9 Agustus 1969, sekelompok muda-mudi melakukan rangkaian pembunuhan sadis di kawasan Cielo Drive, Los Angeles, Amerika Serikat. Para pemuda-pemudi tersebut mulai membunuh para penghuni rumah yang ternyata dihuni oleh seorang aktris Sharon Tate yang sedang mengandung delapan bulan, beserta teman-temannya. Para penghuni rumah pun tewas, termasuk Sharon Tate dan anak yang dikandungnya yang ditusuk berkali-kali oleh salah satu pemudi dari kelompok yang dikenal dengan nama The Manson Family.
Hasil penyelidikan polisi, para pemuda-pemudi itu merupakan para pengikut dari sekte Charles Manson yang disebut ‘The Family.’ Berbekal dengan halusinasi akan terjadinya perang ras di Amerika antara kulit hitam dan kulit putih, Manson ingin memulai peperangan yang terinspirasi dari lagu Helter Skelter milik The Beatles. Ia pun meminta pengikutnya yang terdiri dari anak muda yang ia tampung untuk melakukan pembunuhan tersebut, sementara dirinya tak pernah mengotori tangannya secara langsung.
Tentu membuat publik gempar. Bagaimana seorang mantan narapidana itu bisa menghasut ratusan pengikutnya untuk melakukan pembunuhan, bahkan tertawa dan bernyanyi saat menjalani pengadilan? Bagaimana seorang wanita muda terpelajar seperti Susan Atkins mengatakan kepada hakim bila Manson adalah penjelmaan Tuhan, dan rela membunuh untuknya? Dan mengapa reporter Rolling Stones, Nuel Emmons dalam bukunya menjuluki Charles Manson sebagai ‘The Dangerous Man Alive’?
Untuk menjawab itu, kami akan mengajak ngobrol seorang praktisi hukum pidana khusus di Mahkamah Agung RI sekaligus penggemar true crime, Yulia Syafitri. Ia mengasuh akun bertema True Crime dan segala jenis pengetahuan unik melalui @knowledgethatyouneed.
So, pantengin di live instagram Komunitas DetectivesID di https://www.instagram.com/detectives_id/ Rabu, 9 Juni 2021 jam 8 malam.