Chijeuline : Komunitas Penggemar Kpop, Hobi yang Bisa Hasilkan Uang

Kpop merupakan sebuah genre musik baru yang digemari oleh anak muda. Musik yang berasal dari negri gingseng ini menjajal mancanegara termasuk Indonesia.

Di Indonesia, banyak dari penyuka musik korea pop adalah kalangan muda. Mereka ini disebut Kpopers. Satu diantaranya adalah Kanti.

“aku suka kpop sejak SMP. Dulu basicnya itu balerina, suka disney. Terus jauh banget langsung ke Kpop,” tutur Kanti sambil tersenyum.

Karena ketertarikannya dengan musik korea, Kanti bersama dua orang temannya yang berasal dari SMA, membentuk sebuah komunitas yang dinamakan Chijeuline pada 12 Juni 2014.

“Chijeuline berasal dari gabungan kata bahasa Korea Chijeu yang dalam Bahasa Indonesia berarti Keju dan line dalam bahasa inggris yang berarti garis,” kata Founder Chijeuline, Kanti.

“Nama Chijeuline berarti kami berharap menjadi seperti keju yang ketika semakin banyak melewati garis-garis waktu bisa menjadi lebih mahal dan semakin enak, begitu pula dengan kami,” tuturnya.

Komunitas ini terbentuk dengan latar belakang bisa menjadi wadah bagi Kpopers se-Kota Medan yang suka menari dan menyanyi lagu korea.

Untuk mencapai tujuan tersebut, setiap tahun melaksanakan acara bagi penggemar musik ini sejak November 2014. Saat itu tema yang diangkat adalah The first chijeu korean gathering.

“Kami dari tahun ke tahun selalu ngadain acara, kecuali 2017 karena satu dan beberapa hal. Kegiatan yang kami lakukan adalah kompetisi tari dan menyanyi. Selain kompetisi, kami juga mengadakkan workshop tari,” tuturnya.

Kanti menyatakan, untuk tahun 2018 mereka akan mengadakan Summer Vibes Event. Acara yang akan digelar pada 21 dan 22 Juli 2018 ini akan menghadirkan youtuber yang cukup terkenal di kalangan Kpopers, Natya Shina dan Rendy Pritananda.

“Selain menjadi juri dalam kompetisi, Natya akan ada di workshop buat berbagi ilmu tentang dance ke peserta workshop. Kalau mau tau infonya, hubungi aja instagram kami @chijeuline” kata Kanti.

Menurut Kanti menjadi Kpopers di Medan ini lumayan susah. Hal ini karena jarangnya acara-acara Kpop dan masih banyak yang memandang musik Kpop itu hanya dari tampang. Selain itu kesukaannya terhadap genre musik ini banyak menggundang orang mencelanya.

“ini pengalamanku sendiri, banyak yang bilang Kpop bagus dari tampang saja, laki-laki tapi nari-nari. Padahal sebenarnya menjaga vokal sambil menari itu hal yang sulit lo,” kata Kanti.

Selain itu Mahasiswi semester 7 Institut Seni Indonesia ini juga merasa banyak hal yang dipelajarinya dari kehidupan idolanya.

“Orang korea itu rajin-rajin dan multitasking. Itu banyak kuterapkan dalam kehidupanku sehari-hari,” jelasnya.

Kanti tidak menampik bahwa menyukai musik korea banyak membuatnya mengeluarkan uang. Seperti untuk membeli VCD, tiket konser, dan marchendise dari boyband dan Girlband korea.

“memang banyak uang yang habis, tapi itu juga untuk investasi. Aku sendiri banyak dapat uang dari hobiku. Misalnya menjual barang-barang korea secara online, dan itu semua mampu menutupi uang yang kukerluarkan untuk hobiku,” tuturnya.

Meski diawal banyak yang menganggap hobi Kanti ini aneh dan diejek, menurutnya cukup lakukan saja asal bisa bertanggung jawab sama yang dikerjakan.

“yang penting jangan merugikan orang lain. apalagi orang tua. Kalau punya hobi ya bertanggung jawablah. Jangan membebani orang tua untuk beli kaset, kalo belum bisa beli ya nonton di Youtube juga masih bisa,” pungkasnya.

Penulis: Septrina Ayu Simanjorang
Artikel ini telah tayang di  Tribun Medan.

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *