Komunitas Rumah Kreatif Blitar Kenalkan Sejarah Lewat Film ‘Kawentar’, Sarana Belajar Kaum Milenial

TRIBUNJATIM.COM, BLITAR – Sekelompok anak muda yang tergabung dalam Komunitas Rumah Kreatif Blitar mencoba mengenalkan sejarah dan budaya di Blitar lewat sebuah karya film Kawentar.

Film itu diharapkan dapat menjadi sarana mengenalkan sejarah dan budaya di Blitar khususnya bagi kaum milenial.

Film dengan judul Kawentar, kependekan dari Kaweruh Njeroning Blitar, itu tergolong film dokumenter fiksi.

Mereka berusaha menceritakan sejarah dan budaya di Blitar lewat tokoh utama rekaan seorang gadis bernama Kinanti.

“Proses pembuatannya selama 37 hari dan sekarang sudah selesai. Risetnya yang lama, sekitar 3,5 tahun,” kata Grantika Pujianto (27), sutradara Film Kawentar, Minggu (14/4/2019).

Dalam film itu, diceritakan Kinanti yang diperankan Avilda Sasabila, merupakan mahasiswi sebuah kampus swasta di Jakarta.

Nenek moyang Kinanti berasal dari Blitar. Suatu ketika Kinanti ingin berlibur ke Blitar untuk tapak tilas leluhurnya.

Tanpa disengaja, Kinanti membaca sebuah website tentang tempat wisata dan kebudayaan di Blitar.

Kinanti langsung tertarik untuk mengenal lebih dekat Blitar. Dia berusaha mencari tahu seluk beluk sejarah dan kebudayaan di Blitar.

“Kami ingin menceritakan sejarah dan budaya di Blitar secara utuh lewat sosok Kinanti. Kinanti ini bisa dikatakan mewakili kaum milenial yang peduli dengan sejarah dan kebudayaan di Blitar,” ujar pemuda asal Panggungrejo, Kabupaten Blitar itu.

Film dengan durasi 115 menit itu mencoba mengupas sejarah dan kebudayaan di Blitar.

Mulai tempat-tempat bersejarah seperti candi, Makam Bung Karno, tokoh-tokoh lokal, tempat wisata, hingga Gunung Kelud. Sejumlah tempat bersejarah itu juga menjadi setting pembuatan film.

Grantikan mengatakan Blitar merupakan daerah kecil yang kaya dengan sejarah. Banyak situs kerajaan yang beridiri di Blitar.

Candi-candi yang dipercaya menjadi makam raja juga ada di Blitar.

Dia mencontohkan Candi Simping di Kademangan, yang dipercaya sabgai makam Raden Wijaya, raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Majapahit.

Lalu di sisi timur tepatnya di Desa Sawentar ada candi Sawentar yang dipercaya menjadi tempat pendarmaan Hayam Wuruk.

Di bagian barat tepatnya di puncak gunung Pegat masuk Desa Bagelenan, Srengat ada candi Mleri. Candi Mleri ini dipercaya sebagai makam Ranggawuni, raja ketiga Kerajaan Singasari.

Lalu, di bagian utara masuk Desa Penataran, Nglegok, ada Candi Penataran. Candi ini sebagai pertemuan tiga peradaban, yaitu, Kerajaan Kediri, Kerajaan Singasari, dan Kerjaan Majapahit. Candi ini sebagai tempat upacara kerajaan.

Selain itu, di Blitar juga terdapat Makam Bung Karno, yang merupakan presiden pertama RI sekaligus bapak proklamator. “Kami juga mengulas tokoh-tokoh Blitar, seperti Aryo Blitar,” ujarnya.

Menurutnya, biaya pembuatan film secara swadaya patungan dari anggota komunitas. Biaya pembuatannya ditaksir mencapai Rp 60 juta.

Biaya itu paling banyak untuk menyewa alat shooting. “Alat untuk shooting kami hanya menggunakan kamera DSLR, itupun kami menyewa,” katanya.

Dia berharap, film ini bisa menjadi sarana pembelajaran mengenal sejarah dan kebudayaan di Blitar khusunya bagi kaum milenial.

Dia ingin, instansi-instansi pemerintah dan sekolah mau menonton film itu.

“Kami sudah koordinasi dengan Dinas Pariwisata baik Kota dan Kabupaten Blitar untuk memutar film ini di instansi-instansi dan sekolah,” katanya.

Penulis: Samsul Hadi
Editor: Sudarma Adi
Artikel ini disadur dariTribun Jatim.

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa liputan acara komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *