Komunitas Ngopi Jakarta, Belajar dari Melihat Kehidupan Lain di Ibu Kota

Tinggal di Jakarta belum tentu kamu tahu banyak tentang ibu kota terbesar di Indonesia ini. Apa latar belakang sebuah penamaan jalan atau daerah-daerah dan sejarah serta budaya yang menarik banyak orang untuk datang ke sini—ke kota yang dibilang banyak orang sebagai tempat untuk mewujudkan mimpi serta harapan hidup yang lebih baik.

Namun bukan hanya sejarah Jakarta saja yang menarik untuk ditelusuri, tapi kehidupan Jakarta di masa sekarang pun ternyata menyimpan begitu banyak cerita yang memikat. Hal tersebutlah yang ingin diperlihatkan oleh sekelompok orang-orang yang tergabung dalam sebuah komunitas yang bernama Ngopi Jakarta atau yang disingkat dengan sebutan NgoJak.

Berdiri sejak 2016, NgoJak mengajak masyarakat memanfaatkan libur akhir pekan mereka untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat dan menyenangkan, yakni jalan-jalan menelusuri kehidupan di ibu kota yang mungkin tidak pernah dilihat sebelumnya. “Buka matanya, dengerin sekitarnya, rasain udara yang mungkin berbeda ditiap tempat,” terang Daan salah satu anggota dari NgoJak yang memandu #NgoJak Vol. 21 “Sketsa Urban Jakarta: Adaptasi Perubahan Ruang dari Masa ke Masa”.

Beberapa waktu lalu Fimela.com sempat mengikuti kegiatan jalan-jalan yang diadakan oleh NgoJak tersebut. Kali ini perjalanannya dimulai dari Stasiun Jayakarta dan berakhir di Masjid Jami Al-Mukaromah, Kampung Bandan, Jakarta Utara. Boleh dibilang kalau kegiatan ini memang menjadi program rutin yang diadakan oleh NGoJak dan bisa diikuti oleh siapa pun serta tidak dipungut biaya alias gratis!

“Selamat menikmati perjalanan hari ini. Sketsa Urban menjadi tema kita hari ini,” jelas Novita Anggraini salah satu pendiri NgoJak yang dengan semangatnya menerangkan cerita di balik setiap sudut kota yang dilewati oleh para peserta. Pemberhentian pertama adalah Masjid Nurul Abrar yang di dalamnya terdapat makam Sayyid Abubakar Bin Alwi Bahsan Jamalullai, Keramat, Mangga Dua.

Setelah itu, puluhan peserta diajak untuk menelusuri ITC Mangga Dua hingga Pasar Pagi. “Tempat yang kita datangi pasti ada hubungannya dengan Sungai Ci Liwung karena aliran Sungai (DAS) Ci Liwung ternyata merupakan faktor penting dalam perkembangan peradaban yang ada di Jakarta,” ungkap Ali Zaenal.

Meninggalkan Kesan yang Baik 

Ada satu tempat atau daerah menarik yang dilewati saat perjalanan #NgoJak Vol. 21 berlangsung. Nama daerah tersebut adalah kampung para “hantu” Jakarta yang lokasinya sendiri tidak jauh dari Pasar Pagi. Para peserta diajak untuk berjalan menelusuri rumah-rumah papan yang saling berhimpitan satu sama lain.

“Sebelum hari ini tim kami sudah terlebih dahulu datang ke kampung hantu ini. Yang pasti setiap tempat yang kita datangi sebelumnya sudah kita lakukan survei karena kita harus permisi sama masyarakat setempat,” jelas Novita Anggraini. Para peserta pun diminta untung menjaga etika dalam berjalan.

“Etika dalam kita berjalan sangat penting, karena ada nama baik yang kita bawa. Kita akan terus menjalin silaturahmi. Makanya harus meninggalkan kesan yang baik. Sebaiknya itu selalu dijaga,” tambahnya. Menurut Novita hal tersebut penting dilakukan karena tentunya kegiatan seperti ini akan dilakukan secara terus menerus oleh komunitas Ngopi Jakarta.

Setelah berjalan hampir empat jam, akhirnya para peserta #NgoJak Vol. 21 tiba pada pemberhentian terakhir di Masjid Jami Al-Mukaromah, Kampung Bandan, Jakarta Utara. Tentunya banyak hal yang didapat, mulai dari sejarah hingga gambaran kehidupan Jakarta di masa kini yang mungkin tidak setiap hari kamu lihat.

Penulis: Gadis Abdul
Artikel ini telah tayang di FIMELA

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.
Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa liputan acara komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *