Komunitas pencinta lingkungan Jakarta Animal Aid Network (JAAN) melakukan unjuk rasa menolak sirkus lumba-lumba yang digelar di Lapangan Albatros, Sedati, Sidoarjo, Rabu (25/1/2017).
Puluhan anggota JAAN melakukan penolakan dengan cara menggambar ikan lumba-lumba di triplek dengan ukuran 1,5 X 3 meter. Selain itu mereka juga membentangkan spaduk di jalan raya Juanda.
Spanduk-spanduk yang dibentangkan diantaranya bertuliskan, “Bisnis dan Penyiksaan Bukalah Pendidikan”, “Stop Sirkus Lumba-Lumba”, “Diculik dari Keluarganya di Lautan Diperbudak di Kolam Kecil Sampai Mati”, “Kolam Kecil dan Musik Keras Merusak Sistem Sonar Mereka”, “Di Alam Usai Mereka Bisa Mencapai 40 Tahun, di Kolam Hanya 5 Tahun”.
“Jangan beli tiketnya dan jangan tonton sirkusnya dan stop sirkus lumba-lumba,” Kata Rifqi Ajier, korlap aksi JAAN di lokasi unjuk rasa.
Menurut Rifqi, dalam pertunjukan sirkus ikan lumba-lumba tidak ada edukasi. Karena banyak anak-anak setelah melihat sirkus ikan lumba-lumba tidak mengetahui bahwa lumba-lumba itu mamalia atau ikan. “Anak-anak hanya mengetahui bahwa lumba-lumba itu ikan,” terangnya.
Sementara, Kusno Efendi, penangung jawab pengelola Wersut Segumi Indonesia (WSI) yang menggelar sirkus lumba-lumba menyatakan tidak benar jika kegiatan ini tidak edukasi.
“Kalau kegiatan sirkus lumba-lumba ini dianggap tidak edukasi kami anggap itu tidak benar,” Kata Kusno pada wartawan.
Menurut Kusno, pihaknya telah berhasil mendidik mahkluk air, dan bisa diajak komuniksi dengan baik. Itu menurut kami sangat edukasi sekali dengan dunia pendidikan.
“Kalau kami ini dianggap melanggar konservasi itu juga tidak benar, karena kami melakukan kegiatan ini ada legalitasnya dari Kementerian Kelautan dan Perikanan,” jelasnya.
Sumber: Detik