondisi bahasa Jawa Kuno yang banyak dipelajari oleh warga asing, sementara warga kita sendiri tidak pernah tahu atau bisa membacanya,” kata A’ang Pambudi Nugroho dari komunitas Sutasoma yang ditemui saat mengajar membaca bahasa Jawa kuno di Lamongan di acara Jambore Komunitas Seni dan Budaya se-Jatim di Gedung Handayani, Disparbud Lamongan.

A’ang menuturkan, banyak prasasti yang ditemukan di Indonesia menggunakan bahasa Jawa kuno, tapi masyarakat sendiri tidak paham apa dan bagaimana membaca tulisan-tulisan yang terpahat di banyak prasasti tersebut. Di sekolah pun, kata A’ang, belum ada pelajaran Jawa kuno ini.

“Kami lebih banyak menggali atau membaca naskah sebuah prasasti untuk menggali nilai-nilai budayanya untuk ditanamkan di jaman sekarang, jadi tidak hanya untuk sekedar dibaca atau ditulis saja,” tutur A’ang.

Aang mengaku proses pembelajaran yang mereka lakukan selalu berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Komunitas yang berasal dari Kediri ini mengaku selalu berpindah tempat mengajar sesuai jadwal yang ada atau memang ada panggilan untuk belajar di tempat-tempat lainnya.

“Kami selalu berpindah-pindah, sesuai kebutuhan,” tutur A’ang yang memiliki mimpi untuk bisa memasukkan bahasa Jawa kuno ke dalam mata pelajaran sekolah ini.

Siapa saja siswa pembelajaran membaca dan menulis huruf Jawa kuno ini? A’ang menuturkan jika siswanya berasal dari berbagai kalangan. Mulai dari siswa sekolah dasar hingga sekolah menengah, mahasiswa, bahkan guru dan dosen juga menjadi siswa komunitas ini.

Bahkan, komunitas ini sekarang juga menjalin kerjasama dengan sebuah perguruan tinggi di Ponorogo untuk mengajarkan bahasa Jawa kuno yang diambil dari prasasti kuno untuk diambil nilai-nilai budayanya.

“Yang paling berkesan selama mengajarkan membaca dan menulis huruf Jawa kuno saya dapatkan ketika menterjemahkan prasasti yang ada di Ampelgading Malang, karena di prasasti dari abad 15-an ini lengkap mengajarkan tentang darma dan ganjaran setiap perbuatan manusia,” akunya.

A’ang menuturkan, anggota komunitasnya memang tak banyak, yaitu hanya 10 orang. Namun, dari 10 orang ini selalu menjalin kerjasama dengan komunitas-komunitas lain yang bergerak di bidang budaya yang ada di seluruh Indonesia untuk mengajarkan membaca dan menulis Jawa kuno ini.

“Anggota kami menyebar dan anggota komunitas lain juga menjadi anggota komunitas kami, kami tidak membatasi anggota untuk harus di komunitas kami saja,” ujar A’ang yang menyebut hal ini dilakukan untuk lebih menyebarkan Jawa Kuno di banyak tempat.

Banyaknya bahan terjemahan bahasa Jawa kuno, membuat komunitas Sutasoma ini juga berniat untuk membukukannya menjadi sebuah karya. Namun karena terkendala waktu, selama ini mereka hanya bisa menuliskan di sejumlah jurnal budaya.

“Untuk saat ini, kami sedang menyiapkan silabus pembelajaran di kampus dan juga tengah melakukan penelitian sebuah prasasti di Madiun,” paparnya.

Untuk Lamongan, A’ang mengaku antusiasme mereka cukup tinggi. Pasalnya, saat proses pembelajaran ini dilakukan, ternyata tidak hanya orang dewasa dan mahasiswa, tapi pelajar juga tertarik untuk belajar bahasa jawa kuno. Saat di Lamongan, komunitas Sutasoma ini belajar membaca sebuah prasasti yang terpahat pada sebuah lonceng kuno.

“Secara sekilas, ini menceritakan tentang lonceng yang dibuat pada tahun 1277 yang diperdagangkan dan dipesan khusus oleh seseorang,” jelas A’ang menjelaskan lonceng yang tertera huruf dan kata-kata dalam bahasa Jawa Kuno.

Sumber: DETIK

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *