Andy Mulya Lesmana: Tuangkan Kecintaan sekaligus Bantu Suarakan Karya Sastra Pemuda Tangerang.

Jari-jarinya lincah mengetik kata kunci pencarian dan matanya tajam melihat laman internet mencari komunitas yang ia inginkan di tanah ia dibesarkan, Tangerang. Kala itu tahun 2013, ia sama sekali tak menemukan komunitas yang ia cari, yaitu komunitas yang jadi wadah apresiasi atas kecintaannya terhadap dunia sastra dan puisi.

“Tahun 2013 kala itu komunitas masih sedikit bermunculan, apalagi di Tangerang. Saya susuri internet dan tanya-tanya, saya malah menemukan banyak sekali komunitas motor,” ungkapnya.

Kebuntuan itulah yang kemudian mendorong Andy Mulya Lesmana mendirikan komunitas sastra, khususnya puisi yang ia beri nama ‘Malam Puisi Tangerang’. Pria kelahiran 1988 ini menggebu ingin punya wadah untuk menumpahkan dan menampung karya dari kesukaannya, yaitu membaca karya sastra dan menulis di tempat ia tinggal dan dibesarkan, Tangerang.

Komunitas yang resmi ia dirikan bersama kedua temannya yang memiliki kesamaan visi pada pertengahan tahun 2013 ini juga mempertemukan pemuda-pemuda berbakat dalam seni dan menulis, jadi tempat berbagi ilmu tentang sastra dan puisi, serta jadi tempat dimana penulis berbakat dipertemukan dengan sastrawan-sastrawan.

Doyan Menulis Sejak SMP

Sejak duduk di bangku SMP , pria yang lahir di 1988 ini mengaku memang candu dengan literasi, buku dan menulis. Keresahan dan kegundahan, serta cerita kesehariannya ia tuangkan dalam sebuah jurnal yang ia sebut binder kala itu.

“yang saya tulis bukan keresahan dan kegundahan cinta-cintaan ya, tapi lebih ke keseharian dan tentang keluarga saya kebanyakan,” ujar Andy – begitu ia biasa dipanggil.

Hal itu masih ia tekuni hingga kini lewat laman Tumblr yang ia miliki. Dalam pembicaraan lewat telepon itu ia menjelaskan bahwa di laman tersebut kebanyakan ia menulis puisi. Karena baginya, puisi itu bukan sekedar karya seni, tetapi juga ungkapan perasaan seseorang. Sekali lagi, bukan hanya soal cinta-cintaan, tetapi juga hal-hal atau peristiwa di sekitar.

Ketakutan yang jadi Tantangan

Pendirian ‘Malam Puisi Tangerang’ diakui pria yang berprofesi sebagai marketing disebuah perusahaan swasta ini bukan tanpa tantangan. Akan tetapi tantangan itu justru datangnya dari dalam dirinya sendiri.

“Ada ketakutan-ketakutan yang muncul, mulai dari masa depan komunitas, kegiatan apa yang akan dan bisa diberikan kepada anggota,  apa komunitas ini akan bertahan lama, dan ada nggak ya yang mau ikutan komunitas ini,” ungkap Andy secara terperinci.

Namun tantangan-tantangan itu kemudian ia lawan dengan semangat dan pikiran positif. Alhasil komunitasnya bertahan dan aktif hingga umurnya yang ketiga.

Andy melengkapi, “Ya, kami jalan saja sebisa kami dan memberikan apa yang bisa kami berikan kepada teman-teman. Terima kasih juga untuk semua dukungan dan antusiasme anak-anak, berkat itu komunitas ini berjalan terus.”

Kepuasan bagi Seorang Andy

Dalam tiga tahun perjalanannya ini pula Andy mengaku banyak hal yang ia dapatkan, mulai dari teman-teman baru, ilmu-ilmu menulis dan sastra baru, serta kesempatan bertemu dengan sastrawan hebat. Ia juga mengakui, adalah kepuasan tersendiri baginya dapat mempertemukan anggotanya dengan sastrawan hebat dan membagikan ilmu yang ia miliki.

“Dari pendirian komunitas hingga saat ini saya juga nggak menyangka ternyata banyak juga pemuda-pemudi Tangerang yang punya karya yang brilian. Mereka semua sangat kreatif. Dan tentu sayang sekali bila tak ada wadahnya,” nilai Andy.

Tak ada kesulitan baginya untuk berbagi waktu dengan komunitas, pasalnya ia punya jam kerja yang fleksibel. Ia pun bersyukur akan itu. Meski tak punya latar belakang profesi pemasaran atau komunikasi, melainkan IT, Andy menjalankan profesinya ini dengan senang hati, sambil menuangkan gairahnya dalam sastra dan puisi di komunitasnya.

Bantu Suarakan Karya Pemuda Tangerang

Bisa dibilang, kebuntuan Andy Mulya Lesmana dan aksinya membentuk sebuah komunitas ini tak sekedar menuangkan kecintaannya pribadi dan menyediakan wadah untuk karya sastra dan puisi pemuda-pemudi Tangerang, tetapi juga membantu mereka bersuara lebih lantang lewat karya mereka, dengan harapan suaranya akan terdengar hingga masyarakat luas.

Kedepannya ia dan anggota komunitasnya ingin menelurkan sebuah buku, akan tetapi hal itu hingga kini masih terhambat dengan waktu dan ketersediaan dana.

“mungkin nanti kita sama-sama mengumpulkan uang masing-masing untuk buku itu,” tutup Andy.

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *