Komunitas Pushbike Ungaran Jadi Ajang Kumpul Plus Olahraga Anak

Meskipun tubuhnya masih mungil-mungil, anak-anak terlihat sangat bersemangat megikuti latihan salah satu olah raga untuk usia dini yang dilaksanakan oleh komunitas Keluarga Pushbike Ungaran (KPU), mulai dari garis start hingga garis finish di sepanjang lintasan yang telah dipersiapkan.

Dengan mengayunkan kaki ke tanah berulang kali saat anak duduk di atas sadel sepeda, mereka bisa melajukan kendaraan mungilnya. Inilah pushbike. Sepeda yang tanpa memiliki pedal, rantai, dan rem.

Agar roda bisa berputar, pengendara yang masih anak-anak ini harus bisa menyeimbangkan diri saat duduk di sadel, dan kaki harus terus mengayun. Apalagi saat melalui rintangan menanjak, anak-anak ini tak segan untuk mengangkat badan mereka, dan lalu meluncurlah saat melalui turunan.

Ketua dari komunitas, Tresno Hariyanto mengatakan push bike ini akan banyak memberikan manfaat yang sangat positif untuk tumbuh kembang anak.

“Kami punya jargon ‘Ra Sah Panik, Penting Asyik’. Yang kurang lebih dapat diartikan tidak perlu panik dan khawatir untuk kemandirian anak, berikan mereka ruang untuk menemukan keasyikannya.

Orang tua hanya perlu memberikan fasilitas agar kegiatan tetap aman seperti helm dan pelindung siku dan lutut. Selebihnya biarkan anak-anak untuk lebih eksplorasi,” ucap pria yang kerap disapa Ryan itu.

Sementara itu, salah satu ayah dari Rasyid, Syaiful, mengatakan selain untuk mencari kawan baru, ia juga ingin lebih tahu tentang apa itu push bike dan manfaatnya.

Ia mengaku orang tua pasti senang melihat perkembangan anaknya jauh lebih cepat bisa bersepeda setelah bergabung dengan KPU. Apalagi ketika melihat rider kecil bersama temannya melenggak-lenggok mengikuti alur race yang telah dibuat.

“Sejak anak masih umur 20 bulan, saya mulai kenalkan dengan sepeda tanpa pedal ini. Dan memang banyak awalnya yang berkomentar lucu soal push bike ini.

Contohnya ‘Nang, pedalnya kok dicopot’, ‘Nak, kok sepedane gak ono rantene’, ‘Nukoke sepeda kok gawe kesel anake’, ‘Nukoke sepeda kok gawe repot bapakne’. Padahal dari tidak adanya pedal dan rantai itu ada nilai positifnya yang tersembunyi,” tambahnya.

Selanjutnya, ibunda dari Reynand, Vivin merasa push bike adalah olahraga baru dan unik. Kegiatan yang bisa mengarahkan kreatif anak, disiplin dan motorik kasar anak.

Dia juga mengatakan, selain untuk melatih anak, komunitas tersebut juga menjadi ajang berkumpul para orang tua. Melalui komunitas, orang tua dapat saling bertukar pengalaman tentang pertumbuhan anak.

“Perasaannya bahagia melihat banyak perkembangan anak. Seperti anak tidak takut dengan lingkungan sekitarnya. Dan tentunya kami sebagai orang tua bahagia bisa banyak meluangkan waktu untuk anak dan intinya lebih peka terhadap lingkungan sekitar itu tadi. Bisa sharing pengalaman tentang tumbuh kembang anak, jadi memang sangat bermanfaat sekali,” ucapnya.

Komunitas Pushbike Ungaran (KPU) saat kopdar yang diikuti orangtua dan anak-anak mereka. Kegiatan menjadi sarana untuk lebih mendekatkan anak dengan teman sebayanya.

Selanjutnya, ibunda dari Reynand, Vivin merasa push bike adalah olahraga baru dan unik. Kegiatan yang bisa mengarahkan kreatif anak, disiplin dan motorik kasar anak.

Dia juga mengatakan, selain untuk melatih anak, komunitas tersebut juga menjadi ajang berkumpul para orang tua. Melalui komunitas, orang tua dapat saling bertukar pengalaman tentang pertumbuhan anak.

“Perasaannya bahagia melihat banyak perkembangan anak. Seperti anak tidak takut dengan lingkungan sekitarnya. Dan tentunya kami sebagai orang tua bahagia bisa banyak meluangkan waktu untuk anak dan intinya lebih peka terhadap lingkungan sekitar itu tadi. Bisa sharing pengalaman tentang tumbuh kembang anak, jadi memang sangat bermanfaat sekali,” ucapnya.

Push bike itu dapat untuk membantu untuk tumbuh kembang anak atau perkembangan anak itu lebih cepat dari anak-anak lainnya. Jadi semisal sebelumnya anak pemalu. Setelah ikut kegiatan ini si kecil akan beretemu teman baru, jadi anak-anak lebih percaya diri.

Vivin berujar banyak sekali perkembangan yang terjadi pada anaknya setelah mengikuti push bike. Mulai dari yang sebelumnya tidak bisa menjaga keseimbangan menjadi bisa, anak akan lebih konsentrasi dan fokus.

“Anak juga bisa berlatih berkompetisi sejak dini, tanggung jawab dan bisa lebih mengeksplorasikan kemampuannya serta jauh dari gadget. Ada pengalaman di saat mengikuti lomba atau race anak tidak mau start.

Di situ orang tua bisa membaca karakter anak dan kemauan anak. Bagaimana agar anak dapat menyelesaikan masalahya sendiri dan menjaga mood-nya. Sehingga menjadikan orang tua lebih dekat dengan anak,” tuturnya. (ifp)

Artikel ini telah tayang di Tribun Jateng
Penulis: Ines Ferdiana Puspitari
Editor: Catur waskito Edy

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *