KOMUNITAS Into The Light Indonesia yang digagas oleh Benny Prawira Siauw, lima tahun lalu, sempat melakukan pendampingan pada orang-orang dengan kecenderungan bunuh diri.
Dalam website resminya, intothelight.org menyebut, mereka memiliki visi untuk meningkatkan kesadaran mengenai pencegahan bunuh diri dan kesehatan jiwa.
Melalui program ‘Pendampingan Sebaya Lightbringers’ yang dikoordinasi Task Force Suicide Crisis Intervention, komunitas ini melakukan pendampingan lewat e-mail an permintaan pencarian bantuan dari berbagai individu di dalam negeri maupun WNI di luar negeri ini.
“Kami sudah tidak buka pendampingan karena ada beberapa faktor penghambat, jadi kami lebih fokus ke riset, edukasi dan advokasi,” kata Benny, Minggu (3/2/2019).
Kini, Benny dan kawan-kawan fokus riset tiga hal utama, yang menurut mereka, sangat penting diperhatikan untuk menekan jumlah kasus bunuh diri.
Pertama, soal peliputan media, penyintas kehilangan bunuh diri, dan faktor risiko bunuh diri pada anak muda.
“Jadi, selama beberapa bulan ke depan, kami banyak meriset untuk mengetahui apa saja yang perlu dimodifikasi agar dapat mencegah bunuh diri di level masyarakat,” ujarnya.
Soal peliputan media, Benny menyebut, perlu ada pedoman yang sehat, etis dan tidak memicu orang untuk melakukan hal sama.
Into The Light merekomendasikan untuk memberi informasi pada masyarakat tanpa sensasi serta menonjolkan perilaku bunuh diri.
“Penyintas kehilangan bunuh diri juga mengalami duka yang kompleks, dapat diberi stigma, dan dapat berpotensi bunuh diri juga. Jadi perlu dikaji kebutuhan dan tantangan mereka saat berduka,” ujarnya.
Sedang bagi anak muda, terutama mahasiswa dan siswa, Benny mengatakan, kebanyakan kasus bunuh diri muncul karena mereka jarang mencari bantuan, dan risikonya seringkali tinggi.
Tetapi, lanjutnya, melihat riset sebelumnya, masalah yang dialami kebanyakan adalah bullying, kesepian, masalah dengan orang tua dan keluarga. (del)
Sumber : Tribun Surabaya.
Penulis: Delya Octovie
Editor: Parmin