Arick Istriyanti Bangun Desa Lewat Komunitas Ekspresi, Wadah Anak-anak untuk Kembangkan Diri

Ni Luh Arick Istriyanti, perempuan muda dan cerdas yang membawa perubahan di desanya, Sibangkaja, AbiansemalBadung.

Bukan tanpa alasan, berkat Komunitas Ekspresi yang didirikannya pada tahun 2013, desanya didapuk menjadi desa ramah anak.

“Awalnya saya mendirikan komunitas karena melihat kondisi anak-anak di desa saya sudah mulai tidak nyaman ke sekolah bahkan mogok sekolah. Kondisi itu membuat saya penasaran dan kemudian saya mencari tahu apa penyebabnya,” ceritanya.

Arick, sapaan akrabnya, kemudian menemukan bahwa penyebab anak-anak di desanya tak memiliki gairah bahkan mogok sekolah, adalah karena dari sistem pendidikan masih seperti dahulu meski zaman telah berubah.

Ia tergerak membuat sebuah Komunitas Ekspresi untuk memberikan wadah kepada anak-anak untuk mengungkapkan keluhan dalam belajar, mengembangkan diri, membantu menemukan minat, dan menjadikan anak-anak lebih percaya diri.

Awalnya, Komunitas Ekspresi yang ia bentuk hanya dihadiri oleh 10-15 anak dari tetangga di sekitar rumahnya.

“Saya membuat konsep belajar di alam di mana kita tidak hanya belajar tetapi juga bermain. Dan 80 persen itu praktek, sisanya ya teori. Anak-anak di komunitas saya ini sudah biasa berdiskusi dan berpendapat,” ungkapnya.

Lambat laun, jumlah anak-anak dan sukarelawan di komunitasnya terus bertambah. Hanya saja memang jalan tak selalu mulus.

Tepat pada pertengahan tahun 2016, saat Arick menempuh pendidikannya di Surabaya, ia mendengar kabar bahwa anak-anak yang datang ke komunitas mulai berkurang.

Beberapa relawan yang biasa membantunya memberikan pembelajaran kepada anak-anak pun tak hadir. Program komunitas pun tak bisa berjalan sesuai rencana dan harapannya.

“Ketika saya di Surabaya itu semangatnya berbeda. Sempat kendor, goyah dan tidak terlalu banyak kegiatan. Lalu ketika saya kembali ke Bali tahun 2018 itu saya lakukan pembaharuan,” ujarnya.

Hingga tahun 2019, jumlah anak-anak peserta didik dalam Komunitas Ekspresi sebanyak 61 orang dengan jumlah pengajar dan relawan sebanyak 30 orang.

Arick juga tidak memungut biaya sepeserpun dari anak-anak yang mengikuti pembelajaran di Komunitas Ekspresi.

Selama ini pun Arick hanya menerima bantuan berupa barang seperti alat tulis atau kebutuhan pembelajaran lainnya.

Sesungguhnya setelah menyelesaikan pendidikan di Surabaya, Arick sempat tak berkeinginan kembali ke Bali. Saat itu perempuan yang dikenal ramah ini berambisi ingin berkarir di kota rantauan.

Terlebih saat itu ia menjadi lulusan terbaik di kampusnya dan mendapatkan tawaran menjadi dosen. Namun orangtua memaksanya untuk tetap kembali dan berkarir di Bali.

“Dulu saya sempat kesal dengan orangtua. Cuma di balik semua itu saya berpikir bahwa ketika saya ingin benar-benar mengaplikasikan keilmuan, maka kembalilah ke tanah kelahiran,” katanya.

Selain itu, salah-seorang dosennya juga mengatakan kepadanya untuk kembali ke tanah kelahiran dan membangun desa. Akhirnya Arick pun memutuskan kembali ke Bali.

“Karena ada sosok ibu saya juga yang menginspirasi. Beliau bekerja tidak semata-mata untuk uang. Saya mendapatkan sikap peduli sosial itu ya dari ibu saya,” tegasnya.

Prinsip hidup yang selalu ia pegang dalam menjalani hidup adalah bekerja apapun dilakukan didasari dengan cinta.

Berkat kegigihan dan konsistensi mengembangkan Komunitas Ekspresi Arick dipilih menjadi perwakilan Kabupaten Badung dan Provinsi Bali dalam kompetisi Pemuda Pelopor Nasional dalam bidang pendidikan yang digelar oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga RI.

“Di kabupaten saya mendapat Juara I mewakili Kabupaten Badung. Saya juga mendapatkan Juara I di tingkat Provinsi Bali tahun 2019,” ungkapnya, Jumat (18/10/2019).

Saat berkompetisi di tingkat nasional di Jakarta, Arick maju ke 50 besar.

“Akhirnya kemarin dari tim nasional ke komunitas saya. Saya masuk final waktu itu. Tapi sayangnya saya di Jakarta belum mendapatkan juara,” tambahnya.

Berharap Diterapkan di Karang Taruna
Arick berharap dirinya bisa bekerja sama dengan Pemerintah Badung untuk memberikan modul belajar yang diterapkan di komunitasnya kepada karang taruna yang ada di Kabupaten Badung.

“Saya berharap bisa bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Badung untuk memberikan modul kepada karang taruna. Apalagi keberhasilan pembelajarannya sudah terlihat,” tambahnya.

Komunitas Ekspresi sendiri dibentuk untuk memfasilitasi keluhan anak-anak dalam pembelajaran dan mengajak anak-anak bermain sambil belajar.

Kegiatan pembelajaran di Komunitas Ekspresi digelar setiap hari Sabtu pukul 15.00-17.30 Wita dan tidak dipungut biaya sepeserpun.

Adapun materi ajar yang diberikan di antaranya pengembangan diri, lingkungan, Bahasa Inggris, budaya, mini research, dan menjaga kesehatan diri.

bali.tribunnews.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *