Sabtu (8/6/2019) kemarin, menjadi hari yang tidak akan terlupakan oleh SDN 6 Jehem, Tembuku, Bangli.
Bagaimana tidak, Komunitas Kanaditya meresmikan wajah perpustakaan yang baru bagi anak-anak sekolah ini.
Perpustakaan yang lebih menarik, nyaman, ramah anak dan dengan donasi buku-buku anak yang baru dari para donatur.
Usai peresmian perpustakaan yang baru, selanjutnya dilaksanakan beberapa kegiatan kelas aksara.
Project Coordinator, Donnie Weda Dharmawan mengatakan kelas pengembangan aksara meliputi pelatihan mendongeng untuk guru, mendongeng untuk anak, seminar membaca pada anak untuk orang tua siswa, dan penulisan aksara Bali.
Pelatihan dongeng diberikan oleh A.A.Sagung Mas Ruscitadewi (sastrawan), kelas mendongeng untuk anak-anak dari Debby Lukito Goeyardi (penulis cerita anak), Indah Nurdiana (guru) serta Agus Sudarmanto (sales manager), seminar “Membaca pada Anak” oleh Putu Wirmayani (psikolog) untuk para orang tua siswa dan tidak lupa kelas penulisan aksara Bali oleh IGA Darma Putra (penerima penghargaan sastra Rancage 2017) dan kelas Membaca Interaktif oleh Ayu Arista Dewi (guru).
“Kelas ini dirancang untuk meningkatkan budaya membaca pada anak-anak SDN 6 Jehem Bangli,” kata Donnie kepada Tribun Bali, Minggu (9/6/2019).
Pihaknya menamai kelas ini dengan nama Bina Anak Cinta Aksara (BACA).
BACA ini merupakan proyek literasi yang dirancang oleh komunitasnya secara berkelanjutan selama 6 bulan.
Setelah itu, dilanjutkan dengan pengumpulan donasi berupa buku bacaan untuk anak, permainan edukasi, dan keperluan perpustakaan yang lain.
Langkah selanjutnya adalah mempercantik wajah perpustakaan dengan mural dan membuat menjadi lebih nyaman bagi anak-anak.
“Proyek BACA masih akan dilanjutkan dengan pengawasan dan evaluasi di SDN 6 Jehem Bangli agar tujuan proyek ini dapat terukur dengan maksimal,” katanya.
Ia menambahkan dipilihnya SDN 6 Jehem ini dikarenakan beberapa pertimbangan yakni latar belakang pekerjaan dari orang tua anak anak di SDN 6 Jehem Bangli yang kurang mampu, sekolah ini terancam ditutup karena jumlah siswa yang kurang cukup dan fasilitas sekolah yang kurang memadai.
“Jumlah siswanya hanya 67 orang dari kelas I sampai kelas VI,” katanya.
Kanaditya merupakan komunitas yang didirikan oleh Debby Lukito Goeyardi dan Dewa Gede Agung Dharmayasa yang rutin menjadi kakak pengajar anak-anak buruh suwun di pasar Badung serta rutin berkunjung ke bangsal Pudak untuk anak-anak penderita kanker dari keluarga tak mampu sejak awal tahun 2012.
Kanaditya berasal dari bahasa Sanskerta Kanaka dan Aditya yang keduanya bermakna Matahari.
Filosofi sederhana dari Matahari menjadi pegangan Kanaditya dalam menjalankan kegiatannya Matahari selalu menyinari bumi tanpa pamrih dan tanpa mengharapkan apa pun.
“Harapan kami agar anak-anak yang kami bina akan menjadi cahaya terang bagi anak-anak lainnya, agar hal-hal kecil yang kami lakukan mampu menginspirasi dan memotivasi yang lain untuk melakukan hal yang lebih baik lagi,” katanya.
Saat ini, Kanaditya memiliki beberapa tempat untuk dikunjungi, seperti anak-anak buruh suwun di pasar tradisional, anak-anak penderita kanker dari keluarga kurang mampu di rumah sakit, anak-anak berkebutuhan khusus, anak-anak dengan kekurangan pada indera penglihatan (tuna netra), bayi-bayi yang tak memiliki orang tua serta anak-anak di Sumba dan Flores.
Sebelum melakukan penataan perpustakaan ini, didahului dengan penandatangan surat kesepakatan bersama (MoU) dalam hal peningkatan budaya baca anak pun dilakukan diantara kedua belah pihak yaitu SDN 6 Jehem dan Komunitas Kanaditya yang diwakili oleh Dewa Gede Agung Dharmayasa S.Pd pendiri Komunitas Kanaditya dan Dewa Ketut Telabah yang merupakan Kepala Sekolah SD 6 Jehem.
Kepala Sekolah SD 6 Jehem, Dewa Ketut Telabah mengaku sangat senang dengan adanya program ini.
Penulis: Putu Supartika
Editor: Alfonsius Alfianus Nggubhu
Artikel ini telah tayang di Tribun Bali.