Para penyandang disabilitas melakukan aksi untuk memperingati Hari Difabel Internasional di Car Free Day (CFD), Jalan Ijen, Kota Malang, Minggu (10/12/2017). Ketua Komunitas Perempuan Peduli Indonesia, Yaqud Ananda Gudban mendukung alsi yang mereka gelar.
Untuk itu Nanda, sapaan akrabnya, sempat membubuhkan tanda tangan terkait gerakan Malang Ramah Difabel yang mereka ising. Lalu diteruskan dengan mendengarkan keluhan dari para penyandang difabel itu.
Satu di antara yang disampaikan kepada Nanda adalah sulitnya administrasi untuk mendapatkan bantuan. Misalnya bantuan berupa alat bantu bagi tunanetra dari Kementerian Sosial.
“Awalnya kemarin kita dari Komunitas Perempuan Peduli Indonesia dipercaya Kemensos untuk mendistribusikan 1000 alat bantu dengar. Karena kami sukses mau diberikan 100 alat bantu untuk tunanetra ternyata proses birokrasinya sulit,” kata wanita yang juga menjabat sebagai Anggota DPRD Kota Malang ini.
Keluhan para penyandang disabilitas mengaku proses administrasinya terhambat di sana-sini, dan satu di antara kesulitannya adalah mereka harus mengumpulkan beberapa dokumen serta harus membuka rekening, padahal sebelumnya tidak.
“Ini sangat tidak membantu. Pemikiran kami, harusnya lewat suatu komunitas yang dipercaya, nanti kan ada by name by address data penerima, misalnya disalahgunakan kan ada penanggungjawabnya,” paparnya geram.
Oleh karenanya Nanda akan mencoba bicara dan bertanya pada Dinas Sosial Kota Malang soal sulitnya administrasi yang dikeluhkan para penyandang disabilitas tersebut.
“Karena nanti pengajuannya tidak hanya berhenti di Dinsos kota, tapi ke provinsi juga yang diteruskan ke Kemensos, artinya prosesnya ini terhambatnya di mana itu kan harus didengar dan ditelusuri dulu,” tandasnya berharap. (Doddy Rizky)
Sumber: SURABAYA POST