Komunitas Premature Indonesia, Sebar Edukasi soal Bayi Prematur

Melahirkan bayi dalam kondisi belum cukup bulan atau prematur tidak pernah diinginkan orangtua manapun. Namun ketika hal itu terjadi, jarang orangtua yang telah mempersiapkan diri untuk merawatnya.

Hal ini pula yang dialami dr.Agung Zentyo Wibowo, B.MedSc bersama sang istri dr. Ning Rahardhiyanti. Mereka adalah orangtua bayi prematur yang lahir pada usia kandungan 26 minggu 1 hari dengan berat badan 800 gram. Meski merupakan pasangan bertitel dokter, mereka sama seperti orangtua lainnya yang panik dan bingung.

Hampir sebagian besar artikel mengenai prematuritas diulas dalam bahasa Inggris. Baik Ning dan Agung menyadari bahwa banyak orangtua bayi prematur di luar sana yang mengalami kesulitan mendapatkan informasi mengenai perawatan bayi prematur. “Kebingungan mencari informasi yang tepat dan valid sungguh sangat sulit pada saat itu, karena hampir sebagian besar artikel dan referensi yang ditemukan masih berupa Bahasa Inggris,” ujar dr Ning.

Hingga akhirnya mereka berdua mendirikan wadah bagi para orangtua yang memiliki anak prematur melalui Komunitas Premature Indonesia, pada 3 April 2015 silam. Kegiatan yang dilakukan komunitas ini pun lebih banyak seputar edukasi.

Hal ini diwujudkan melalui kegiatan perdana pada 2015 lalu berupa Seminar Awam Prematuritas yang bekerjasama dengan sebuah rumah sakit swasta di Jakarta Pusat.

Para orangtua bayi prematur juga dipertemukan lewat kegiatan Gathering Komunitas Premature Indonesia di Bundaran HI Jakarta Pusat melalui Aksi Simpatik meminta tanda tangan kepada masyarakat awam untuk lebih peduli terhadap kelahiran prematur. Kedua kegiatan tersebut merupakan partisipasi untuk merayakan World Prematurity Day (WPD) yang juga diikuti oleh puluhan negara lain di dunia.

“Nah di awal 2018 ini komunitas Premature Indonesia mulai merambah di luar Jakarta. Jadi kita bikin seminar awam tentang prematuritas di Surabaya kerjasama dengan rumah sakit swasta di sana. Kita harapkan kesadaran para orangtua untuk menjaga kesehatannya selama kehamilan meningkat dan memiliki wawasan tambahan untuk merawat bayi prematur,” imbuh dr Ning.

Ning menyebut, berdasarkan data World Health Organization (WHO), Indonesia adalah negara dengan jumlah bayi prematur terbanyak di dunia. Berbeda dengan bayi cukup bulan, bayi prematur merupakan kelompok bayi yang berisiko tinggi.

“Hal tersebut disebabkan oleh ketidakmatangan sistem organ tubuh pada bayi prematur, seperti organ paru-paru, jantung, ginjal, hati, dan sistem pencernaan. Dengan tingkat kematangan tumbuh yang belum sempurna tersebut, maka bayi prematur memiliki resiko tinggi mengalami masalah kesehatan hingga kematian,” ujar dr .Ning.

Sementara itu dr Agung menambahkan, penanganan dan perawatan bayi prematur membutuhkan ilmu serta wawasan yang baik dan tepat sehingga tumbuh kembangnya dapat terpantau secara optimal. Kebanyakan, kata dr Agung, orangtua hanya mengetahui bahwa prematur adalah kondisi lahir sebelum waktunya dengan ukuran berat badan lebih kecil daripada standar bayi lahir cukup bulan.

Sayangnya tidak semua mengetahui bahkan mempersiapkan langkah apa yang harus dilakukan untuk memastikan bayi prematur tetap bisa tumbuh sehat. Melalui komunitas yang Ia dirikan ini, Agung berharap bisa mendampingi para orangtua bayi prematur atau calon orangtua yang berpotensi memiliki bayi prematur agar mengetahui perawatan yang tepat.

Salah satunya menyebarluaskan pentingnya skrining bayi prematur yang masih belum banyak diketahui oleh orang tua, dan belum merata disarankan oleh tenaga kesehatan. Bayi prematur harus dilakukan skrining pengelihatan (ROP), pendengaran (OAE dan BERA), echo jantung, skrining sistem pernapasan, skrining sistem pencernaan dan skrining hipotiroid.

Selain itu orang tua juga harus bisa memantau pertumbuhan dan perkembangan anaknya dengan cara yang benar dan tepat. Pertumbuhan harus dipantau kenaikannya dengan menggunakan kurva pertumbuhan agar bisa dipantau tren kenaikannya. Sementara untuk memantau perkembangan, orang tua bisa menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP).

“Melalui adanya kegiatan di Jakarta, Bandung, Surabaya, Kediri, dan Pekanbaru sejak 2015-2018, diharapkan akan semakin banyak masyarakat yang terbuka secara wawasannya bahwa kelahiran prematur tidak dapat dianggap sepele. Dibutuhkan kesiapan mental dan informasi yang tepat agar lebih siap terhadap terjadinya kelahiran prematur,” tandas dr Agung.

Jika Anda orangtua dari bayi prematur, Anda bisa mengetahui kegiatan dan informasi yang diberikan Komunitas Premature Indonesia lewat akun Instagram mereka di @premature.indonesia.

 

Sumber : Suara.com

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *