Peduli Literasi dan Minat Baca, Nyincing Daster Club Adakan Konser Mini di Kediri

Tingkat literasi dan minat baca masyarakat Indonesia yang sangat rendah menjadi keprihatinan bersama sejak lama. Keprihatinan ini wajar karena kemajuan dan kecemerlangan masa depan sebuah bangsa bisa diukur dari seberapa jauh masyarakatnya memiliki minat baca. Dan, kurangnya diskusi di ruang publik menyebabkan hal ini menjadi semakin sukar untuk mencapai benang merah.

Untuk itu,  tujuh orang yang berkumpul dalam satu komunitas yang bernama”Nyincing Daster Club” sangat peduli dengan literisasi dan minat baca masyarakat. Mereka berkomitmen untuk terus menulis. Walau sudah memiliki karier yang berbeda,bukan berarti mereka meninggalkan hobi menulis.

Berawal dari ketidaksengajaan, pertemuan tujuh orang di dalam media sosial menjadi pintu masuk terbentuknya sebuah komunitas literasi dan sastra yang mereka beri nama “Nyincing Daster Club”.  Komunitas ini berdiri pada 27 Februari 2017 dengan membawa visi menjadi ruang berproses yang membebaskan manusia yang di dalamnya untuk berkarya serta mampu memberikan sumbangsih terhadap eksistensi kesusastraan Indonesia.

Tujuh penggawa dalam komunitas ini adalah Vika Aditya, Susy Haryani, Irza Khurun’in, Gaeriel Farah, Galuh Sitra, Gusti Hasta, dan Endro Gusmoro. Mereka berhasil meluncurkan sebuah sebuah karya kompilasi pertama mereka yang diberi judul “Syak Merah Jambu”. Syak Merah Jambu merupakan jelmaan anak anak rindu hasil merawat ingatan.

Karya itu mengupas manusia dari segala sisi dan sudut pandang, berkisah tentang cinta dan sebab akibat yang ditimbulkannya. Bercerita tentang isu isu perempuan seperti buruh imigran, aborsi yang semakin marak, dan mengenai kejadian 1998 yang dikemas dengan cinta.

Gariel Farah, seorang penulis juga tergabung dalam NDC, mengatakan, Nyincing Daster Club memiliki kepedulian terhadap literisasi dan akar rumput minat baca masyarakat. Degadrasi minat baca masyarakat menjadi perhatian khusus para Dhasters (sebutan bagi anggota komunitas tersebut).

“Pada 10 Maret 2018, pada waktu yang lalu di Jogjakarta, kami membuat kegiatan yang bertajuk launching buku dan literasi. Di dalamnya berisi rangkaian kegiatan monolog cerita, musikalisasi puisi, dan bincang literasi bersama Bernando J. Sujibto dan Alfin Rizal, pegiat sastra dan penulis muda asal Jogjakarta. Acara tersebut bertujuan untuk mendekatkan kembali buku  kepada masyarakat,” jelasnya, Kamis (15/11/18).

Gariel menambahkan akan menghelat sebuah konser mini bertajuk”Malam Minggu Merah Jambu”. Kegiatan akan dilangsungkan pada 24 November 2018 di Kota Kediri.

Acara tersebut juga dihadiri Ferry Feronica atau sapaan akrabnya Bunda Fe yang akan membacakan karya-karya yang ada di buku Syak Merah Jambu dengan konsep konser mini yang menggabungkan musik, teater dan art performing.

“Untuk menjaga eksistensi kesusastraan Indonesia adalah dengan hidup di dalamnya. Maka NDC memilih kegiatan pemembacaan karya dalam bentuk monolog dan musikalisasi. Monolog dan musikalisasi digunakan sebagai media menyampaikan rasa dari sebuah karya. Segala rasa dan gejolak batin yang dialami oleh penulis saat menuliskannya bisa tersampaikan kepada penonton,” imbuhnya.

Acara ini bertujuan untuk meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia, khususnya Kediri. Selain itu, membangkitkan komunitas baca dan buku yang ada di Kediri. Diharapkan ke depannya acara seperti ini bisa dihadirkan dengan intensitas yang lebih sering. Sebab, sangat disayangkan acara seperti ini tidak pernah diadakan lagi karena komunitasnya mengalami mati suri dan minat baca masyarakat pun akan menurun karenanya,” pungkas Gariel.

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa liputan acara komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *