Komunitas Oksigen Berbuat Sepenuh Hati demi Alam dan Kemanusiaan, Pantang Minta Donasi

TRIBUN-MEDAN.com – “Kita ingin seperti oksigen, meski tidak terlihat, memberi manfaat dan dibutuhkan oleh banyak orang,” ujar Ketua komunitas Oksigen, Wiro Noto Triatmojo, Jumat (8/3/2019).

Alam bekerja dengan sendirinya, memberi oksigen gratis ada manusia, maka manusia layaknya memelihara alam, seperti alam yang tidak hentinya memelihara peradaban manusia.

“Sebenarnya Oksigen adalah singkatan dari orang yang peduli go green, bisa dibilang kami kumpulan manusia pecinta alam,” ujarnya.

Pembina Komunitas Oksigen sekaligus pendiri, Raja Bagas Rambe menceritakan awal terbentuknya komunitas ini, bermula dari sekumpulan anak muda yang memiliki hobi yang sama, yaitu traveling ke tempat-tempat baru.

Namun seiring berjalannya waktu mereka memutuskan untuk berbuat sesuatu dari sekadar jalan-jalan.

“Timbul niat di kawan-kawan untuk melakukan edukasi sambil jalan-jalan dan kami mulai dengan menanam pohon di tempat yang kami singgahi,” ujar Raja.

Ia juga menuturkan bahwa komunitas oksigen tidak bergerak di Medan melainkan pergi ke tempat-tempat pelosok yang dianggap membutuhkan eduasi. Namun meski demikian mereka juga aktif dalam setiap kegiatan sosial lingkungan yang ada di kota Medan.

“Kalau di Medan kita belum pernah membuat suatu kegiatan khusus, namun sejauh ini kita tetap aktif dalam kegiatan yang dibuat oleh kawan-kawan dari berbagai komunitas di kota Medan, kalau kegiatan kecil kita di Medan, hanya edukasi lingkungan ke sekolah-sekolah, terakhir di salah satu panti asuhan di kota Medan,” ujarnya.

Raja mengaku untuk mendapatkan nama yang cocok, komunitas ini memakan waktu satu tahun dalam proses diskusi yang panjang.

”Untuk membuat namakan tidak boleh asal-asalan, karena nama adalah identitas yang menjadi bagian dari tanggungjawab,” ujarnya.

Visi misi komunitas ini adalah menjadi wadah bagi muda mudi mencintai diri sendiri, lingkungan dan seluruh alam semesta.

“Alam memberikan kita segalanya, jika kita peduli pada alam, maka alam juga demikian peduli dengan kita,” ujarnya

Salah satu desa yang sering mereka kunjungi yaitu desa Rumah Liang di perbatasan Kabupaten Deli Serdang dan Tanah Karo.

Kehadiran mereka disana untuk memberi motivasi kepada anak-anak, serta mengedukasi tentang pentingnya memelihara lingkungan.

“Anak-anak disana sangat membutuhkan motivasi, baru-baru ini mereka mengaku malu untuk mengikuti kompetisi matematika di kota, alasannya karena mereka anak desa dan takut diejek, sehingga kami beri motivasi dan pencerahan agar mengasah mental dan kepercayaan diri mereka,” ujar Raja.

Komunitas ini kerap melakukan kegiatan secara spontan dan tidak muluk-muluk. “Komunitas ini adalah wadah non profit untuk kami, jika kami punya uang kami melakukan kegiatan, kami tidak meminta bantuan, karena komunitas ini berjalan atas dasar inisiatif dan kepedulian kami para anggota,” ujarnya.

Raja juga mengaku bahwa komunitas ini berusaha untuk mandiri dan tidak ingin bergantung dari bantuan orang lain.

“Sebenarnya kalau kami minta banyak bantuan yang masuk, tapi kalau kami bisa, mengapa menyusahkan orang banyak, saya tau teman-teman lain juga sangat antusias membantu namun selama kami masih mampu akan kami laksanakan,” ujarnya.

Kegiatan yang biasa komunitas ini lakukan diluar selain edukasi yaitu donasi alat tulis kesekolah-sekolah. “Komunitas ini tidak monoton hanya soal sampah dan lingkungan, melainkan aktif juga terhadap isu-isu terbaru, namun bagi kami edukasi kepada anak-anak itu sangat penting, karena dengan edukasi kita dapat merubah perilaku dan mainset generasi bangsa untuk menjaga lingkungan lebih baik lagi,” ujarnya.

Patungan untuk Mengabdi dan Menanam Pohon yang Menghasilkan Buah

Ketua komunitas Oksigen, Wiro Noto Triatmojo mengatakan bahwa komunitas ini berasal dari berbagai kalangan, baik dari pekerja, mahasiswa hingga orang-orang yang bekerja di konservasi.

“Kalau ada waktu luang, kami berangkat dengan uang patungan yang kami kumpulkan, bersentuhan dengan masyarakat jauh lebih bermanfaat dan berdampak daripada aksi di media sosial, atau hanya sekadar pamer foto demi eksistensi belaka,” ujarnya.

Anggota komunita ini berasal dari berbagai kalangan, seperti calon dokter, pekerja konservasi, hingga, pekerja mesin, sehingga setiap ada kegiatan, mereka akan menyesuaikan dengan ilmu-ilmu yang dimiliki oleh anggota.

“Misalnya  kalau yang calon dokter, akan beri edukasi soal sanitasi, penyakit tidak menular dan menjaga kebersihan,” ujarnya

Komunitas yang dibentuk tahun 2015 juga melakukan hal unik dalam mengabdi. “Setiap kami pergi kesuatu tempat kami membawa sekitar 10 bibit pohon yang biasanya menghasilkan buah, karena kita ingin apa yang kita tinggalkan dapat berguna bagi masyarakat,” ujarnya

Selain itu mereka juga aktif terlibat dalam kegiatan sosial. “Seperti di Binjai, sewaktu terjadinya banjir besar. Kita membantu warga bersih-bersih sekaligus mengedukasi masyarakat dan anak tetang lingkungan dan sampah, baru-baru ini juga bakti sosial ke Tebing Tinggi tepatnya ke suatu panti asuhan, yang anak-anaknya mayoritas broken home jadi kita melakukan semacam TraumaHealing, karena perilaku mereka berbeda dari anak-anak lain, sekaligus kita juga berdonasi buku-buku, dan alat tulis lainnya,” Ujar Wiro.

Bagi Raja dan rekan komunitas Oksigen, terjun langsung ke masyarakat memahami permasalahan mereka sudah menjadi keasikan.

“Ini seperti sebuah panggilan jiwa, disis lain kami juga mendidik diri kami agar selaras antara ucapan dan perilaku, kalau menyimpang dari situ kami merasa gelisah,” pungkasnya.

Sumber : Tribun Medan.
Penulis: Gita Nadia Putri br Tarigan
Editor: Joseph W Ginting

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *