Lebih Dekat dengan Komunitas Perajin Boneka Rajut Khas Jepang

TUGUMALANG.ID – Berderet-deret boneka mungil berjajar rapi di sebuah rumah di Jalan Kangean nomor 3 Kota Malang. Aneka warna, bentuk, dan model boneka tersaji disana. Mulai dari karakter game, kartun, kendaraan, hingga dinosaurus juga ada. Semua boneka yang ada disana merupakan jenis Amigurumi, atau boneka rajut khas Jepang.

Di Kota Malang, terdapat komunitas pegiat dan penghobi merajut boneka khas Negeri Sakura tersebut. Nama komunitasnya Amigurumi Artist Malang, atau disingkat AAM. Meski masih beranggotakan 7 orang dan sebagian besar diisi oleh ibu-ibu, namun mereka terbilang aktif dalam berkarya.

Pada awalnya komunitas itu sebenarnya tidak fokus pada boneka rajut saja. Melainkan semua karya rajut mulai dari tas, topi, sweater, dan tentu saja boneka Amigurumi. ”Jadi awalnya berawal dari hobi. Yakni memiliki hobi yang sama yaitu rajutan dan suka pada boneka rajut,” terang salah seorang anggota AAM, Wida Citragemawati. Dirinya menjelaskan bahwa saat itu, hanya ada 5 orang saja yang menjadi anggota komunitas.

Mereka adalah Allafa Aryati, Anies Setya, Alfacha Yudhaningtyas, Wida Citragemawati, dan Moeniroh. Sedangkan dua anggota tambahan lagi adalah Ara dan Renny Natalia. Komunitas ini awalnya berdiri pada tahun 2017. Semua berawal ketika mereka ingin membuka stan khusus yang menyediakan produksi kerajinan tangan boneka rajut pada suatu pameran.

”Awalnya kami ikut acara di ajang Parade Handicraft pada tahun 2017. Amigurumi ini biasanya sebagai sisipan saja. Maka kami ini ingin agar supaya Amigurimi ini biar menonjol dan kelihatan saat dipajang,” bebernya. Dari pameran itu, ide untuk membuat wadah komunitas pun akhirnya tercetus.

Respon pengunjung atas karya-karya mereka juga cukup baik. ”Jadi di luar dugaan. Tinggi banget dan banyak yang tertarik,” ujarnya. Hal itu terlihat dari banyaknya peminat yang mengikuti workshop atau pelatihan yang mereka adakan. ”Awalnya hanya menyiapin sedikit. Mungkin hanya 10 kursi, ternyata peminat yang ingin belajar sampai 20 orang lebih,” lanjutnya.

Untuk diketahui, AAM sendiri telah mengikuti beberapa kali pameran kerajinan. Seperti pameran di wahana wisata Jatim Park, Ubud Hotel, Universitas Merdeka Malang, dan juga Parade Handicraft di Aula Skodam V Brawijaya. Pada event Parade Handicraft tahun 2019, mereka sukses meraih peringkat 2 pada kategori stan terfavorit.

Produksi dan Penjualan Amigurumi

Produksi boneka yang dilakukan oleh Amigurumi Artis Malang sebenarnya tidak menentu. Namun pihaknya menyatakan kerap melakukan pertemuan rutin setiap hari selasa dan sabtu. ”Kalau untuk boneka yang ukuran kecil mungkin satu hari bisa 2-3 boneka. Tapi kalau yang besar bisa sampai 2-3 hari untuk satu boneka,” papar anggota AAM lainnya, Alfacha Yudhaningtyas. ”Jadi untuk satu bulannya belum pasti, karena manajemennya memang belum sampai sana,” sambungnya.

Bahan pembuatan boneka tersebut sebenarnya cukup mudah dicari. ”Ada benang rajut polyester dan katun. Katun ini ada katun lokal, katun Bali, soft katun (softcotton), san katun susu (milkcotton),” tambahnya. Untuk pakaian bayi atau rajutan boneka untuk bayi, mereka biasa menggunakan benang katun susu. Tekstur yang lebih lembut dan aman untuk anak-anak menjadi alasannya.

Soal harga, hasil kerajinan tangan ini memang relatif lebih mahal dibandingkan boneka buatan pabrik. Untuk yang paling murah, Amigurumi Artist Malang membanderol harga mulai dari Rp15 ribu. hingga Rp 250 ribu. Tinggi bonekanya antara 3 cm hingga 30 cm.

”Kendalanya tentu kami kalah sama pabrik. Dengan harga Rp 25 ribu konsumen sudah dapat boneka yang besar. Dan di kami hanya mendapat boneka yang kecil,” terangnya. Ia menyatakan bahwa setiap bulannya, AAM bisa menjual sebanyak 50-70 boneka. Dari total penjualan itu, pendapatan kotor sebesar Rp 5 juta bisa mereka bukukan per bulan.

Reporter: Gigih Mazda
Editor: Irham Thoriq
Foto: Gigih Mazda
Artikel ini telah terbit di kumparan
Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *