Kemajuan bidang market place semakin memudahkan masyarakat berbelanja. Namun terkadang, barang yang dibeli tak sesuai harapan. Akhirnya cuma teronggok.
Fenomena tersebut mengilhami Septiana Setyaningrum bersama tiga rekannya membentuk komunitas Joli Jolan akhir tahun lalu. Rumah pribadi Septiana di Jalan Siwalan No. 1 Kelurahan Kerten, Kecamatan Laweyan disulap bak toko serba-ada.
Mulai dari baju, aksesori, sepatu, perlengkapan rumah tangga, dan sebagainya tersedia di tempat tersebut. Warga yang datang tak canggung memilih barang di etalase. Setelah itu, mereka menuju meja di bagian depan rumah.
Keunikannya, mereka tidak membayar barang yang diminati dengan uang. Tapi, diganti barang layak pakai lainnya. “Kesan awal orang pasti mikir barter. Padahal tidak. Karena antara barang yang diminati dan yang ditukar kadang memiliki harga berbeda,” jelas Septiana.
Cara tersebut disebut septiana hanya tukar barang. “Barang yang mungkin sudah tidak dipakai dan ingin mencari barang lainnya, bisa ditukar di sini,” jelasnya.
Meski begitu, barang yang ditukar harus benar-benar layak pakai. “Kalau baju, ya dicuci bersih dulu, baru dibawa ke sini. Karena nanti barang itu akan diambil pemilik yang baru,” ujar dia.
Sayangnya, ketika menyortir barang untuk di-display kerap ditemukan sudah tidak layak pakai. Di antaranya produk kosmetik. “Kalau kosmetik yang sudah kedaluwarsa biasanya yang ngambil perias jenazah. Jadi kita usahakan barang yang disetorkan ke sini bisa dimanfaatkan,” ujarnya.
Ada pula warga yang datang tidak membawa barang untuk ditukar dan hanya mengambil barang yang diinginkan. Hal tersebut memang diperbolehkan. “Biasanya mereka belum memiliki barang untuk disumbangkan. Tapi setelah itu datang lagi memberikan barang yang dirasa layak,” tuturnya.
Karena hanya menukar barang, Septiana membatasi penukaran maksimal per orang tiga jenis barang. Khusus jaket, sepatu, blouse, gamis, tas, mainan, celana jins hanya boleh satu jenis per orang. Namun, ada saja yang nekat mengambil di luar ketentuan.
Meski baru sebulan berjalan, setiap pekan bisa ratusan orang datang ke rumah Septiana untuk menukar barang. “Awalnya kita sebar brosur. Setelah itu ya getok tular infonya. Malah sekarang kita ada donatur tetap yang setiap minggu memberikan barang layak pakai,” ujar dia.
Kegiatan penukaran barang ala Septiana dibuka setiap Sabtu dan Minggu. Itu karena anggota komunitas Joli Jolan memiliki pekerjaan tetap yang tidak bisa ditinggalkan. “Kadang ada pengelola pas hari biasa datang untuk nyortir barang. Kalau ada yang mau nyumbang pas hari kerja, biasanya barang dititipkan di warung sebelah. Jika pengelola sudah datang, baru diambil untuk disortir,” pungkas dia. (*/wa)
Artikel ini telah terbit di Radar Solo
Penulis / Editor : A. Christian / Perdana