Pesta Persahabatan: Sebuah Jembatan Solidaritas Antar Bangsa Dan Budaya

Pesta Persahabatan: Sebuah Jembatan Solidaritas Antar Bangsa Dan Budaya, Amorpost.com  –  Suasana damai dan penuh sukacita memenuhi ruangan. Tawa dan percakapan terdengar akrab hampir di setiap sudut ruangan. Begitulah potret kegiatan pesta persahabatan yang diadakan para kelompok Pemuda Damai San’t Egidio Jakarta, Minggu, (24/3) bertempat di Rumah Komunitas Jln. Kaji no. 20, Petojo Utara, Gambir – Jakarta Pusat.

Di tengah tembok pemisah dalam membangun solidaritas antar manusia, serta isu anti-kemanusiaan. Komunitas San’t Egidio lewat gerakan Pemuda Damai mengadakan kegiatan solidaritas bersama para pengungsi lintas negara.

Kegiatan bertajuk Pesta Persahabatan-Jangan Berhenti Berharap ini bertujuan memberi dukungan dan hati bagi mereka untuk bangkit dari pengalaman traumatis menuju hidup yang penuh pengharapan. Kegiatan ini juga diharapkan dapat membantu memenuhi keterbatasan hak para pengungsi di tengah perjuangan hidup mereka.

Chandra Christian dalam sambutannya mengatakan bahwa Pemuda Damai San’t Egidio merasa sangat gembira dapat melaksanakan kegiatan ini “menjadi kegembiraan tersendiri bagi kami bisa bersama sama teman-teman (para pengungsi) saling berbagi sukacita. Saya berharap kita dapat tetap menjalin hubungan kekeluargaan dan dapat memberi dukungan kepada teman teman,” ungkap Chandra.

Selain itu, Eveline perwakilan Komunitas San’t Egidio Jakarta juga mengungkapkan kegembiraannya dengan adanya kegiatan solidaritas ini. “saya merasa bahagia lewat terwujudnya kegiatan ini dapat bertemu dengan teman-teman yang berasal dari negara lain. Kami menyadari bahwa teman-teman tentu merasa kesulitan dan melalui banyak perjuangan sebagai pengungsi” ungkapnya.

Dia juga mengungkapkan bahwa, menurut data UNHCR, ada sekitar 14.000 pengungsi di Indonesia. Di Jakarta, pengungsi lintas negara tersebar di beberapa titik. Realitas hidup para pengungsi lintas negara di Indonesia sering menghadapi perjuangan untuk bertahan hidup.

Ia melanjutkan bahwa UNHCR sudah menginformasikan kepada para pengungsi, bahwa perpindahan tempat tinggal ke negara ketiga menjadi kecil kemungkinannya, dan mereka harus berusaha sebaik mungkin untuk membaur ke dalam masyarakat Indonesia.

Salah satu bagian acara dari kegiatan ini juga memberi kesempatan bagi perwakilan dari para pengungsi untuk menceritakan pengalaman hidup mereka di Indonesia. Shawqi Ramadhan salah satu pengungsi yang berasal dari Sudan menceritakan bahwa kehidupan mereka sebagai pengungsi sangat penuh dengan perjuangan untuk dapat bertahan hidup.

”Saya sudah 9 tahun hidup sebagai pengungsi di Indonesia. Selama itu saya berjuang untuk dapat terus hidup tanpa bekerja, makan dan minum seadanya. Warga Indonesia menganggap kami para pengungsi orang kaya yang punya banyak duit. Kami sulit untuk mendapatkan pekerjaan walaupun kami mampu. Anak-anak kami tidak dapat diterima di sekolah,” cerita shawqi.

Kegiatan ini dihadiri oleh beberapa pengungsi yang berasal dari negara Ethiopia, Somalia, Sudan, Iraq, Yemen dan Palestina. Kegiatan diawali dengan sambutan selamat datang oleh Pemuda Damai terhadap para pengungsi, games perkenalan, dilanjutkan dengan sharing dari para pengungsi, testimonial Pemuda Damai, dan pemutaran video bertema Global Friendship, doa bersama untuk perdamaian dunia serta makan siang bersama. Kegiatan ditutup dengan pesta persahabatan.

Oleh Gabriel J. Anin, Pemuda Damai San’t Egidio, sebuah gerakan anak muda yang merupakan bagian dari Komunitas Sant’Egidio.

 

Artikel ini disadur dari Amorpost

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa liputan acara komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *