Puluhan komunitas pegiat lingkungan lintas Jawa Timur melakukan konservasi di lahan bekas terjadinya banjir bandang di hutan Rambutmoyo batas Desa Palangsari, Kecamatan Puspo, Kabupaten Pasuruan, Kamis (24/1/2019) siang.
Kegiatan ini bertujuan untuk menyelamatkan lingkungan hutan dari kerusakan.
Apalagi, secara kondisi alam di bekas lahan terjadinya banjir bandang ini sangat rusak.
Di dalamnya, melibatkan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) desa setempat, akademisi, pemerintah dan puluhan perusahaan yang berkomitmen untuk ikut serta menjaga kerusakan hutan.
“Kami sebagai masyarakat ikut bertanggung jawab menjaga wilayah selatan Kabupaten Pasuruan, agar kerusakannya tidak lebih parah dan agar kondisinya tetap terjaga,” kata Aziz, salah satu peserta jambore.
Panitia Jambore nandur, Sugiarto menjelaskan, dalam kesempatan kali ini, pihaknya memang sengaja menggandeng semua pihak.
Alasannya, karena konservasi bukan tanggung jawab orang per orang, tapi semuanya.
“Inilah yang kami harapkan. Karena urusan konservasi ini tidak berjalan sendiri-sendiri. Jadi semuanya terlibat,” katanya.
Sugiarti berharap kegiatan perbaikan lingkungan dengan melibatkan semua unsur ini berhasil.
Ia menyebut, dalam jambore ini, semua pihak ikut serta aktif dalam kampanyekan konservasi ini.
Bahkan, ini bukan kegiatan pertama, tapi sudah di tahun ketiga.
“Jadi aplikasinya tidak hanya sebatas seremonial. Kalau ada gebyar seperti ini, adalah sebuah appresiasi dilakukan dengan jambore,” tutur pria yang pernah meraih Kalpataru di bidang lingkungan ini.
Namun juga diisi dengan sarasehan yang mendatangkan tiga nara sumber di antaranya pemerhati, akademis dan pemerintah dan pihak pegiat lingkungan yang diwakili Forum DAS.
Ada 10 ribu bibit pohon produksi yang ditanam dalam kegiatan kali ini.
Harapannya ke depan, pohon yang ditanam dalam konservasi kali ini bisa menjadi lokasi tangkapan air untuk mensuplai DAS Rejoso dan sumber air Umbulan yang debitnya kian tahun makin menurun.
Dikabarkan terjadi penyusutan secara signifikan akibat banyaknya alih fungsi hutan di lereng Bromo.
Sumber : Tribun Surabaya.
Penulis: Galih Lintartika
Editor: Titis Jati Permata