Mengenal Komunitas Bhinneka, Ajarkan Toleransi Sambil Wisata

Komunitas Bhinneka hadir di Jakarta. Komunitas ini mengajak traveler buat jalan-jalan sambil belajar toleransi antar umat beragama.

Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku, ras dan 6 agama yang telah diakui. Komunitas Bhinneka pun terbentuk untuk menyebarkan semangat toleransi antar umat beragama, lewat Wisata Rumah Ibadah.

Ditemui di pembukaan Wisata Rumah Ibadah di Kementerian Agama, Jakarta, Rabu (9/8/2017), Ketua Panitia Wisata Rumah Ibadah Komunitas Bhinneka, Endah Nurdiana mengatakan bahwa komunitas ini belum lama terbentuk.

Kegiatan Wisata Rumah Ibadah pun baru pertama kali terlaksana Mei 2017. Hingga kini kegiatan Wisata Rumah Ibadah sudah berlangsung di Bandung dan Jakarta.

“Sejarahnya itu ada dua orang ibu teman-teman kita yang suka wisata rumah ibadah. Jadi kemudian kita bikin di Bandung pertama bulan Mei tahun ini. Baru kemudian kita Jakarta mulainya Juni kemarin pas puasa,” jelas Endah.

Peserta Wisata Rumah Ibadah kebanyakan adalah murid SD untuk event di Bandung, dan murid SMA untuk event di Jakarta.

Komunitas Bhinneka di depan Gereja Katedral Jakarta (Kurnia/detikTravel)
Komunitas Bhinneka di depan Gereja Katedral Jakarta (Kurnia/detikTravel)

Untuk mengajak anak-anak sekolah ikutan Wisata Rumah Ibadah yang berlangsung di Jakarta, dari komunitas kerjasama dengan Dinas Pendidikan DKI Jakarta. Event ini diadakan bukan tanpa tujuan, tapi untuk menanamkan toleransi kepada anak-anak usia sekolah.

“(Visi) sebenarnya sederhana, kita mau anak-anak belajar yang lain. Yang dia dapat kan ada soal-soal politik terus keributan antar umat beragama, perseteruan yang kita nggak mau itu terus menerus ada. Jadi kita ke ruang lain, anak-anak (belajar) toleransi dengan cara yang enak dan menyenangkan,” ujar Endah.

Anak-anak usia sekolah diajak mengunjungi berbagai rumah ibadah untuk membuka wawasan. Walaupun agama berbeda tapi tetap bisa damai. Selain itu wisata ini juga diharapkan membuka mata para pelajar untuk bisa memilih pemimpin dengan bijak pada pemilu nanti.

“Sebentar lagi mereka adalah kelompok pemilih. Nanti tahun depan 2019 mereka sudah milih. Nah sehingga mereka bisa kita kasi kesempatan untuk membuka wawasan yang beda. Lihat sendiri langsung bagaimana pluralisme sebenarnya,” tuturnya.

Dalam Wisata Rumah Ibadah yang dikunjungi memang beragam. Ada Gereja Imanuel, Gereja Katedral, Masjid Istiqlal, Vihara Kenteng Bahtera Bakti Ancol hingga Pura Agung Aditya Jaya. Selama berkunjung mereka disambut tokoh agama yang berkeliling rumah ibadah.

Traveler pun diajak untuk belajar toleransi (Kurnia/detikTravel)
Traveler pun diajak untuk belajar toleransi (Kurnia/detikTravel)

Peserta tentunya tidak sendirian tapi ditemani anggota serta fasilitator Komunitas Bhinneka. Endah mengatakan bahwa para fasilitator ini biasanya turut menyumbang tak hanya pikiran dan tenaga, tapi juga uang untuk merealisasikan kegiatan komunitas.

“Fasilitator tidak dibayar, justru nyumbang tenaga, nyumbang waktu untuk mengurusi ini semua. Mereka mengeluarkan uang ada yang seratus ribu ada yang sekian juta. Ada yang ngasi katering, ngasi makan,” kata Endah.

Nah siapa saja yang ingin bergabung di komunitas dan ikut membantu pelaksanaan Wisata Rumah Ibadah boleh saja. Bisa langsung menghubungi Endah, yang penting niatnya baik dan sama-sama ingin menyebarkan indahnya toleransi.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin turut menyampaikan apresiasi terhadap kegiatan Komunitas Bhinneka yakni Wisata Rumah Ibadah ini.

“Komunitas Bhinneka mengajak kita belajar dari keragaman. Mudah-mudahan apa yang saudara dapatkan bisa kita petik sisi-sisinya. Tidak hanya bagi kita tapi lingkungan kita,” kata Lukman.

“Kita saling belajar tidak hanya terkait dengan agama yang kita anut, tapi juga tentang agama yang dianut oleh saudara-saudara kita melalui wisata ke rumah-rumah ibadah,” imbuhnya.

 

Artikel ini disadur dari Detik Travel

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *