Fuad Zakiah : Pendar Asa Berbalut Musik dan Buku

Angin menghempas, sinar mentari masuk melalui celah pepohonan pada panggung amphitheater gelora bung Karno, Manahan. Sosok laki-laki berkacamata duduk didepanku dengan sebait cerita tentang perjalanan dia bersama musik tradisional dan buku. Fuad Zakiah, , luluasan Kesehatan Masyarakat UMS yang sekarang menjadi guru pendamping khusus ini, telah satu tahun bergelut dengan dunia literasi yang dibaurkan dengan musik tradisional. Pustaka Anak Indonesia namanya, merupakan komunitas yang menggabungkan antara membaca dengan hal-hal yang berbau tradisi Indonesia, semisal musik dan permainan tradisional dengan tujuan nguri-nguri budaya. “Karena hobi saya di musik tradisi, saya mencoba membawa itu untuk menarik hati anak-anak. Dilihat di kampung anak-anak sudah jarang bermain permainan tradisional di zaaman dulu. Sehingga kami secara bersama nguri-nguri. Dulunya kami bergerak dijalan. Di jalan slamet riyadi. Selama berjalan 2-3 bulan anak-anak meminta untuk dibuatkan basecamp, dan akhirnya memakai rumah simbah yang berbentuk rumah jawa, terletak dibelakang rumah dan udah ga kepakai, kemudian kita bersihkan bareng dan diisi dengan buku2 yang berasal dari teman-teman komunitas. Karena telah muncul gerakan literasi nasional dan juga ada pustaka bergerak indonesia.” ujarnya.

Fuad bercerita, bahwa yang melatarbelakangi terbentuknya pustaka terinspirasi dengan hal yang dikerjakan mas Emik. Beliau merupakan pustaka bergerak dari Cirebon. “Saya bertemu dengan beliau di Solo. Beliau sedang melakukan perjalanan dari Cirebon ke Kediri menaiki sepeda onthel membawa buku dengan visi ingin membantu anak membaca. Dari situ beliau cerita kalo di Cirebon, beliau membuat suatu komunitas sederhana ketika beliau ada waktu longgar yaitu dengan membuka lapak buku. Dari situ saya terinspirasi dan meniru yang dikerjakan beliau.” Awal mula mengajak anak-anak berkegiatan di Pustaka Anak Indonesia dengan mengajak mereka bermain sepeda, kemudian diselingin oleh musik tradisi oleh Fuad sehingga anak-anak tertarik. Sejauh ini kendala yang masih dihadapi oleh Pustaka Anak Indonesia adalah relawan. Susah mencari relawan yang benar-benar ikut bergabung, sehingga sekarang relawan dari anak-anak desa sendiri yang dibantu oleh tiga orang dari karang taruna.  Anak-anak yang meramaikan Pustaka Anak Indonesia sempat 25 anak, namun sekarang hanya 10-15an anak. Kegiatan yang dilakukan seminggu dua kali, tiap hari selasa dan kamis. Selasa fokus dengan TPA melihat kondisi lingkungan yang Islam namun belum bisa membaca Al-quran. Hari kamis kegiatan berupa berkarya. Disetiap bulannya akan ada lihat film bareng bersama anak-anak.

Setahun berjalannya Pustaka Anak Indonesia banyak hal yang dirasakan oleh Fuad. Dimana terdapat perubahan yang terjadi pada anak-anak pun dengan dirinya. Anak-anak yang semula belum lancar membaca quran menjadi lancar, suasana lingkungan yang semula sepi pada akhirnya teramaikan dengan berkumpulnya mereka, Mushala menjadi lebih hidup dengan kehadiran mereka. Perubahan itu tidak hanya menyelimuti anak-anak, pada diri Fuad terdapat sebuah perubahan, yaitu semangat meraih impian. Dari anak-anak, Fuad belajar bahwa ketika kita ingin meraih sesuatu, harus mengerahkan kemauan dan mengusahakan hal tersebut dengan baik. Fuad pun mengamini kalimat kalau impian kamu ingin terjaga semangatnya, kamu harus sering-sering maen sama anak-anak dan itu terbukti. Hal lain yang membuat Fuad belajar adalah ketepatan waktu, anak-anak selalu datang lebih awal dari waktu janjian. Dari anak-anak akhirnya Fuad tak lagi enggan untuk mewujudkan mimpinya belajar ke luar negeri dan impian memiliki sebuah rumah yang agak luas. Rumah itu akan menampung banyak orang untuk belajar dan disitu akan ada ruang yang digunakan untuk kegiatan sosial. Ada semacam kegiatan untuk wirausaha sehingga dapat mandiri secara ekonomi. Meski di sosial ia tidak ingin lewat proposal saja tapi juga mandiri secara entrepreneur menjadi manusia yang bermanfaat dengan cara yang berbeda.

Terdapat napak tilas, mengapa laki-laki berusia 23 tahun ini menjalankan kegiatan sosial. Suatu hari ia bertemu seseorang yang menaruh masa lalu tidak membahagiakan. Seseorang itu bercengkerama pada sisi gelap hidupnya, bercerita bagaimana ia mengalami bullying sampai pada akhirnya dia mampu bangkit dan bermanfaat untuk sekitar. Padahal mengingat masa lalu dia ketika kecil yang tidak membahagiakan. Seseorang itu akhirnya, mengubah cara pandang Fuad, “Aku belajar dari dia, dia saja masa lalunya yang seperti itu pengen mengubah anak sekarang, aku yang masa lalunya yang alhamdullillahnya  ga ada masalah apa-apa masa ga ingin buat anak2 menjadi lebih baik dari aku.” pungkasnya. Hal itu menjadi pondasi dia bermanfaat untuk sekitar. Fuad meyakini bahwa apa yang dilakukan kita kepada anak-anak itu akan diingat sampai dewasa. Makanya perlu hati-hati dalam bersikap didepan mereka. Dan sebagai orang dewasa kita perlu memberi contoh yang baik meski lewat hal-hal yang kecil.

Dari Fuad kita belajar, bahwa alunan musik dan buku dapat menjadi ikhtiar sederhana untuk memberikan pendar pada asa yang terangkai untuk anak-anak menjadi lebih baik lagi.

 

Sumber : tusam project

Foto : dokumen pribadi Fuad Zakiah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *