KOMUNITAS JOGJA PARROTDININGRAT : Bangun Ikatan Paruh Bengkok Kunci ‘Free Flight’

Seekor burung paruh bengkok atau dikenal parrot diletakan di lengan Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi saat kontes burung di Balaikota belum lama ini. Burung parrot milik Fifaldy Adhar Quthni itu lalu diterbangkan bersama burung-burung lainnya.

Tapi hanya parrot yang masih terlihat berputar-putar di atas halaman Balaikota. Faldy yang mengenakan jaket merah lalu berjalan di tengah halaman dan memberi semacam tanda. Tak lama kemudian, parrot berbulu biru cerah itu terbang rendah mendekati Faldy. Tepuk tangan lalu mengiringi kembalinya burung itu ke sang pemiliknya.

Ya itulah teknik free flight atau terbang bebas yang bisa dilakukan burung parrot. Tapi membuat burung berparuh bengkok memiliki kemampuan free flight tidak instan. Kemampuan itu didapat setelah parrot dilatih terbang bebas secara rutin. Tak sekadar berlatih, tapi juga membangun ikatan yang kuat agar burung bisa kembali mendarat ke pemilik setelah diterbangkan.

“Burung paruh bengkok pada dasarnya memiliki kecerdasan lebih dibandingkan jenis burung lainnya. Tapi untuk mampu terbang free flight tetap harus dilatih dulu,” ujar Fadly yang juga Ketua Jogja Parrotdiningrat kepada Merapi, di Balaikota,belum lama ini

Free Flight merupakan teknik yang digunakan pemilik agar burung dapat kembali mendarat sesuai perintah. Bisa menggunakan perintah berupa siulan, bunyi peluit atau panggilan nama burung dari sang pemilik. Sesuai metode atau kebiasaan yang digunakan.

Menurutnya untuk membangun ikatan antara pemilik dan burung, maka harus dilatih sejak burung masih kecil. Keterikatan itu bisa dibangun dari cara merawat dan memberi makan burung. Teknik pertama yang bisa diajarkan kepada burung paruh bengkok adalah fly to me yakni burung diletakkan pada jarak satu sampai dua meter dari pemilik. Lalu burung dipanggil agar menuju sang pemilik.

“Harus dibiasakan memanggil burung dengan satu nama panggilan. Misalnya saat memberi makan sambil dipanggil namanya,” ujarnya.

Untuk mempermudah burung mengenali titik mendarat, maka pemilik harus menggunakan ciri khas seperti jaket, topi maupun baju tertentu. Lama-kelamaan burung akan menghafal ciri khas itu dan suara pemiliknya, sehingga burung patuh dengan pemiliknya.

“Saat melatih biasakan mengenkan baju atau pakaian yang mencolok sebagai penanda bagi burung. Jika dilatih akan terbiasa dengan suara pemilik. Tapi saat di keramaian, kadang burung parrot bingung dan hanya terbang berputar-berputar dan mencari suara pemiliknya,” terangnya Faldy yang pernah kehilangan burung paruh bengkok karena tak kembali saat free flight

Para penggemar burung paruh bengkok di Yogyakarta cukup banyak dan membentuk komunitas seperti Jogja Parrotdiningrat. Jenis burung paruh bengkok yang dimiliki anggota Jogja Parrotdinigrat di antaranya Macaw Blue and Gold, Falk atau parkit Australia, Nuri, dan Macaw Green Wing. Sebagian burung itu harus diimpor dengan harga mencapai jutaan rupiah. Tapi dia menegaskan burung-burung paruh bengkok koleksi komunitas adalah hasil para penangkaran, sehingga tidak mengganggu keberadaan parrot di alam.

“Setiap Minggu sore kami bertemu dan latihan free fly di Alun-alun Selatan,” tambahnya.

Selain ngopi darat sesama pecinta burung parrot, komunitas ini juga melakukan edukasi ke masyarakat mengenai burung paruh bengkok. Dia menuturkan edukasi yang dilakukan misalnya larangan menembak burung. Mengingat pernah ada kasus burung parrot yang tengah free flight dan bertenger di pohon ditembak.

 

Sumber : harianmerapi.com

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa liputan acara komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *