Kiat Membesarkan dan Mendidik Anak-Anak Multibahasa

Dunia telah berkembang sedemikian pesat saat ini yang membuat persaingan di dalamnya semakin ketat. Batas antar Negara yang semakin tipis membuka peluang bagi setiap orang untuk bertemu dan berinteraksi dengan banyak orang dari berbagai bangsa. Kemampuan berbahasa asing menjadi sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi jika kita tidak ingin kalah dan tertinggal dari orang lain. Saat ini anak-anak mulai dari usia playgroup sudah dibekali dengan banyak bahasa di sekolah mereka. Nah, apa mungkin sih kita membesarkan dan mendidik anak-anak kita dengan berbagai bahasa? Menurut Krisna, hyperpolyglot yang tergabung ke komunitas Polyglot Indonesia, hal ini sangat mungkin. Jelas, peranan orang tua sangat penting dalam pendidikan ini.

Yang umum kita jumpai adalah bahasa Indonesia (yang ini tentu wajib sebagai bahasa Ibu untuk anak-anak yang sekolah di Indonesia), Inggris, dan Mandarin. Beberapa anak tidak mengalami kesulitan untuk memahami banyak bahasa tersebut karena para orang tua mereka juga bicara dengan banyak bahasa di rumah. Saat wacana untuk membesarkan anak dalam dua bahasa atau banyak bahasa (multibahasa) dilontarkan pada para orang tua, mungkin ada banyak sekali orang tua yang khawatir dan bertanya “Apakah mungkin untuk membesarkan anak dalam dua bahasa atau multibahasa tanpa membuat anak bingung?”.

Bahkan untuk keluarga-keluarga yang memiliki anak yang baru belajar bicara, ada kekhawatiran juga bahwa anaknya akan mengalami keterlambatan bicara karena kebingungan menirukan bahasa orang tuanya. Padahal, untuk anak-anak yang terlahir di luar negeri atau memiliki orang tua beda bangsa, belajar multibahasa sepertinya sesuatu yang sulit untuk dihindari. Lalu bagaimana dengan nasib anak-anak ini?

Sebuah penelitian telah membuktikan bahwa otak anak-anak sampai usia 8 – 10 tahun merupakan fase yang paling peka untuk digunakan belajar bahasa. Penelitian menunjukkan bahwa jika diajarkan secara benar, belajar multibahasa pada usia dini memacu perkembangan anak secara keseluruhan. Penelitian lain menunjukkan bahwa anak yang belajar multibahasa sejak usia dini biasanya lebih sukses dalam kehidupannya karena sudah terbiasa berhubungan dengan bermacam-macam bahasa.

Di seluruh dunia, komunitas yang memakai satu bahasa hanya sekitar 13 persen. Selebihnya, paling tidak menggunakan dua bahasa. Indonesia tidak termasuk dalam kategori 13 persen tersebut. Anak-anak di Indonesia pada umumnya menguasai dua bahasa, yaitu bahasa daerah dan bahasa Indonesia. Hal ini merupakan suatu kelebihan dan menjadi dasar untuk mempelajari bahasa asing dengan lebih mudah. Namun yang harus diingat adalah konsep dan cara belajarnya harus dilakukan dengan benar.

Bagaimana cara mengajarkan multi bahasa yang baik bagi anak usia dini? Pertama dan paling penting, kita perlu menggunakan bahasa yang kita kuasai untuk berbicara dengan anak. Jangan memakai bahasa yang bercampur-campur saat berbicara dengan anak. Misalnya, ibu memakai bahasa Indonesia tapi ayah memakai bahasa Inggris tidak masalah, asal tidak dicampur-campur. Ayah harus konsisten dengan bahasa tersebut dan begitu juga sang ibu. Dalam mempelajari bahasa, anak-anak memahaminya kadang-kadang tanpa mengerti kosakata yang digunakan secara detail. Secara intuitif anak belajar mengerti bahasa yang mereka dengar dengan benar sesuai perkembangannya. Prosesnya mengajarinya sama dengan mengajari mereka belajar bahasa ibu, yaitu tanpa mengajarkan tata bahasa, kosakata, dan sebagainya. Yang paling penting untuk diingat, dalam mengajarkan bahasa kepada anak, tidak boleh menggunakan dua bahasa dalam satu kalimat. Hal itu dapat membingungkan anak.

Metode lain mengajarkan bahasa pada anak adalah yang disebut sebagai metode Immersion. Inti dari metode ini adalah mengajarkan bahasa dengan menggunakan contoh. Misalnya menunjuk sebuah benda, katakanlah sebuah meja, kemudian menyebutkan dalam bahasa asing untuk mengenalkan meja dalam bahasa yang kita ajarkan tersebut. Metode ini tidak mementingkan tata bahasa, tapi cara pengertiannya. Bahasa selalu disampaikan dalam konteks. Kalimat yang diajarkan dihubungkan dengan perbuatan, gerakan, mimik, maupun bahasa badan yang menunjang tanpa penekanan dalam tata bahasa maupun kosa kata. Dengan metode ini, anak berlatih bahasa asing tanpa harus menerjemahkanapa yang mereka dengar dan ucapkan.

Terlepas dari pentingnya berbahasa asing, bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu sebaiknya tetap diajarkan kepada anak-anak. Pengamatan terhadap keluarga-keluarga Indonesia di berbagai negara rantau, banyak yang membesarkan anak-anaknya dengan bahasa asing, bukan dengan bahasa Indonesia. Latar belakang keputusan untuk membesarkan anak dengan bahasa asing beraneka ragam, diantaranya soal kekhawatiran bahwa anak akan mengalami kebingungan seperti yang telah dikemukakan tadi. Namun akan lebih baik jika anak-anak tetap diajarkan bahasa Ibu mereka.

Sejak tahun 1951 UNESCO telah merekomendasikan penggunaan bahasa ibu sebagai bahasa pengantar pendidikan. Selain menambah rasa aman bagi balita, bahasa ibu juga memelihara identitas etnis dan juga meningkatkan kepekaan linguistik. Dalam pengajaran multibahasa terhadap anak, dukungan orang tua memegang peranan sangat penting. Ada banyak cara yang bisa dilakukan orang tua untuk mengasah kemampuan multibahasa anaknya antara lain dengan menyediakan buku-buku, video, atau bahan lain dalam bahasa asing.

Tips dan ilustrasi diambil dari Polyglot Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *