Kopi Pa’it: Mengangkat dan Melestarikan Budaya Manggarai

Kopi Pa’it adalah sebuah komunitas seni yang terwujud sebagai sanggar. Lahirlah nama sanggar Kopi Pa’it. Sanggar Kopi Pa’it dibentuk atas sebuah kesadaran akan pelestarian kebudayaan dan nilai-nilainya. Manifestasi kebudayaan yang dirayakan dalam sanggar Kopi Pa’it adalah seni tari, seni suara dan seni musik.

Seni kebudayaan yang diramu adalah hasil cita, rasa dan karsa yang diwariskan oleh leluhur orang Manggarai-Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Artinya, sanggar Kopi Pa’it adalah sanggar seni yang hendak mengangkat dan melestarikan budaya Manggarai, sebab budaya Manggarai merupakan “induk” kebudayaan yang dimiliki oleh anggota Kopi Pa’it.

Sebagai komunitas seni, Kopi Pa’it secara resmi terbentuk pada tahun 2011, atas inisiasi Icen Jumpa, seorang mahasiswa asal Manggarai Timur. Dengan semangat dan konsistensinya, Kopi Pa’it dapat bertahan hingga saat ini. Hingga saat ini, Kopi Pa’it mampu mempertahankan eksistensinya dengan terus berkarya dan berkreasi.

Kekayaan budaya Manggarai terus dieksplorasi dalam setiap geliat seni sanggar ini. Ekspresi seni sanggar Kopi Pa’it mencirikan kekayaan budaya Manggarai itu. Karenanya, sanggar seni Kopi Pa’it mendapat sambutan dan apresiasi dari masyarakat seni Yogyakarta.

Di Yogyakarta, Kopi Pa’it sudah pernah mengambil bagian dalam beberapa acara kebudayaan, seperti Festival Budaya Universitas Sanata Dharma, Festival Budaya NTT yang bertempat di Gedung RRI Yogyakarta, Teater CACI yang dipentaskan di Institute Seni Yogjakarta pada awal tahun 2015, berpartisipasi dalam misa inkulturasi 100 tahan Gereja Baciro Yogjakarta dan masih banyak lainnya.

Tidak hanya berkiprah pada acara-acara yang berbau budaya, Kopi Pa’it pun turut serta memeriahkan acara-acara non-budaya sebagai bintang tamu sepertu pada acara launching buku sastra, pengisi acara di stasiun TV Jogja, hadir dalam undangan acara komunitas NTT dan beberapa acara non budaya lainnya.

Dalam setiap pementasannya, sanggar Kopi Pa’it menyuguhkan seni tari sebagai “wajah primer” komunitas.

Selebihnya, bubuhan seni suara dan musik turut menjadi kesatuan yang padu bersama seni tari. Ciri khas seni tari tradisional Manggarai menjadi pijakan dalam berkreasi. Tarian tradisional seperti ndudundake dan sae menjadi dasar gerak tarian, kemudian dikreasi menjadi gerakan yang menarik dan kreatif.

Hal yang sama juga terjadi pada kreasi musik yang mengiring keluwesan gerak tarian. Pukulan dasar seperti ta-ki-tu, ndundudake, kedindik dan sae dikolaborasikan untuk menghasilkan musik yang kreatif. Meski begitu, gerakan serta pukulan dalam setiap tarian tidak pernah meninggalakan nilai budaya Manggarai yang otentik.

Kiblat pada kebudayaan Manggarai membuat Kopi Pa’it tidak menghilangkan ciri khas seni (gerak) tari tradisional. Sebagian besar konsep seni tari pun diambil dari cerita-cerita kehidupan masyarakat Manggarai, seperti konsep tarian Lodok yang menggambarkan sistem pembagian tanah masyarakat Manggarai, konsep tarian rangkuk alu yang menggambarkan permainan masa kecil orang Manggarai, konsep tarian toto molas yang menggambarkan aktivitas harian perempuan Manggarai serta beberapa konsep lainnya.

Oleh karena itu, sanggar Kopi Pa’it tak henti-hentinya berusaha mempelajari nilai dan seni budaya Manggarai. Sebagai sebuah komunitas, Kopi Pa’it membantu anggota bukan hanya dalam hal ilmu kebudayaan dan pengalaman organisatoris tetapi juga pengembangan diri menjadi lebih baik.

Latihan dilakukan secara regular. Banyaknya tawaran menari membuat para anggota lebih jeli membagi waktu. Tentu, prioritas utama, yakni pendidikan (kuliah), tetap diperhatikan.

Menjadi lebih bertanggungjawab adalah bonus dalam setiap aktivitas berkomunitas seni.

Semua anggota diberi kepercayaan dan ruang untuk berkreasi dan berbicara.

”Junior boleh memimpin senior” adalah salah satu prinsip komunitas. “Jaga mood” adalah slogan yang selalu dikumandangkan. “Manajemen afeksi” ini juga merupakan bukti profesionalitas masing-masing anggota. Bahwa semangat kebersamaan anggota perlu selalu dijaga.

Anggota Kopi Pa’it, saat ini, berjumlah 30 orang: 20 anggota aktif dan 10 anggota istimewa.

Angggota aktif adalah mereka yang secara penuh terlibat dalam kegiatan-kegiatan komunitas seperti rapat dan latihan reguler. Sedangkan anggota istimewa adalah anggota yang tidak terlibat secara aktif dalam kegiatan keseharian komunitas.

Sebagaian besar anggota istimewa berdomisili di daerah luar Yogyakarta. Meraka adalah para “alumni” Kopi Pa’it yang sudah menamatkan pendidikannya.

Seperti halnya komunitas-komunitas lain, Kopi Pa’it pun memiliki struktur organisasi di dalamnya. Ketua komunitas dipilih secara demokratis. Perangkat kerjanya dipilih oleh ketua terpilih seperti sekertaris, bendahara serta ketua-ketua divisi.

Dalam pengorganisasiannya, sanggar Kopi Pa’it terus berbenah. Semua itu untuk menjadi lebih matang. Seiring dengan niat pelestarian budaya yang luar biasa, anggota komunitas ini harus bekerja keras dalam mempertahankan eksistensi.

Pengadaan perlengkapan komunitas seperti baju dan alat musik dihasilkan sendiri oleh anggota komunitas. Setelah masa regenerasi, pengurus baru akan mulai berpikir tentang usaha dana yang bisa dilakukan oleh komunitas.

Dari perencanaan tersebut, komunitas mulai sedikit demi sedikit melengkapi perlengkapan komunitas tersebut. Sampai sekarang perlengkapan tersebut pun masih jauh dari sempurna. Namun, anggota percaya bahwa usaha akan membawa komunitas pada hal yang diinginkan. Bahwa, keterbatasan tidak menjadi alasan untuk kandas dalam berkarya.

Akhirnya, Kopi Pa’it akan selalu berkreasi dan mengeksplorasi. Seni dan kebudayaan Manggarai adalah warisan tanpa “surat wasiat” kepada generasi muda Manggarai.

Oleh karena itu, sebagai anak kandung kebudayaan Manggarai, sanggar Kopi Pa’it akan siap berkarya demi kelestarian seni dan budaya Manggarai.

Sumber: FLORESA (Laporan Dewi Sukur/ARL/Floresa)

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *