Komunitas KeMANGTEER (KeSEMaT Mangrove Volunteer) Jakarta kembali menyelengarakan Kegiatan Tanam dan Pelihara Mangrove (KETAPEL) untuk kedua kalinya di Pesisir Marunda, Minggu, 29 Juli 2018 kemarin. Kegiatan penanaman mangrove itu diikuti oleh ratusan peserta dari berbagai komunitas di Jabodetabek.
Sebelum memulai penanaman, komunitas yang meraih penghargaan Greenitiative Challenge 2018 ini mengajak peserta untuk melakukan pembersihan sampah di pesisir Marunda. Belasan karung berisi sampah plastik berhasil dikumpulkan dalam waktu kurang dari 2 Jam. Peserta tampak antusias mengambil sampah di dalam lumpur sedalam setengah meter. Terik matahari juga tidak memutuskan semangat peserta Ketapel untuk mengumpulkan sampah plastik yang mayoritas berasal dari sampah rumah tangga.
Kegiatan bersih-besir pesisir dilanjutkan dengan penamanan mangrove. Sebelum penanaman, Peserta Ketapel terlebih dahulu dilatih tentang tata cara penanaman mangrove (Rhizophora) yang benar. Bibit mangrove harus ditanam dalam lubang tanam sedalam 10-15 cm. Setelah itu, bibit mangrove harus diikat pada bilah (ajir) bambu yang ditancapkan untuk menjaga dari terpaan ombak dan gelombang pasang air laut.
Ketua KeMANGTEER Jakarta, Nathasi Fadhlin mengatakan Ketapel merupakan agenda rutin Kemangteer yang digelar secara berkala. Dalam kegiatan ini, Kemangteer juga berkolaborasi dengan beberapa komunitas seperti Generasi Warbyasak, Batavia Drone Community, serta kelompok relawan pencinta lingkungan di Jakarta.
Menurut Nathasi, keberadaan hutan mangrove sangat dibutuhkan, apalagi bagi wilayah pesisir seperti Jakarta. “Hutan mangrove ini nantinya akan berfungsi sebagai penunjang ekosistem biota laut serta jadi tameng dari banjir rob atau tsunami,” jelasnya.
Nathasi menambahkan fungsi utama mangrove yakni sebagai green belt atau sabuk hijau penahan abrasi. Menanam mangrove atau bakau di daerah pesisir dapat menjaga garis pantai agar tetap stabil. Selain iu, tanaman ini juga mampu mengolah limbah dan memelihara kualitas air. Keberadaan mangrove juga dapat meningkatkan kuantitas ikan di pesisir. Mangrove dimanfaatkan ikan-ikan sebagai tempat pemijahan, mencari makan, pengasuhan, dan pertukaran nutrisi.
Kemangteer berharap kegiatan penanaman mangrove seperti ini dapat terus terus dilakukan sehingga menjadikan gerakan menanam mangrove sebagai gaya hidup. “Kami berharap semakin banyak anak muda yang tertarik untuk aktif dalam budidaya mangrove. Sebab dengan menjaga ekosistem pesisir secara langsung kita juga menjaga bumi kita,” tutupnya. (*)