Yayasan Wali Ati: Impikan Kehidupan Sejahtera, Mandiri, Demokratis, dan Berkeadilan Gender di Sumba

Sejarah pendirian Yayasan Wali Ati (Yasalti) adalah untuk merespon ketimpangan-ketimpangan sosial, politik dan budaya yang dialami oleh orang miskin, perempuan, anak dan kaum disabilitas yang sangat rentan di  Pulau Sumba. Dari aspek ekonomi perempuan dimiskinkan karena hegemoni sarana produksi oleh kaum laki-laki, dari aspek politik perempuan tersub-ordinasi dan tidak bebas mengekspresikan hak-hak politiknya (politik praktis), dari aspek budaya perempuan hanya lebih banyak berperan sebagai pelancar konsumtif dalam urusan sosial kemasyarakat bahkan perempuan menjadi korban dimana selalu dinomorduakan dalam hal pendidikan serta berbagai hal pengambilan keputusan di ruang publik dan domestik.

Refleksi tentang kehidupan manusia yang layak tanpa memandang jenis kelamin, struktur  sosial budaya, suku, ras dan golongan sangatlah penting dalam era Reformasi saat ini. Perjuangan perempuan untuk tampil dalam wilayah publik terutama dalam segala Sektor kehidupannya selalu menghadapi kendala dan hal ini di dukung dengan budaya patriarki. Demikian halnya dalam pengelolaan dan penguasaan sumber daya alam lebih dominan laki – laki dibandingkan perempuan.

Kondisi tersebut di atas sangat dimungkinkan praktek diskriminasi dalam hal pemenuhan hak dasar ekonomi , pendidikan dan kesehatan bagi orang miskin, perempuan, anak dan kaum disabilitas kian menguat, karena nilai-nilai transparansi, partisipasi, keadilan sosial dan gender menjadi terabaikan/tergilas oleh kepentingan kekuasaan. Dan sebagai akibat dari pengabaian nilai-nilai luhur tersebut ketidakadilan pola relasi sosial antara perempuan dan laki-laki menjadi mapan. Fakta ini mendorong beberapa inisiator lokal yang berasal dari unsur swasta, pensiunan PNS, lembaga pendidikan dan kesehatan serta Pegawai Negeri Sipil yang masih aktif berkeingianan membangun Organisasi Sosial untuk memediasi persoalan –persoalan yang telah ada bahkan yang akan datang untuk mengurangi ketertindasan, ketidakadilan dan kemiskinan di Sumba.

Yasalti sangat memimpikan terwujudnya kehidupan yang sejahtera, mandiri, demokratis dan berkeadilan gender bagi masyarakat (orang miskin, perempuan dan anak) di Sumba.

Sumber: Laman Yasalti

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *