Komunitas Sepeda Ulo; Ajang Olahraga Sekaligus Kenalkan Potensi Desa

Banyak cara untuk membina anak – anak muda, sekaligus lebih mengenalkan Lasem kota pusaka. Salah satunya dilakukan oleh Komunitas Sepeda Ulo, yang diprakarsai Brigadir Wisnu Santoso (56 tahun), warga desa Dorokandang kecamatan Lasem. Anggota Polsek Lasem ini, dalam setahun terakhir giat mengkampanyekan potensi wisata di daerahnya, melalui sepeda ulo.

Ketua Komunitas Sepeda Ulo, Brigadir Wisnu Santoso mengatakan disebut sepeda ulo, karena di bawah sadel sudah dimodifikasi, supaya jalannya sepeda dapat meliak – liuk seperti ular (ulo). Tentu cukup menarik ketika pawai, karena tidak seperti laju sepeda pada umumnya. Nuansa humornya begitu kental.

Wisnu Santoso yang biasa disapa Wiwik ini mengungkapkan kebetulan dirinya bertugas menjadi Babinkamtibmas di desa Bagan, Lasem. Komunitasnya baru saja menggelar arak – arakan sepeda ulo mengitari desa Bagan, sebagai kampung batik. Tiap ada showroom batik, anggota komunitas yang berjumlah sekira 45 orang berhenti. Mereka berfoto – foto dengan latar belakang batik tulis Lasem, kemudian diupload ke berbagai media sosial. Finish diakhiri di halaman klentheng Gie Yong Bio desa Bagan. Selain mengenalkan keberadaan sepeda ulo, tujuan lainnya turut mempromosikan potensi kota tua Lasem agar semakin mendunia.

Wiwik menuturkan meski untuk mengendarai sepeda ulo relatif cukup susah, namun belakangan ini jumlah penggemar terus bertambah. Kemungkinan banyak yang merasa penasaran. Perlu biaya sekira Rp 300 ribu, guna memodifikasi sepeda biasa menjadi sepeda ulo.

Wiwik menambahkan kampanye sepeda ulo ini lebih mengincar kalangan anak – anak, di bawah usia 15 tahun. Awalnya sebagian remaja coba – coba. Usai berlatih selama seminggu, mulai mengenali karakter sesungguhnya sepeda ulo. Setelah itu, lama kelamaan kian ketagihan mengendarai sepeda tersebut. Kebetulan di desa Bagan sudah ada sebuah arena ketangkasan naik sepeda ulo. Menurutnya selain menyehatkan, paling tidak bisa mengisi waktu anak – anak ke arah kegiatan yang positif. Daripada kecanduan video game, bagi Wiwik naik sepeda ulo justru lebih bermanfaat. Satu sama lain saling berinteraksi. Bahkan juga saling membantu, manakala ada kerusakan sepeda.

Brigadir Wisnu Santoso menceritakan untuk latihan rutin di arena, biasanya Komunitas Sepeda Ulo berkumpul tiap seminggu sekali. Penonton dari luar kampung juga berdatangan, menyaksikan kelihaian anak – anak menaklukkan tantangan sepeda ulo. Suasananya sangat seru. Sesekali terdengar suara tawa, melihat penunggang sepeda ulo harus jatuh bangun.

Sumber: RadioR2B

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *