Etika Pertemanan yang Perlu Anda Ketahui

Menjalin hubungan pertemanan merupakan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang tak terelakkan.  Sebab kita perlu berinteraksi dengan sesama.  Interaksi tersebut akan bermanfaat bagi kehidupan, juga bagi pengembangan kepribadian. Peradaban manusia berkembang mencapai kemajuan pesat karena interaksi manusia di dalamnya dalam berbagai bidang maupun aspek. Interaksi yang paling dominan  dalam perkembangan peradaban manusia, yaitu melalui bentuk hubungan pertemanan.

Mustahil sekali jika seseorang mengaku tidak membutuhkan teman, bukan? Jika ada yang dengan bangganya mengaku demikian, sudah dapat dipastikan bahwa orang terebut mengalami kemunduran dalam kepribadian dan perkembangan hidup. Barangkali, Seseorang tersebut adalah manusia di zaman batu yang tersesat di era ini. Menyedihkan sekali hidup tanpa seorang. Juga menyedihkan bila hidup hanya memiliki beberapa teman saja di dunia.

Meskipun sebagian orang menjalin hubungan pertemanan hanya untuk kepentingan sesaat, sebaiknya kita tidak mengikuti pola pertemanan seperti itu. Maka dari itu, menjalin hubungan pertemanan tidak mudah bagi sebagian orang lainnya. Pertimbangannya ada pada hubungan pertemanan  yang menuntut pemahaman bersama akan makna pertemanan. Diperlukan empati yang tinggi, toleransi, juga etika agar pertemanan kita terjalin langgeng sampai akhir hayat dan tidak bertumbuh menjadi batu sandungan satu sama lain.

Ketika menjalin hubungan pertemanan, kita kadang kerap lupa diri menempatkan diri di posisi “teman”. Kemudian tanpa disadari, teman merasa tersinggung, terhina, dan tersakiti oleh perilaku, ucapan, san sikap kita. Hal ini dapat menyebabkan jalinan pertemanan menjadi riskan untuk dilanjutkan lebih baik. Sayang, bukan? Apalagi jika kita telah menjalin pertemanannya terlalu lama. Sejak kecil misalnya, mulai dari masa sekolah, bertetangga rumah, dan lain-lain.

Agar jalinan pertemanan kita tidak begitu terancam putus dan rusak, ada baiknya simak tips berikut ini!

  1. Jangan bossy

Katanya sih berteman, tetapi kita merasa paling tua, paling besar, paling kaya, paling pintar, paling berpangkat, paling cantik dan paling segalanya. Kemudian dengan seenaknya menganggap teman kita berada pada ukuran yang lebih rendah di bawah kita. Biasanya si bossy – sebutan bagi individu yang merasa paling super itu – akan memperlakukan temannya sebagai bawahan, sebagai budak, sebagai hamba yang harus menyembah dan menyanjungnya.

Wah, ini pertemanan yang tidak sehat. Lebih baik jangan dilanjutkan! Usahakan pertemanan itu semuanya sebagai teman, tidak ada si bos dan si bawahan. Semuanya harus berempati, simpati, toleransi, dan saling mengisi. Kalau yang ada si bos dan bawahan, satu pihak akan merasa harus dimengerti melulu, sedangkan satu pihak lagi harus melayani dan memahami. Menyakitkan ya! Berpikirlah lebih bijak! Hindari model teman seperti ini sekarang juga!

  1. Jangan kepo pendapatan teman, apalagi kepo perihal harta bendanya!

Gajimu berapa? Gajimu udah sekian juta ya? Ini motor beli kapan? Siapa yang beliin rumah ini? Beli dong rumah! Beli dong mobil itu!  Ini baju mereknya apa? Bla…bla..blaa. bala…bala.. Barangkali, kita sering menjumpai orang yang mengaku sebagai teman, tetapi suka kepo terhadap pendapatan dan harta benda temannya. Keponya tidak sekali saja, tetapi berkali-kali. Teman tipe ini sudah pasti menyebalkan dan bikin tidak nyaman dibawa ke hubungan pertemanan di era globalisasi  dan digitalisasi. Sebab banyak orang bertanya karya, eh doi malah tanyain pendapatan dan harta. Bisa jadi teman seperti ini hidupnya kurang bahagia sehingga perlu menakar kuantitas pendapatan dan harta orang lain.  Sebaiknya, hindari perilaku dan sifat suka menakar atau kepo dalam hal ini! Ini tidak baik bagi kesehatan hubungan pertemanan. Cutsaja! Masih banyak kok orang baik yang mau berteman, tetapi tidak mau sibuk mengurusi dapur dan harta temannya. Mending berkarya bersama saja untuk kemajuan peradaban manusia!

  1. Jangan menanyakan hal yang terlalu pribadi, kecuali temanmu sendiri yang mengatakannya padamu!

Banyak hal-hal privat yang mungkin bisa terjadi dengan teman kita, seperti perceraian, huru-hara rumah tangga, jatuh bangkrut, dan lain-lain. Jika kita mengetahuinya secara tidak sengaja, jangan langsung frontal menanyakannya! Biarkan saja dulu! Suatu saat temanmu pasti akan bercerita di waktu yang tepat. Sebagai teman yang baik, hargailah privasinya! TBukankah teman itu menyembuhkan dan menenangkan? Namun teman yang kurang baik, malah akan menumbuhkan luka dan menyiram bensin ke api.

  1. Jangan memanfaatkan teman demi uang atau materi lainnya!

Setiap orang pasti pernah diadang kesulitan. Ketika kesulitan datang, jika bukan keluarga yang bisa memberikan pertolongan, pastilah teman yang akan kita tuju guna

membantu mengatasi kesulitan. Mungkin saat sulit, kita butuh meminjam uang kepada teman. Maka jika berjanji mengembalikan pinjaman uang pada tempo tertentu, tepatilah waktunya! Jika belum bisa, segeralah beri kabar! Jika tidak mampu membayar, diskusikan! Jangan hanya karena uang, hubungan pertemanan menjadi rusak! Ok.

  1. Menerima teman apa adanya.

Ini bagian tersulit sebab dibutuhkan kecerdasan bergaul untuk memahaminya. Menerima teman apa adanya: segala kekurangan dan kelebihannya. Jangan membesar-besarkan kekurangan teman! Karena kita pun tak kalah besar kekurangannya. Juga jangan dilebih-lebihkan kelebihan teman! Sebab yang berlebih-lebihan itu tidak baik.

 

Disadur dari Perbincangan Perempuan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *