Rampok Plastik: Aksi “Kriminal” Demi Lingkungan Yang Lebih Baik

Sampah plastik memang menjadi isu yang sensitif untuk lingkungan. Peminimalan sampah plastik terus dilakukan oleh aktivis dan komunitas lingkungan. Komunitas lingkungan ini melakukannya di Surabaya.

Komunitas ini melakukannya di Taman Bungkul. Setiap orang yang membawa tas plastik mereka dekati, mereka minta tas plastik itu. Mereka hanya minta tas plastiknya saja, tidak isinya. Tas plastik itu lantas mereka tukar dengan green bag.

Komunitas ini menamai gerakan mereka ‘Rampok Plastik’. Setiap orang yang membawa tas plastik, mereka rampok plastiknya dan sebagai gantinya mereka memberikan green bag yang tentu saja lebih ramah lingkungan.

“Kami sudah memulai ini sejak 2011. Ini sudah lama dan sudah sering kami lakukan. Rampok plastik ini salah satu bentuk sosialisasi sampah kita,” ujar Wawan, ketua komunitas lingkungan ini, di Taman Bungkl, Minggu (4/3/2018).

Sosialisasi sampah yang ia cetus ini tidak bergantung pada waktu dan tempat. Hani Ismail (30) pengurus komunitas mengatakan bahwa Taman Bungkul menjadi tempat yang strategis. Terlebih pada hari minggu saat banyak masyarakat datang berkunjung.

“Kami adakan di bungkul, tiap hari minggu karena di sini tempatnya orang berkumpul Jadi kita adakan di sini juga.” kata Hani.

Hani mengatakan bahwa kegiatan ini sudah sering dilakukan. Baik itu dari tempat publik seperti mal hingga sekolah-sekolah. Hingga saat ini, sudah tidak terhitung banyak buah green bag yang telah ditukarkan dengan hasil ‘rampokan’ komunitas ini.

“Wah udah nggak terhitung. Kami juga nggak hitung rata-ratanya sih. Tapi paling banyak yang pernah kami tukarkan itu 500 buah tas dalam sekali jalan.” ujar Hani.

Dengan memberikan unsur kriminal dalam nama sosialisasi ini, komunitas lingkungan ini ingin memberikan kesan pentingnya isu sampah plastik. Bagi komunitas ini, sampah plastik sudah menjadi isu urgent, yang sudah tidak dapat ditoleransi lagi.

“Ya, memang sengaja. Istilahnya kami mau mengedukasi masyarakat bahwa ini sudah genting. Sudah saatnya kita sadar,” ujar Hani

Namun penamaan yang unik ini juga menimbulkan konsekuensi yang bahaya. Bukan saja dari penamaannya, tetapi eksekusinya yang belum tentu bisa diterima semua orang. Hani mengakui bahwa 1 dari 10 orang yang didatangi akan bersikap apatis dan kaget dengan sosialisasi macam ini.

Walaupun begitu, hal ini kerap menjadi sebuah cerita lucu bagi komunitas ini sendiri. Seperti yang diceritakan Melda Nurfianti (22), salah seorang relawan yang ia pernah didatangi polisi karena melakukan sosialisasi tersebut.

“Dulu itu pernah, sampai didatangi polisi. Ada juga yang langsung menolak, kiranya kami mau ambil tasnya sama isi-isinya,” terang Melda sambil tertawa lepas.

Namun rupanya sosialisasi ini bisa diterima baik oleh masyarakat. Salah seorang pesepeda yang melewati tempat komunitas ini berkumpul malah tertarik mendengarkan penjelasan sosialisasi rampok plastik oleh komunitas ini. Kusworo (39) mengatakan bahwa sosialisasi ini hal yamg bagus untuk menyadarkan masyarakat dalam melestarikan lingkungan.

“saya kira ini bagus, dengan begini kita disadarkan untuk menjaga lingkungannya.” kat Kusworo.

Sumber: DETIK

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *