Orang yang memiliki kekurangan fisik atau cacat biasa dipandang sebelah mata. Sebab, mereka dianggap tidak mampu melakukan aktifitas layaknya orang dengan fisik yang normal.
Namun, berbeda halnya dengan Komunitas Disable Motorcycle Indonesia (DMI) Surabaya. Sekelompok orang dengan penyandang disabilitas ini mampu menunjukkan, bahwa mereka bisa melakukan apa yang bisa dilakukan oleh orang dengan fisik normal.
Terbentuknya DMI ini sendiri berawal dari pertemanan dua orang penyandang disabilitas, yang sama-sama mengendarai motor roda 3.
Adalah Suntoro Danny (39) bersama temannya yang berasal dari Sidoarjo yang berkeinginan untuk menyatukan para penyandang disabilitas agar bisa saling berbagi dan mengadakan berbagai kegiatan positif.
“Akhirnya kami berdua membuat Komunitas DMI Surabaya ini. Kami ingin menunjukkan bahwa kita mampu seperti orang normal lainnya. Tidak boleh merasa minder dan malu dengan apa yang kita miliki,” ujar Ketua DMI Surabaya, Suntoro Danny.
Danny mengatakan, dalam Komunitas ini berbagai kegiatan positif seperti saat bulan ramadan selalu dilakukan. Kegiatan berupa bagi-bagi takjil, sahur on the road dan buka bersama dengan anak yatim piatu, contohnya.
“Selain itu juga kami mengadakan kopdar (kopi darat) setiap seminggu sekali. Biasanya di KBS atau di sekitar Jalan Darmo Surabaya. Bakti sosial juga kita lakukan, kegiatan apapun yang berbau positif pasti kita lakukan dalam komunitas ini,” terang Danny
Komunitas DMI Surabaya sendiri sudah berdiri selama 8 tahun. Saat ini DMI beranggotakan 50 orang. Sementara untuk DMI se Jawa Timur berjumlah 1000 orang.
Danny mengatakan teman-teman yang tergabung dalam komunitas ini disabilitas yang cacat dari lahir maupun terkena kecelakaan.
“Namun kami tak menutup kemungkinan jika ada orang yang ingin gabung ke komunitas kami walaupun bukan disabilitas akan kami tampung. Karena kami membangun silaturahmi antar para komunitas pecinta motor,” tuturnya.
Pria lulusan Hukum Untag ini menceritakan, ia sangat beruntung dan berterima kasih karena ada dalam komunitas DMI ini. Karena Danny dulu hanya bekerja sebagai pedagang kresek plastik, namun sekarang dirinya sudah menjadi lebih dari itu.
“Dulu saya hanya berjualan kresek, karena komunitas ini saya bisa bekerja jadi staf notaris, itulah hal yang sangat saya banggakan bisa bergabung dalam komunitas ini. Kami bisa berkumpul dengan berbagai orang dengan keahlian dan pekerjaan yang berbeda-beda dan itu bisa membantu kami berbagi informasi dan pengalaman,” pungkasnya.
Reporter: Arry Saputra
Editor: Erwin Yohanes
SUMBER: JATIMNOW