TIPS MELATIH ANAK BERDIRI DAN BERJALAN

Berdiri dan berjalan merupakan bagian dari tahapan proses perkembangan seorang anak. Apabila seorang anak tidak memiliki masalah baik dari faktor anak itu sendiri, faktor lingkungan, dan faktor aktifitas, maka anak tersebut tidak memerlukan latihan khusus untuk dapat berdiri dan berjalan. Hal ini dapat dipahami karena proses berdiri dan berjalan merupakan proses alamiah yang seharusnya terjadi pada semua anak. Ada tiga faktor yang mempengaruhi proses berdiri dan berjalan seorang anak, yaitu:

  • Faktor Anak

Faktor dari dalam diri anak yang mempengaruhi proses berdiri dan berjalan antara lain:

  1. Keinginan dari dalam diri untuk bergerak

Keinginan dari dalam diri untuk bergerak, harus dimiliki seorang anak untuk dapat berdiri    dan berjalan. Keinginan ini harus didukung oleh nutrisi yang cukup, kemampuan sensoris dan kognitif yang baik, bagian tubuh bebas dari rasa nyeri dan kondisi jantung dan paru yang sehat.

  1. Persepsi

Selain keinginan dari dalam diri, seorang anak memerlukan persepsi yang baik untuk dapat berdiri dan berjalan. Misalnya persepsi terhadap gerak, arah, jarak, tempo, kecepatan, dan ruang.

  1. Pola gerakan yang baik

Proses berdiri dan berjalan yang baik membutuhkan pola gerakan yang tepat. Untuk dapat berdiri tumit kaki menumpu, lutut menekuk, panggul dan sumbu tubuh condong ke depan. Sedangkan untuk berjalan memerlukan, pola gerakan yang terdiri dari placing (menempatkan dan menumpukan kaki pada lantai) dan stepping (melangkahkan kaki). Stepping  dan placing memerlukan koordinasi gerakan yang baik antara sisi tubuh kiri dan kanan.

4.   Tidak ada lagi refleks gerakan primitif.

5.   Tonus otot optimal (normotoni)

6.   Sendi dapat digerakkan sesuai dengan batasan yang normal

7.   Memiliki kekuatan otot yang baik, terutama otot sumbu tubuh, panggul, lutut, dan tumit

8.  Memiliki keseimbangan yang baik (keseimbangan depan – belakang, keseimbangan atas -bawah, keseimbangan samping kanan – kiri)

 

  • Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang mendukung proses berdiri dan berjalan adalah yang memberikan peluang anak untuk berdiri dan berjalan sehingga faktor ini dipengaruhi oleh pola asuh. Kondisi lingkungan yang mendorong seorang anak untuk berdiri dan berjalan misalnya meletakkan mainan pada posisi yang membuat seorang anak berdiri atau berjalan untuk mendapatkan mainan tersebut serta mmebuat lingkungan seaman mungkin sehingga anak tidak terjatuh, terbentur, terpeleset yang membuat anak menjadi trauma.

  • Faktor Aktivitas

Anak didorong untuk beraktivitas sesuai dengan usia perkembangan anak yaitu sekitar usia 9 bulan untuk berdiri dan sekitar usia 12 bulan untuk berjalan. Jika pada usia tersebut anak terlalu banyak digendong atau duduk maka tingkat perkembangan anak menjadi seperti anak berusia 6-7 bulan.

Jika faktor anak, lingkungan, dan aktivitas semuanya baik maka tentu saja proses berdiri dan berjalan anak akan lancar. Jika anak mengalami keterlambatan dalam berdiri dan berjalan, maka langkah yang diambil oleh dokter adalah menentukan penyebab terganggunya proses berdiri dan berjalan seorang anak, apakah ada penyebab medis yang mendasari (misalnya anak dengan sindrom down atau palsi serebral) atau disebabkan oleh penyebab lain, misalnya:

  • Masalah pada saraf tepi , sambungan otot-saraf
  • Otot dan rangka
  • Fungsi jantung dan paru
  • Status nutrisi
  • Pola asuh
  • Lingkungan
  • Play level

Setelah mengetahui akar penyebab seorang anak tidak dapat berdiri dan berjalan, baru ditentukan tata laksana yang tepat. Yang penting diperhatikan di sini adalah latihan khusus juga merupakan salah satu bentuk tata laksana sama dengan tatalaksanan medis yang lain.

Apa yang harus diperhatikan untuk menstimulasi anak agar dapat berdiri dan berjalan?

  • Anak dibiasakan duduk dengan kaki memijak ke lantai dan tanpa sandaran
  • Letakkan mainan pada posisi yang membuat anak harus berusaha untuk meraih mainan tersebut, yaitu misalnya mainan diletakkan di lantai dan posisi anak lebih tinggi.
  • Anak distimulasi dengan diajak bermain kuda- kudaan, bersepeda, dan bermain sambil berdiri, mendorong kursi/mainan yang bias didorong-dorong.

Kapan orang tua harus mulai waspada ?

  • Ketika tonus otot atau pola gerak tidak simetris pada kedua sisi tubuh
  • Tubuh kaku dengan bahu dan kepala dilempar ke belakang pada saat akan diposisikan duduk
  • Batang tubuh dan kedua tungkai lemas
  • Kedua kaki diangkat saat anak akan diberdirikan (anak tidak mau menapakkan kaki di lantai)
  • Duduk menumpu pada tulang ekor
  • Duduk dengan tungkai posisi “W’’
  • Anak berdiri pada saat ditarik ke arah duduk dari posisi berbaring
  • Pada saat diberdirikan lutut cenderung menekuk atau melengkung ke belakang.

 

Penulis             : Dr.Lina Ninditya

Narasumber    : Dr. Luh Karunia Wahyuni, Sp.KFR(K)

Reviewer         : Dr. RA. Setyo Handryastuti, Sp.A(K)

*artikel ditulis berdasarkan wawancara dengan narasumber dr. Luh Karunia Wahyuni, Sp.KFR(K) pada tanggal 29 Juni 2016

 

Disadur dari Ikatan Dokter Anak Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *