Lovely Pink Solo: Berikan Penguatan dan Pendampingan Untuk Pengidap Kanker

Penyakit kanker masih menjadi salah satu momok paling menakutkan di Indonesia, bahkan dunia. Inilah yang mengawali terbentuknya komunitas Lovely Pink Solo. Keberadaan wadah ini untuk saling bertukar informasi dan menguatkan antar penderita kanker payudara.

Minggu (29/4) merupakan hari jadi komunitas Lovely Pink Solo (LPS) kedua. Tidak ada kesan mewah dalam perayaan di Pendapa Balai Kota Surakarta tersebut. Yang terlihat hanyalah sejumlah kumpulan orang yang didominasi oleh ibu-ibu parobaya berkegiatan bersama.

Tapi, jika diperhatikan dengan seksama, ada yang membuat komunitas ini berbeda dari komunitas lainnya. Mengingat, 90 persen anggotanya merupakan orang-orang yang terdiagnosa kanker payudara.

“Kami ini adalah komunitas penyintas (orang yang mampu bertahan hidup dari kondisi tertentu, Red) kanker. Hanya ada beberapa orang sehat yang biasa kami sebut pendamping,” terang Ketua Lovely Pink Solo, Dyah Retno Sulastri, 46.

Meski sudah ditegaskan bahwa mereka penderita kanker, tak sedikit pun rasa lelah tergambar di wajah mereka. Ternyata, ratusan orang yang berkumpul hari ini adalah mereka yang bisa menaklukkan penyakit tersebut.

“Komunitas ini dibentuk memang untuk saling menguatkan antarsesama pengidap kanker. Dan yang paling penting untuk bertukar informasi yang paling sahih soal penanganan kanker,” beber dia.

“Kami senasib. Saling akrab saat antre periksa di ruang tunggu. Kami saling bertukar informasi dan menguatkan. Akhirnya terbentuk Lovely Pink Solo pada 12 April 2016 lalu,” kata Dyah.

Awalnya, anggotanya sangat terbatas. Tapi sekarang jalinan kepedulian antarsesama komunitas makin tinggi dengan 300 lebih anggota dari eks Karesidenan Surakarta hingga sebagian Jawa Timur.

Dyah pun sedikit menceritakan pengalaman pribadinya sebagai pengidap kanker. Oktober 2017 lalu merupakan saat yang cukup menghantam dirinya saat mengetahui bahwa dirinya merupakan pengidap kanker.

“Awalnya itu saya merasakan ada benjolan di payudara saya. Saya bilang suami dan langsung diantar chek up di rumah sakit. Saya langsung minta dirujuk ke onkologi agar langsung bisa diketahui apa benjolan tersebut.,” beber dia.

Setelah dipastikan benjolan itu adalah tumor, dirinya langsung meminta dirujuk ke patologi agar diketahui bahwa tumor tersebut berbahaya atau tidak. Beberapa hari kemudian, dirinya dipastikan memiliki kanker pada salah satu bagian payudaranya.

“Setelah terdiagnosa saya merasa bagai bumi ini runtuh menimpa saya. Saat salat Magrib, saya menangis sejadi-jadinya. Saya berdoa dan akhirnya teringat suami dan anak-anak saya. Makanya saya harus berjuang. Eh,, selepas Isya saya sudah plong,” kata Dyah.

Sejak saat itu berbagai pengobatan panjang dan melelahkan dia jalani. Untuk kemoterapi saja dirinya harus jalani delapan kali penanganan. Belum lagi ditambah proses radiasi selam 30 kali. Bahkan hingga hari ini dirinya masih mengonsumsi beberapa jenis obat-obatan untuk diminum.

“Intinya jika bisa tertangani sejak dini pastinya tak akan begitu banyak efek sampingnya. Kami buktinya. Kami terima penyakit ini. Memiliki semangat untuk sembuh dan bisa kembali dengan orang-orang tercinta kami. Ini yang coba kami bagi buat masyarakat banyak,” imbuh dia.

Jika tertangani dengan baik, kanker bukanlah sesuatu yang harus ditakutkan. Sudah banyak orang yang selamat dari kanker. Ini bisa dijadikan motivasi untuk terus maju. Di tahun kedua ini, Lovely Pink Solo ingin menggandeng banyak pihak untuk menggelar berbagai kegiatan edukasi soal kanker payudara. Pihaknya ingin agar kanker bukan menjadi sebuah hal tabu untuk diperbincangkan, mengingat melalui perbincangan terkadang solusi bisa ditemukan.

“Yang jelas, kita tak perlu takut saat kita menjadi gundul saat kemoterapi berlangsung, dan tak perlu takut dengan berbagai proses penyembuhan lainnya seperti operasi dan lainnya,” tutup Dyah.

Sumber: RAKYAT JATENG

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *