Dalam beberapa tahun terakhir, tren urban farming atau pertanian urban diminati oleh masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Urban farming merupakan praktik budidaya, pemrosesan, dan disribusi bahan pangan di atau sekitar kota. Urban farming sangat cocok untuk masyarakat perkotaan yang ingin menerapkan gaya hidup sehat namun terkendala oleh tempat dan waktu yang terbatas.
Arena.id dalam program Center Stage “Community Workshop: Urban Farming Class”, mengundang Rommy Zulkarnaen untuk berbagi pengetahuan seputar urban farming, khususnya hidroponik. Rommy Zulkarnaen merupakan trainer Kelompok Tani Dahlia Cempaka Putih.
Urban farming memiliki peran yang sangat bervariasi, yakni sebagai salah satu sarana ketahanan dan kesehatan pangan keluarga, berkontribusi terhadap kualitas lingkungan, serta memiliki fungsi estetika, sosial, dan edukasi. Terdapat 2 strategi budidaya dalam urban farming, yaitu vertikultur dan hidroponik.
Hidroponik sendiri berasal dari 2 kata, yaitu hydro dan ponos. Hydro artinya air, dan ponos artinya kerja atau daya. Secara singkat, hidroponik berarti menanam tanpa menggunakan media tanah.
Hidroponik memiliki beberapa keunggulan, di antaranya, menghemat waktu persiapan dan panen, menghemat waktu dan tempat, menghemat air dan pupuk, hama dan penyakit lebih sedikit, lingkungan lebih bersih, serta dapat diaplikasikan di lokasi yang sulit. Terdapat beberapa klasifikasi tanaman dalam hidroponik, yaitu sayuran daun, sayuran buah, buah, tanaman hias, dan tanaman herbal.
Ada 6 hal penting yang perlu diperhatikan dalam hidroponik, yaitu cahaya, air, udara, nutrisi (unsur hara), bibit, dan media tanam. Terdapat 5 macam media tanam hidroponik; sekam bakar, rockwoll, cocopeat, pasir malang, dan hidroton. Kelima media tanam ini dijual bebas, sehingga bisa didapatkan di mana saja.
Sistem hidroponik terbagi menjadi 6 jenis, yaitu sistem wick, EBB/ pasang surut, rakit apung/ floating, NFT, water culture, drip, dan aeroponic. Sistem wick juga disebut sistem sumbu, di mana air dialirkan ke akar dan tanaman melalui sumbu. Sistem ini merupakan sistem yang termudah untuk diterapkan.
Penanaman bibit dalam medium rockwoll disesuaikan dengan besaran tanamannya. Contohnya untuk sawi sebaiknya bibit di tanam di rockwoll satu-satu. Sedangkan untuk bayam dan kangkung bisa ditanam 5 bibit sekaligus.
Alat ukur juga sangat dibutuhkan dalam hidroponik. pH meter berfungsi untuk melihat kualitas air, biasanya pH yang digunakan sekitar 5 – 7. Peralatan hidroponik biasanya menggunakan botol plastik bekas air mineral, styrofoam, kain flanel untuk sumbu, pipa, dan sebagainya.
Ada 3 fase tanaman hidroponik, yaitu fase semai, fase remaja, dan fase pembesaran/ dewasa. Skala instalasi hidroponik pun beragam mulai dari skala rumahan hingga skala industri.
Hasil panen hidroponik dapat dikonsumsi untuk sendiri maupun dijual kembali. Produk yang dihasilkan tahan selama 3 minggu di dalam kulkas dalam kondisi masih bagus dan segar. Pemula dapat memulai bertanam hidroponik bayam, kangkung, dan sawi-sawian karena cenderung mudah perawatannya.