Mochamad Ariyo Farid Zidni: Belajar Dongeng Otodidak hingga langsung dari Pak Raden

Saat menempuh pendidikan sastra di Universitas Indonesia, ia mendapat ajakan seorang dosen untuk ikut bersamanya memberikan dongeng kepada anak-anak dengan kanker dan tumor di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Kala itu ia tak ragu dan langsung menganggukan kepala tanda menyambut ajakan sang dosen bernama Nina itu. Sesampainya di sana dan mengikuti jalannya kegiatan mendongeng,  ia tersentuh melihat anak-anak yang sejenak melupakan sakit yang dideritanya karena sangat bahagia dan asyik mendengar dongeng.

Sadar akan adanya kekuatan besar di balik dongeng dari pengalamannya mendongeng di rumah sakit, ia kemudian terdorong mendirikan gerakan dan wadah dongeng bagi mahasiswa di kampusnya. Gerakan yang didirikan tepatnya pada 1999 itu ia beri nama ‘Belalang Kupu-kupu’. Tak disangka, ternyata gerakan ini disambut antusias oleh para mahasiswa di kampusnya dan menorehkan kesuksesan hingga ia lulus dan mendapatkan gelar sarjana sastra.

Akan tetapi semangat mendongeng terus ada di dadanya meski sudah resmi meninggalkan bangku kuliah. Beberapa tahun berselang, ia pun kemudian memutuskan untuk membentuk gerakan dongeng baru bernama Ayo Dongeng Indonesia.

“Saya pikir biar ‘Belalang Kupu-kupu jadi wadah untuk mahasiswa aja. Saya juga rasa kalau ini harus dilanjutkan dan saya buat komunitas lagi saja di luar kampus dan supaya bisa melibatkan orang banyak lagi,” ujarnya melalui telepon saat tengah berkendara di tanggal merah Hari Lahir Pancasila.

Kala itu tepatnya pada 3 Desember 2011, pria bernama Mochamad Ariyo Farid Zidni ini bersama ketiga temannya, yakni Nina, Astrid, dan Astri mencetuskan nama komunitas dan merancang kegiatan awal mereka. Kegiatan mereka mulai pertama kali dengan Kelas Mendongeng dan peluncuran Ayo Dongeng Indonesia dengan dongeng dari relawan dan perayaan ulang tahun Pak Raden di perhelatan Jakarta Book Fair IKAPI yang terselenggara Istora Senayan.

Nama komunitas yang dipilih pun tidak sembarangan, kata Aio—begitu biasanya ia dipanggil, nama yang dipilihnya ini harus punya makna ajakan sesuai dengan misi mereka, yakni mengajak masyarakat Indonesia kembali membudayakan dongeng yang kaya manfaat.

Selain sisi menghibur dan membuat anak-anak senang, manfaat dongeng dikatakan Aio dapat merekatkan hubungan orang tua dengan anak. Karena dongeng sifatnya sangat interaktif, dongeng dapat memicu komunikasi intens antara pendongeng dan pendengarnya. Selanjutnya ialah pembentukan karakter. Kata Aio, banyak nilai-nilai baik yang dapat diserap anak dengan mudah bila disampaikan lewat dongeng.

“Imajinasi anak juga bisa diasah lewat dongeng. Imajinasi mereka bisa berkembang dan emosi mereka juga. Pasalnya imajinasi itu penting untuk anak dan saya percaya bahwa imajinasi itu lebih kuat dari pengetahuan mana pun,” tukasnya.

Selain itu, ada lagi yang jadi motivasi Aio dan ratusan relawan beragam latar belakang dan profesi yang tergabung dalalm Ayo Dongeng Indonesia, hal itu ialah menciptakan generasi yang punya kemampuan interaksi sosial yang tinggi dan tidak pasif.

Tambahnya, “Kita bisa melihat bahwa anak-anak sekarang terlalu banyak menggunakan gadget. Orang tua juga menganggap dongeng itu sudah nggak kekinian atau out of date. Anak dikasih gadget udah senang dipikirnya. Padahal anak itu harusnya diajarkan interaksi supaya punya interpersonal skill,” ujar ayah satu anak ini.

Hal ini ternyata juga diterapkan Aio di rumah. Melalui percakapakan melalui telepon itu ia mengatakan kalau putranya yang berusia lima tahun juga diberikan dongeng setiap malam. Bahkan upayanya ini ia katakan melebihi ekspektasinya, sang anak menjadi antusias membaca dan memilih bahan bacaannya sebelum terlelap di atas kasurnya.

Sebenarnya sejak kecil Aio tidak pernah terpikir sama sekali menekuni dunia dongeng, bahkan ia dulu kecil punya cita-cita ingin menjadi anggota TNI. Akan tetapi ia memang sudah gemar membaca buku dan memiliki buku yang tak sedikit jumlahnya. Katanya dulu sekali, ayah dan ibunya sering meghadiahkannya buku setiap kali ia mendapat nilai bagus dalam pelajaran sekolah. Mungkin katanya ini yang mendorongnya juga berbelok dan mengambil kuliah sastra.

“Saya belajar dongeng ini autodidak dari beragam bacaan buku, video dari internet, hingga belajar langsung dari almarhum Pak Raden. Saya kenal dekat dengan beliau. Namun beliau tidak memberikan teori dongeng, karena dongeng itu nggak ada teorinya. Dia ajak saya belajar langsung dengan mendongeng langsung,” ujar pria kelahiran 1980 ini.

Setelah belasan tahun terjun dan berkecimpung di dunia dongeng, Aio mengaku tak pernah jenuh atau pun lelah melakukannya. Pasalnya ini adalah bagian dari kesenangan atau hobinya. Kata Aio, ia selalu mendapatkan perasaan senang setelah mendongeng dan ini merupakan bentuk dari self healing dirinya setelah seminggu melakoni pekerjaanya sebagai pengajar di Fakultas vokasi UI.

“Seperti beberapa waktu lalu di Jagakarsa, di sebuah sekolah untuk kaum dhuafa. Saya dan tim tersentuh melihat usaha orang tua yang berbondong-bondong memberikan banyak barang, kue, tas buatan sendiri dan lainnya sebagai ucapan terima kasih karena telah membuat anakny senang. Saya juga pernah dibayar pakai segelas teh manis. Ini lebih dari materi buat saya,” ceritanya seraya mengingat-ingat kejadian itu.

Bukan hanya rasa senang, ternyata Aio juga mendapat banyak pelajaran dalam perjalanannya mendongeng untuk anak-anak. Ia jadi tahu dan kagum bahwa ternyata kebahagiaan seorang anak itu sangat sederhana. Ia juga jadi tahu kalau seorang anak juga tak pernah memandang tampilan atau rupa seseorang. Mereka hanya perlu rasa nyaman dan aman. Hal inilah juga yang menjadi pendorong Aio dan kawan-kawan untuk tidak perlu takut ketika mendongeng.

Akan tetapi mengatur komunitas berskala Jabodetabek dengan ratusan relawan di dalamnya tidak dapat dianggap mudah, ternyata ada tantangan konsistensi di baliknya. Kata Aio, ia dan pengurus harus putar otak menjaga konsistensi kegiatan komunitas dan orang-orang di dalamnya atau SDM komunitas yang sebagian besar datang dengan kesukarelaan.

Akan tetapi Aio tidak pantang mundur dengan terpaan tantangan tersebut, ia justru makin semangat dongeng dan menaruh harap supaya bersama para relawannya bisa terus semangat memberikan dongeng kepada anak-anak Indonesia dan membudayakan dongeng di masyarakat.

Dokumentasi: Mochamad Ariyo Farid Zidni

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *