Datang Bulan Saat Mendaki? Ini Tipsnya ala Pendaki Cantik

Banyak hal yang harus dipertimbangan ketika kamu punya rencana untuk mendaki. Biasanya meliputi cuaca, musim, curah hujan, waktu luang, dan biaya. Satu hal penting yang juga wajib diperhatikan oleh kita para PendakiCantik adalah masalah serius terkait jadwal datang bulan (menstruasi).

Berikut sharing sejumlah tips dari para Pendaki Cantik tentang cara mengantisipasi periode haid, atau dapet, atau menstruasi, atau datang bulan saat mendaki. Jika kamu punya tips bermanfaat lainnya yang ingin dibagikan, silahkan ditambahkan di kotak komentar ya.

1. Selalu Siapkan Pembalut Setiap Mendaki

“Aku pertama naik gunung gak bawa pembalut, karena emang belom tanggalnya. Pas di basecamp, ke toilet, ternyata dapet. Karena ada temen cewenya, jadi masih bisa minta sama yang lain pembalutnya.

Alhamdulillah sih, selama di atas, gak ada kejadian aneh atau sakit-sakit seperti biasanya. Setelah pengalaman itu, sekarang aku kalo naek gunung pasti bawa, meskipun bukan jadwalnya.

Kalo sampe sakit perut atau nyeri-nyeri datang bulan, biasanya kalo aku pake minyak kayu putih udah bisa ngeredain sakitnya; sama paling dibawa tidur. Kalo emang kondisi fisiknya gak kuat, jangan dipaksain buat jalan atau beraktifitas. Harus jujur sama kondisi kita. Jangan ditutup-tutupin.” – Gintamarsya

Siapkan Pembalut Setiap Mendaki
Selalu Siapkan Pembalut | @tifanimaulidza


2. Batalkan Rencana Mendaki

“Kebayang sih, betapa ngenes-nya (sedih) ketika nanjak pas lgi PMS. Di gunung, kan air agak susah yaak, apa lagi toilet. Pastinya kalian tau sendiri laah. Risih pastinya yaak. Masa harus pake tisyu basah. Tapi, mau gak mau bawa tisyu basah.

Gak kebayang juga looh Kak, kalau aku yang nanjak pas dapet. Pastinya turun lagi. Soalnya, tiap bulan aku kalau PMS udah kek orang mau lahiran. Sakitnya Naudzubillah. Tapi apalah daya, wanita itu kan istimewa.” – Reyhana

“Aku pernah waktu mens juga naik Prau lewat jalur Dieng. Jalur yang masih sepi, bukan Patak Banteng. Trus aku di gangguin. Trus kesurupan deh. Semenjak itu, kalo lagi mens, aku tunda aja pendakian.” – @lalakharisma

Batalkan rencana mendaki saat PMS
Batalkan rencana mendaki | @annisamalati


3. Jangan Buang Pembalut Kotor Sembarangan

“Pernah datang bulan pas lagi di Tegal Panjang (the most tempat serem di Papandayan). Tapi waktu itu hari terakhir. Jadinya, dari pantyliner pake pembalut. Cuma, pas buang air kecil itu berasa serem banget kan, karena tempatnya mistis abiss.

Aku abis buang air kecil, pake tissue basah yang buanyak. Tapi tissue basahnya ditumpuk lagi sama yang kering, dan air bekas pipis disirem pake air lagi biar ga bau dan biar ga dicium makhluk-makhluk halus gitu.

Lebih parah, hari kedua. Lagi banyak-banyaknya bangeet. Terus pas malem, ganti. Tapi, biasanya aku bawa kresek yang banyak dan tissue basah double yang gede, biar bisa dibungkus-bungkus.

Dibalurin minyak kayu putih biar ga bau, bungkus kertas dan masukin kresek yang banyak. Jangan buang di sana. Bawa pulang. Pas pulang atau di basecamp baru tuh pembalut dicuci dan di buang.” – @anggunpratami

Jangan buang pembalut kotor sembarangan
Jangan buang pembalut sembarangan | @noviyantikartika1


4. Tidak Menyepelekan Hal Kecil Saat Datang Bulan

“Aku baru inget. Pas aku ke Papandayan, aku dapet, tapi hari-hari akhir. Jadi, gak terlalu banyak juga. Aku gak mau pake pembalut. Aku kira gak akan banyak banget sampe nembus, padahal sadar kalo misalnya aktifitas berlebih keluarnya makin banyak.

Tapi sok tau dan malesnya parah. Jadilah gak pakai pembalut sampe akhirnya bener, nembus banyak. Nah, udah gitu, aku gak langsung ganti, soalnya masih males. Jadi sampe camp ground baru ganti. Jorok.

Dari situ aku belajar buat gak menyepelekan sesuatu, semudah atau sekecil apapun, karena dari kecil itu kalo disepelein jadi besar. Kaya’ jadi banyak ngerepotin orang-orang buat rela ditanya-tanya terus, ‘keliatan gak?’ …” – @fajriyahumairah

Tidak menyepelekan hal kecil saat datang bulan
Tidak menyepelekan hal kecil | @chachafitriy_

5. Tidak Panik dan Kreatif

“Aku pernah naik gunung dengan kondisi lagi datang bulan. Ceritanya waktu itu aku ke Semeru. Sebelumnya sih udah cek tanggal kemungkinan aku datang bulan pas turun gunung, makanya santai dan gak persiapan apapun.

Naik lah ke Semeru. Malam pertama di Ranu Kumbolo, besoknya baru jalan lagi ke Kalimati, dan malamnya sekitar pukul 12, persiapan mau ke puncak. Sebelumnya, aku izin dulu kebelet buang air kecil dan eng-ing-eng bercak darah ngalir *maaf yaa jorok*.

Aku panik sendiri karena gak bawa pembalut. Temen cewekku juga kondisinya lagi sholat, jadi pasti gak bawa. Aku diem gak bilang ke siapapun. Akhirnya aku buka keril, ambil celana dalam, aku buntel buat jadi pembalut dadakan.

Pikiranku, kalo aku bilang ke temen kelompok, pasti gak kan diizinin ikut muncak, makanya aku diem-diem (jangan ditiru). Alhasil, aku pas muncak kewalahan sendiri, nahan sakit, sepanjang trek nangis, udah berasa kayak orang mau meninggal karena posisi perut sakit aku maksa tetep mau ke puncak.

Akhirnya, di tengah jalan pas jalur pasir muncak, aku bilang ke temen cowok aku. Anehnya, dia gak nyuruh aku turun, tapi malah nyemangatin buat tetep sampe puncak tapi gak ditarget waktu. Akhirnya sunrise, aku masih di punggung Mahameru sambil makan apel; nyampe puncak jam 8.

Untungnya, aku kan emang selalu bawa celana dalem lebih kalo pergi, jadi itu antisipasi buat jadi pembalut dadakan.” – @dewisamra

Tidak panik dan keratif saat haid
Tidak panik dan kreatif | @prillyfitria

6. Yakin dan Pastikan Kondisi Tubuh

“Ani pernah naik gunung pas menstruasi. Jadi, waktu itu mau daki Gunung Merapi. Jadwal mens tiap bulan selalu maju, jadi susah diprediksi. Rencana Sabtu setelah pulang kerja, mandi terus berangkat. Jadi, hari Jum’at malam Ani sudah selesai prepare dan packing.

Sabtu pagi, waktu mau mandi baru ketauan kalau mens. Trus, waktu itu langsung bilang ke temen daki kalau mens. Dan dia bilang kalau fisik drop(sakit perut) mending ditunda aja. Tapi untung Ani tiap mens gak pernah sakit perut atau pegel-pegel. Cuma waktu itu belum kebayang gimana ribetnya.

Singkat cerita, berangkat dari rumah jam 2 sampe basecamp Selo jam set 4. Jam 4 mulai naik dan sebelumnya ganti pembalut dulu. Sampe Pasar Bubrah sekitar jam 7, diriin tenda langsung ganti pembalut lagi.

Bangun pagi sebelum summit puncak ganti pembalut lagi, turun sebelum packing ganti pembalut lagi. Hari pertama dan kedua suka deres-deresnya. Jadi, menurut pengalaman Ani, kalau mens di gunung yang penting jangan sampe lupa bawa pembalut yang cukup.

Trus, harus selalu jaga kebersihan; tisu basah jangan lupa. Pas ganti, Miss V-nya dibersihin dulu pake tisu basah. Pembalut yang udah dipake dibungkus kertas, kemudian masukin plastik dan taruh di tas. Sampe rumah baru dicuci dan dibuang.

Menurut Ani, harus disesuaikan dengan kondisi tubuh dan keyakinan. Maksudnya, kondisi tubuh, apakah setiap kali mens ada penurunan daya tubuh atau tidak.

Ada orang yang ketika mens biasa-biasa saja. Ada juga yang sampe kalang kabut, gulang-guling nahan sakit perut. Kalau yang tiap mens suka sakit, mending ditunda dari pada ngrepotin temen-temen pendakiannya.

Yang kedua, keyakinan. Kita yakin gak sama diri kita kalau misalkan kita lagi mens bakalan terjadi apa-apa gitu atau gak. Kembali ke niat dan tujuan kita apa. Kalau niat kita baik, permisi dan gak ganggu, insyaallah aman.

Kalau hati udah ragu-ragu dari awal, mending ditunda. Tapi, kembali lagi ke orangnya. Masing2-masing punya pemikiran sendiri-sendiri.” – @aniariastuti

Yakin dan pastikan kondisi tubuh
Yakin dan pastikan kondisi tubuh | @aniariastuti

7. Persiapan yang Matang dari Rumah

“Kalau menurut aku, tergantung keyakinkan kita masing-masing aja. Insya Allah, kalo niat baik dilancarkan nanjaknya. Trus, harus jaga-jaga sikap juga.

Kalo lagi datang bulan, usahakan habis buang air kecil disiram langsung, biar ga kecium baunya sma makhluk-makhluk lain. Usahakan juag ada slah satu temen kita nanjak yang kuat imannya, buat jaga kalo terjadi hal-hal aneh.” – @o.siska

“Aku pernah dua kali. Di Gede, pas hari kedua, yang lagi sakit-sakitnya. Tapi karena dibawa jalan dan gerak, sakitnya ga berasa. Berasanya pas lagi tidur aja. Sampe ga nyenyak bobonya.

Persiapan dari rumah, setiap celana dalamnya sudah dipasangkan pembalut. Pakainya pembalut yang panjang (yang night). Yang kedua di Papandayan. Waktu berangkat sih cuma aku sendiri yang dapet. Eh, untung ditemenin Ginta yang dapet juga. Jadi da temannya. Hihi..” – @gladissacm1899

Persiapan yang matang dari rumah
Persiapkan dengan matang | @anglmaria

8. Jika Datang Bulan, Perhatikan Saat Buang Air Kecil

“Jadi, ini ceritanya kakak aku waktu first time nanjak. Dia berencana naik ke gunung Gede. Aku gak bisa nemenin dia karena terhalang UTS. Dia nanya-nanya ke aku kiat-kiat nanjak, sampai kiat-kiat kalau datang bulan di gunung.

Ya, aku kasih tau ke dia. Jangan buang sembarang pembalut bekas datang bulan. H-1 pendakian dia datang bulan. Langsung deh, dia prepare segala rupa bentuk antisipasinya.

Nah, langsung ke pendakiannya. Pas nyampe di pos Kandang Badak, kakakku pipis. Tapi dia lupa bawa kantong sampah yang buat pembuangan bekas pembalut itu. Alhasil, setelah bersihkan *maaf* pake tisu basah, dia buang aja tisunya. Padahal ada setetes ‘darah’ di sana. Tapi dia cuma berdoa semoga gak terjadi apa-apa.

Di Kandang Badak, mereka nge-camp. Esoknya berniat turun gunung lewat jalur Gunung Putri. Di sini keanehan mulai terjadi. Jadi, pas lewat jalur situ, tanpa ada tanda-tanda apapun, tiba-tiba tim pendakinya dihantam hujan badai dan angin (anginnya bunyi gitu, “whuuu whuuuu”).

Trus anehnya, kan mereka turunnya menjelang maghrib. Masa’ ada suara burung ‘nyanyi-nyanyi’ gitu. Kondisinya kan lagi hujan, dan itu menjelang malam. Logisnya sih, ga mungkin dong ada suara kicauan burung?

Trus di saat kondisi seperti itu, kakakku merasa carrier-nya semakin lama semakin berat. ‘Kaya gendong orang, yona. Pokoknya beraaatttt bangett. Trus kepala pusing” kata kakakku waktu itu.

Nah, setelah keadaan dia berubah seperti itu, badan dia drop. Dan langkah kakaku tiba-tiba terhenti. Semua tim yang ngeliat gelagat kakakku langsung nanya ‘kenapa?’ Eeeeehhhh, kakakku malah jawab ‘Aku ga mau pulang. Aku mau di sini aja,’ dengan muka flat abisssssss.

Di situ semuanya kalang kabut. Ada yang langsung turun ke bawah. Ada yang ninggalin carrier trus baca-baca ayat Al Qur’an. Ada juga yang nyamperin kakakku trus bisikin ayat kursi.

Eh, trus kakakku langsung jatoh, lemes, gak sadarkan diri. Bangun-bangun, katanya, kakakku udah di basecamp.” – @yonadhana

Jika Datang Bulan, Perhatikan Saat Buang Air Kecil
Perhatikan saat buang air kecil | @vaniairwanti_

9. Siapkan Diri dan Bathin

“Pernah punya pengalaman juga pas mau mendaki Lawu. Aku sama temen-temenku berangkat bareng dari Jogja naik kereta dan angkutan umum. Pas berangkat dari Jogja sih enggak datang bulan. Eh sampe Cemoro Kandang malah datang bulan. Banyak lagi.

Nah pas itu aku gak bawa persiapan apa-apa. Soalnya, baru mens di akhir bulan. Masa tiba-tiba mens lagi. Nah beli deh tuh yang namanya pembalut. Pas mau mulai pendakian, bersih-bersih, dan lain-lain.

Tapi denger-denger, sebelum berangkat banyak yang bilang Lawu itu mistisnya masih kebangetan. Dari awal pendakian, udah mulai firasat gak enak, tapi coba diilangin perasaan gak enaknya. Akhirnya kami naik.

Awalnya biasa aja. Sambil was-was gitu. Eh, di tengah perjalanan ke pos 3. Tiba-tiba kena badai dan di situ hawanya jadi dingin banget. Aku aja sampe hipotermia. Akhirnya kita mutusin buat berhenti di sebuah gubuk.

Di gubuk itu kita rehat buat api unggun dan buat istirahat. Rasanya pendakian hari itu lamaaa bangett dan beraaat banget. Pas udah kelar rehat, kita mutusin buat naik lagi. Cuaca sudah mendingan pas itu.

Nah, pas tanjakan, tiba-tiba dua orang dari kita ada yang sakit. Berhenti lagi deh. Dan mutusin buat ndirikan tenda disitu. Sampe pagi. Melihat kondisi temen-temen yang sakit, akhirnya kita putusin buat turun.

Dan, pendakian hari itu gagal sampai puncak. Pas di jalan bener-bener deh, gangguannya luar biasa. Dilihatin cewek rambut panjang banget. Sliweran sana-sini ngikutin sampe pulang. Baru ilang di pos 1.” – @vicky_jasman

Siapkan Diri dan Bathin
Siapkan diri dan bathin | @rinettaira

10. Bawa Parfum atau Minyak Kayu Putih

“Aku sih balik lagi dari kesanggupan diri masing-masing. Karena ada yang kondisi fisiknya normal-normal aja (a.k.a gak ngedrop) pas lagi dateng bulan, dan ada yang gak kuat bangun sama sekali. Nah, yang gak kuat sama sekali dipersilahkan untuk gak ikut pendakian.

Kalo yang kuat mah silahkeun, hehe. Tapi kalo misalkan jadwal datang bulan-nya gatau, tetiba langsung dateng bulan gitu, di-backingin saja. Takut kenapa-kenapa. Oh iya, jangan lupa bawa parfum atau kalau ga salah ada juga yang pake minyak kayu putih.

Semprot atau tetesi ke pembalut yang ada darahnya. Biar gak nyengat. Karna bau ‘darah’nya bisa memancing ‘itu’.” – @dibell_

Bawa Parfum atau Minyak Kayu Putih
Bawa parfum atau minyak kayu putih | @fr.nsie

11. Selalu Berdoa

“Aku waktu ke Cikuray. Hari kedua datang bulan. Kena track malem pas nanjak. Sepanjang jalan doa terusss. Tapi klo lengah doa, kuping aku langsung panas kek ada yg niup-niup gitu; trus lanjut baca doa lagi, trus ilang panasnya. Lengah lagi ga baca doa, panas lagi tuh kuping.

Tapi alhamdulillah, gak pernah dliatin penampakan gitu. Malah temanku yang dibelakang disesatin. Udah jalan jauh, gak nyampe-nyampe punca. Dia malah nyampe di tempat yang bekas dia istirahat , bekas dia nyender di pohon yang sama juga. Bener-bener disesatin jalannya. Sampe dropmau hipo temenku.

Tapi, aku waktu buang air kecil di semak-semak (siang bolong), ngga dsiram lagi bekasnya. Cuma diludahin aja. Aku gak tau kalo begitu harus disiram ternyata. Tapi, untungnya gak kenapa-kenapa.” –  @ameliadwianty

Selalu Berdoa di pendakian
Selalu Berdoa | @elim_eva07

Demikianlah sharing dari rekan-rekan Pendaki Cantik tentang pengalaman dan tips mereka menghadapi masa datang bulan atau menstruasi. Punya pengalaman menarik yang ingin dibagikan kepada sahabat pendaki? Yuk, ceritakan di kotak komentar.*

Kontributor Naskah: Rana
Foto Pendaki cantik: @aloysiareny

 

Disadur dari Pendaki Cantik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *