Di tengah-tengah keresahan masyarakat akan vandalisme, Halfway Street Connection berusaha menepis anggapan buruk tentang seni jalanan. Sebuah komunitas seni jalanan yang menjadi wadah belajar menggambar di tempat yang tepat. Seni jalanan tentu berbeda dengan vandalisme. Jenis seni ini bertujuan untuk memperindah, bukan merusak pemandangan.
Halfway Street Connection (HSC) terbentuk berawal dari nama gerai baju yang menjadi tempat nongkrong anak-anak muda. Komunitas ini digagas oleh Rudiyat Nide dkk. Berlatar belakang sebagai street artist desain lukis denim, Ia berinisiasi membentuk wadah untuk belajar seni lukis agar tidak sekadar corat-coret di jalanan.
Bertempat di Kato Mas, Tigaraksa, komunitas ini adalah alternatif berkumpulnya pegiat seni jalanan di Kabupaten Tangerang. Sampai sekarang, lebih dari 25 orang belajar bersama seni jalanan di sini.
Setiap personilnya memiliki kesibukan lain, tidak terpatok pada kegiatan komunitas. Ada yang bekerja di pabrik, kuliah, dan bahkan ada juga yang masih duduk di bangku sekolah. Mereka juga memiliki keahliannya masing-masing. Karena memang banyak jenisnya, dari mulai seni tato, mural, grafiti sampai menyablon.
Saya sempat menikmati beberapa hasil karya mereka di YouthFest, perayaan HUT Kabupaten Tangerang. Mereka membuka stand di acara tersebut. Beberapa karyanya yang unik dan menarik terpampang di stand mereka. Yang menarik perhatiian saya adalah lukis baju dengan cat sablon secara manual tanpa cetakan.
Respon masyarakat juga positif. Banyak yang menyukai hasil karya mereka. Terutama karya yang memperindah pemandangan di pinggir jalan. Tapi ada juga yang menganggap bahwa kegiatan mereka itu vandal. Yah, terutama mereka yang belum mengenal mereka. Ini adalah persoalan mengubah pandangan bahwa kegiatan mereka patut diapresiasi. Dengan daya juang kreatifitas Komunitas HSC ini, anak-anak muda akan lebih tahu dimana mereka bisa menyalurkan hobi dan minat nya dalam dunia seni corat-coret di jalanan.
Rencananya, HSC akan mengadakan berbagai macam acara dimulai dari Battle Gambar sampai Street Jamming.
Saya berharap Pemerintah mendukung dengan cara menyediakan ruang berekspresi untuk komunitas seperti HSC dan yang lainnya. Serta tidak lupa memberdayakan generasi muda seperti mereka. Karena karya akan terus mengalir kalau tetap dilestarikan dan dibudayakan. Tentu, penerusnya adalah anak muda.
Sembari minum kopi dan kretek, saya mendengar harapan salah satu anggotanya, ”semoga HSC tetap solid dan memiliki legalitas tersendiri. Serta masyarakat lebih bisa jeli membedakan lho ya, seni jalanan dan vandalisme. Kita ini menggambar bukan asal sekedar corat-coret tidak jelas”.
Sumber: Baca Tangerang