“Giant Sea Wall” Dilanjutkan, Nasib Nelayan Terancam

Pemerintah Pusat memastikan proyek pembangunan Tanggul Laut Raksasa atau Giant Sea Wall di Teluk Jakarta akan kembali dilanjutkan pada tahun ini. Melalui Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia menyatakan penyempurnaan kajian pembangunan GSW yang difokuskan sepanjang 20 kilometer itu akan selesai dalam dua bulan.

Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) menilai pembangunan GSW yang merupakan bagian dari Proyek National Capital Integrated Coastal Development itu (NCICD) akan mengancam kesejahteraan nelayan. Mulai dari kenaikan kebutuhan nelayan dalam memperoleh ikan di laut hinggs kehilangan akses melaut dan tergusur dari sumber-sumber kehidupan.

“Misalnya kebutuhan solar yang sebelumnya 5 liter menjadi 10 liter dan hasil tangkapan ikan semula 25 kilogram jadi 5 kilogram karena hancurnya ekosistem laut. Ini sama saja mematikan mata pencaharaian mereka sebagai nelayan,” ujar Sekretaris Jenderal KIARA, Armand Manila di Jakarta, Jumat (24/3).

Selain itu, Armand menyebutkan pembangunan proyek yang menghabiskan dana hingga 9 triliun rupiah itu juga berdampak besar bagi lingkungan. Pasalnya, material-material untuk menimbun laut yang akan digunakan dalam pembangunan giant sea wall diambil dari lokasi terdekat teluk Jakarta seperti pulau sekitar anak gunung krakatau yang masuk wilayah kabupaten Lampung Selatan seperti Pulau Sebesi dan sekitarnya.

“Itu akan menggerus area garis pantai pulau – pulau tersebut sehingga mengakibatkan erosi besar-besaran. Parahnya lagi, pulau-pulau tersebut termasuk wilayah di sekitar kepulauan seribu kemungkinan akan hilang juga,” terang dia.

Seperti diketahui, proyek NCICD akan dibangun dalam tiga tahap yang ditargetkan rampung pada tahun 2030, dengan wilayah yang membentang di tiga provinsi yakni Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten. Tahap pertama atau tahap A focus pada penguatan sistem tanggul laut dan sungai yang telah ada, yang didalamnya termasuk reklamasi 17 pulau serta peninggian dan penguatan tanggul laut Pantura sekitar 33 kilometer. Tahap B berupa konstruksi tanggul laut lepas di pantai bagian barat Teluk Jakarta, sedangkan tahap C ditandai dengan pembangunan tanggul laut lepas pantai di timur Teluk Jakarta.

Atasi Banjir 

Sementara itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mengklaim pembangunan proyek NCICD mampu mengatasi masalah banjir Rob di Ibu Kota. Didukung dengan program normalisasi 13 sungai yang ada di wilayah Ibu Kota.

“Pembangunan tanggul NCICD dan normalisasi 13 sungai kan sedang berjalan. Kita optimis bisa mengatasi ancaman banjir di Jakarta,” terang Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA), Teguh Hendrawan.

Selain itu, untuk mengatasi masalah banjir pada musim penghujan Teguh menyebutkan pihaknya juga tengah mengebut pengerjaan pengerukan kali, waduk dan situ. Seperti misalnya Kali Krukut, Kali Sentiong, Waduk Brigif, Tomang dan Grogol.

“Kita lanjutkan pemasangan sheet pile. Kampung Pulo saja yang baru setengah dipasang sheet pile bisa mengatasi banjir atau genangan dengan hitungan jam. Pokoknya tahun ini masalah genangan bisa berea,” tutup dia.

Seperti diketahui, DKI sebagai Ibu Kota negara terancam dua banjir besar, yakni banjir rob dan luapan dari 13 sungai Jakarta. Pembangunan tanggul NCICD fase A diyakini mampu mengantisipasi dari ancaman banjir besar tersebut. nis/P-5 

Sumber: Koran Jakarta

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa liputan acara komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *