Ketergantungan terhadap plastik membuat indonesia menjadi negara penghasil sampah plastik terbesar di dunia setelah China. Sebagian besar sampah plastik itu terakumulasi di laut dan mengganggu ekosistem alami yang ada. Padahal laut merupakan sumberdaya alam yang penting bagi kehidupan manusia di sekelilingnya. Masalah inilah yang menarik perhatian beberapa anak muda untuk turut berkontribusi menyelamatkan masa depan laut Indonesia. Berikut ulasannya :
Dimas Bagus Wijanarko (42) mengubah sampah plastik menjadi bahan bakar. Dimas bersama komunitas GetPlastik lantas mempersiapkan mesin yang dibutuhkan menggunakan prinsp metode pirolisis. Pirolisis adalah proses dekomposisi termokimia bahan organik melalui pemanasan tanpa menggunakan oksigen atau dengan kadar oksigen sedikit mungkin.
Minyak yang dihasilkan dari alat ini berupa solar, premium, maupun minyak tanah. Namun, nilai oktan yang terdapat pada hasil alat ini belum sama dengan standar yang diberlakukan oleh Pertamina karena nilai oktannya hanya 82, di bawah premium.
Ada juga bapak Muryani (59) yang mampu mengubah sampah plastik menjadi tiga jenis bahan bakar minyak (BBM) dengan alat destinator yang dia ciptakan. Ada 3 Jenis BBM yang dapat dihasilkan yaitu premium, solar dan minyak tanah. Dengan kapasitas destilator 10 kg plastik, 60% disuling menjadi solar, 25% menjadi premium dan 15% disuling menjadi minyak tanah. Proses penyulingan dengan panas sekitar 200 derajat celcius membutuhkan waktu hingga 4 jam.
Sekelompok mahasiswa Departemen Teknik Kimia UGM mengembangkan rancangan mobil pintar yang mampumengolah sampah plastik menjadi bahan bakar dan rendah emisi. Gagasan ini lahir dari pemikiran Herman Amrullah, Sholahuddin Alayyubi, Thya Laurencia Benedita Araujo, serta Naufal Muflih. Keempatnya tergabung dalam tim Smart CarMCS (Microalgae Cultivation Support).
Mobil dimodifikasi dengan penambahan sejumlah alat seperti tabung reaktor pirolisis untuk menampung dan mengolah sampah plastik menjadi bahan bakar cair yang berada didalam body mobil. Tabung ini dapat menampung hingga 2 kilogram sampah plastik.
Melalui proses pirolisis sampah plastik ini dikonversi menjadi bahan bakar cair dengan memanfaatkan panas dari gas buang knalpot mobil yang suhunya bisa mencapai 400-500 derajat celcius. Hasil dari proses pirolisis berupa bahan bakar cair yang ditampung dalam tabung penampungan di bawah mobil.
Evoware adalah nama yang diberikan David Christian dkk kepada produk inovatif berupa gelas, yang terbuat dari rumput laut dan bahan-bahan alami lainnya sehingga aman untuk dikonsumsi. Evoware memiliki misi untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai untuk mengurangi dampak global warming. Saat ini evoware telah mengembangkan inovasinya dengan menciptakan produk baru berupa coffee sachet, seasoning sachet dan foodwrap (burger, sandwich, bread) dan semuanya layak untuk dikonsumsi.
Evoware memiliki sistem baru yang mulai dijalankan pada 2018 ini untuk mempermudah dan menekan harga jual. Evoware dijual ke restoran dengan paket yang terdiri atas bubuk jelly dan cetakannya. Selanjutnya restoran membuat gelasnya sendiri di tempat mereka masing-masing.
PT. Tirta Marta sebuah perusahaan yang bergerak di bidang kemasan plastik fleksibel telah mengembangkan produk inovatif yang diberi nama Ecoplas. Ecoplas adalah polimer bio-degradable yang terbuat dari tapioka. Produk yang telah dikembangkan sejak tahun 2013 ini dibuat untuk menandingi standar kantong plastik belanja. Ecoplas bisa terurai hanya dalam waktu seminggu disaat kantong plastik konvensional harus terurai selama puluhan tahun.
Bahan yang sama juga digunakan oleh perusahaan PT. Nirwana Alam Hijau dengan merk produk AVANI Eco. Produk yang ditawarkan oleh AVANI Eco tidak hanya kantong plastik tetapi lebih variatif yaitu jas hujan, box makanan, gelas dan peralatan makanan lainnya.
Berdasarkan hasil uji laboratorium tahun 2017 oleh Pusat Litbang Jalan, Balitbang PUPR, campuran beraspal panas dengan tambahan limbah plastik menunjukkan peningkatan nilai stabilitas dan lebih tahan terhadap deformasi dan retak lelah dibandingkan dengan campuran beraspal panas standar.
Penggunaan aspal campuran limbah plastik ini bahkan telah diuji coba pada beberapa ruas jalan nasional diJakarta, Maros (Sulawesi Selatan), Bekasi (Jawa Barat), Denpasar (Bali) sepanjang 700 meter dan Tol Tangerang-Merak (Banten) sepanjang 90 meter. Rata-rata proyek tersebut menggunakan campuran enam persen limbah plastik untuk mengurangi risiko aspal mudah retak.
Angin segar untuk meningkatkan volume recycle limbah plastik pada aspal hingga 20% datang dari inovasi mahasiswa Fakultas Teknik UGM. Mahasiswa menciptakan alat pencacah limbah plastik hingga ukurannya mencapai 4mm. Nantinya, alat pencacah plastik itu akan didistribusikan ke tempat pembuangan akhir sampah di berbagai daerah. Limbah plastik kresek akan dicacah menjadi ukuran kurang lebih 4 milimeter (mm) dengan harga jual sekitar Rp 4.000per kg.
Usaha untuk mengurangi tentu tidak hanya lewat inovasi produk pengganti plastik, namun juga dibarengi oleh gerakan sosial yang massive dan tertata untuk mengubah kultur penggunaannya di masyarakat. Gerakan itu di inisiasi oleh kaka adik asal Bali bernama Melati dan Isabel Wijsen dengan nama Bye Bye Plastic Bags.
Bye Bye Plastic Bags (BBPB) adalah sebuah gerakan yang dimotori oleh anak muda dari seluruh dunia untuk meniadakan sampah kantong plastik. BBPB mencoba meningkatkan perhatian dan memberikan edukasi mengenai bahaya dari sampah plastik terhadap lingkungan , hewan dan kesehatan kepada masyarakat. Mereka telah mengajak dan berbicara kepada lebih dari 20.000 anak muda diseluruh dunia dan menciptakan 2 buku yang ditujukan pada sekolah dasar sebagai media pembelajaran.
BBPB telah banyak mengadakan kegiatan yang memantik banyak orang untuk mengurangi sampah plastik di alam dengan program Pilot Village, River BOOM toolkits, Mountain Mama’sSosial Enterprise. Kegiatan memungut sampah secara beramai-ramai di sekitar pantai Bali juga sering mereka lakukan.
Disadur dari Farming.id ditulis oleh Amir Mugozin