Komunitas Zero Waste Indonesia, Ajak Masyarakat Peduli Sampah

Beragam kampanye konsep sustainable atau menjaga lingkungan dengan mengubah pola hidup sehari-hari memang tengah hits akhir-akhir ini, seperti sustainable fashion, upcycle fashion, mengurangi penggunaan sampah plastik dan sebagainya

Dari dasar itulah Komunitas Zero Waste Indonesia hadir. Komunitas ini mengajak masyarakat untuk bergaya hidup zero waste dan meminimalir sampah.

Terbentuk bertepatan dengan Hari Bumi 1 April 2018, Komunitas Zero Waste Indonesia gencar meluncurkan berbagai inovasi dan masuki berbagai lini kehidupan masyarakat Indonesia.

Miris dengan Keadaan Indonesia

Berangkat dari kekhawatiran Maurilla Imron, Founder Zero Waste Indonesia yang sudah hidup di Belanda selama 10 tahun serba teratur dan tertata termasuk dalam hal sampah. Tapi ketika kembali di Indonesia perempuan itu dibuat miris dengan tanah kelahirannya sendiri.

Maurilla menonton sebuah video seorang penyelam di Nusa Penida, tapi bukan ikan cantik yang ditemukan tapi semua sampah plastik yang berenang. Perempuan itu lantas berpikir apa yang bisa dilakukannya untuk mengurangi sampah-sampah itu.

“Waktu itu Maurill cari informasinya itu susah, nggak ada yang bahasa Indonesia, akhirnya dia menstranlasi dari yang dia temukan, dia translate dan tulis lagi dalam bahasa Indonesia yang ternyata waktu itu disambut baik, instagram followers lebih banyak, lalu di website tulisan banyak yang baca,” ungkap Amanda Zahra Marsono, Public Relation and Marketing Manager Zero Waste Indonesia kepada Suara.com beberapa hari lalu di Jakarta.

Bekerja sendiri dan berjuang untuk berikan pengetahuan, dengan tidak tunjuk-tunjukkan mencari kesalahan dan fokus apa yang bisa dilakukan diri sendiri dar mulai hal terkecil. Sampai akhirnya bertemu Maurilla dan Amanda.

Amanda langsung tertarik pada waktu itu. Ia antusias dengan menggunakan background-nya sebagai PR dan marketing sehingga pergerakan Zero Waste Indonesia semakin aktif.

“Saya ketemu Maurill, saya juga tinggalnya nggak di Indoneisa, saya di Malaysia. Namanya rumah di sini, akhirnya barulah muncul program kampanye itu abis diskusi bareng. Maurila foundernya. Kalau saya lebih ke PR dan marketing, kalau kayak gini jangan heboh sendiri susah, akhirnya terciptalah visi keempat itu kolaborasi, ajak semuanya,” jelas Amanda panjang lebar.

Amanda mengatakan bahwa di saat banyak orang fokus dengan sampah plastik, Komunitas Zero Waste Indonesia melihat persoalan sampah lain, yakni sampah industri fesyen yang juga sulit terurai.

Inilah yang menjadi alasan mengapa tercetuslah proyek Tukar Baju, dimana orang yang bosan dan baju yang tidak terpakai bisa ditukarkan kembali dengan baju baru, sehingga tidak menumpuk di lemari lalu jadi sampah.

Tukar Baju dan Program Unik Lain

Proyek Tukar Baju sudah diselenggarakan enam kali di empat kota yakni, Jakarta, Yogyakarta, Bandung dan Tangerang Selatan.

Untuk berpartisipasi, jelas Amanda, cukup membawa maksimal lima baju bekas dan layak pakai. Nantinya pakaian tersebut akan dikurasi sesuai syarat dan ketentuan. Lalu peserta yang ikut program Tukar Baju akan mendapat token yang efeknya seperti uang dan akhirnya bisa dapat lima baju yang diinginkannya.

 “Kita kasih token seperti uang. Jadi langsung ke kasir abis itu dikasih tokennya. Kita dapet baju baru, tapi nggak perlu keluar uang, bener-bener barter, seperti namanya tukar baju. Pas tukar langsung taruh di rak, ada 18 rak kita taruh gantungan. Ini uniknya tukar baju, new collection ada setiap menit, baru dateng langsung pajang, baru langsung pajang,” cerita Amanda panjang lebar.

Selain tukar baju, Komunitas Zero Waste Indonesia akan mengajak kolaborasi perusahaan atau restoran untuk menerapkan minimalisasi sampah, seperti meniadakan botol, sedotan dan gelas plastik kemasan, menggantinya dengan air galon besar yang bisa di isi ulang.

Tak hanya itu, lanjut Amanda, nantinya Komunitas Zero Waste Indonesia juga rencananya akan membuat semacam trip penilaian, predikat seberapa zero waste tempat tersebut.

“Jadi kalau tripadvisor tripnya 9 dia ada tuh ditempel dapat ratingnya kita dapat certification. Buat pemilik kafe itu udah banyak yang kayak, udah nggak nyediain air kemasan kecil, tapi kasih dispenser besar, itu zero waste sebenernya. Kita buat arah itu, jadi biar ajak pebisnis lain terinspirasi untuk membuat tipe bisnis kayak gitu,” tuturnya.

Program lain Komunitas Zero Waste Indonesia, kata Amanda, ada diskusi online, program magang, piknik tanpa sampah hingga menjadi pembicara dan konsultasi brainstorming agar menerapkan pola hidup zero waste di kantornya.

Masyarakat Indonesia Bisa Diajak Peduli Sampah

Selama bergelut di Komunitas Zero Waste Indonesia bersama rekan-rekan seperjuangan, Amanda mengaku tidak setuju jika Indonesia dianggap orang yang bebal dan sulit diajak untuk maju, termasuk soal kepedulian terhadap sampah.

Justru komunitas ini, lanjut dia, menyadari sangat mudah untuk mem-brainstorming pola pikir masyarakat Indonesia yang mudah termakan tren. Kata Amanda, itu yang justru seharusnya dimanfaatkan.

Nah, agar tren peduli terhadap sampah tetap berjalan, Komunitas Zero Waste Indonesia berkolaborasi dengan empat elemen, yaitu masyarakat, media, pemerintah, dan pelaku industri.

“Sekarang kita selalu kolaborasi, asal mulanya ada dimana-mana bisa tukar baju dan alhamdulillah, karena animo masyarakat yang mendukung. Jadi, akhirnya kalau diajak nggak nyampah bisa kok, bisa kalau bareng-bareng,” imbuh Amanda menggebu-gebu

Bukti ini sudah terlihat sejak awal saat pendiri Zero Waste Indonesia menerjemahkan dan memberikan informasi seputar zero waste. Hanya bermodalkan media sosisal dan website , responnya sangat luar biasa. Tak main-main, di instagram @zerowaste.id_official  saja, Komunitas Zero Waste Indonesia sudah diikuti lebih dari 69 ribu orang. Belum lagi kegiatan diskusi online di Whatsapp yang rutin dilakukan setiap bulannya.

Digawangi Amanda dan Maurilla, Komunitas Zero Waste Indonesia selalu terbuka terhadap siapapun yang mau bergabung atau jika ada acara menjadi volunteer dan bersama-sama membebaskan Indonesia dari sampah.

Bagaimana, Anda tertarik bergabung dengan Komunitas Zero Waste Indonesia untuk mengatasi masalah sampah?\

Penulis: Ade Indra Kusuma | Dini Afrianti Efendi

Artikel ini telah tayang di SUARA.COM

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa liputan acara komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *