Yayasan Lanjong Kutai Kartanagara: Wadah Pemuda Untuk Melestarikan Budaya Lokal

Terbentuknya Lanjong Kutai Kartanegara berawal dari sebuah kegelisahan akan semakin memudar dan tergerusnya kesadaran seni-budaya masyarakat terutama seni-budaya tradisional yang ada di Kutai Kartanegara. Hal yang sedemikian ironis mengingat bahwa Kutai Kartanegara merupakan kerajaan tertua yang ada di Nusantara. Diiringi sebuah sikap dan semangat untuk melestarikan serta menumbuh kembangkan seni-budaya yang ada maka berdasarkan akta notaris tertanggal 31 Januari 2002 lahirlah Yayasan Lanjong di Tenggarong Kutai Kartanegara.

Lanjong sendiri berarti wadah. Alat yang terbuat dari anyaman rotan tersebut biasa dipakai oleh masyarakat tradisional sekitar untuk membawa hasil panen dari ladang atau keperluan lain.

Sejalan dengan arti tersebut, Lanjong didirikan dengan harapan dapat menjadi wadah bagi pemuda-pemudi Mangkurawang pada khususnya dan masyarakat Tenggarong pada umumnya untuk dapat secara berkelanjutan menggali, mengenal kembali, melestarikan, serta menumbuhkembangkan kesadaran akan sejarah dan seni-budaya mereka sendiri.

Pada awal berdirinya Lanjong hanya terdiri dari dua cabang divisi yakni bidang tari dan musik. Seiring perkembangan waktu kemudian dua bidang tersebut tumbuh menjadi tiga divisi yakni: Divisi Musik, Divisi Tari, serta Divisi Teater.

Secara swadaya hingga saat ini Yayasan Lanjong mampu bertahan dan tetap hadir secara berkelanjutan menjadi wadah alternatif bagi siapapun saja yang ingin belajar, sharing, juga menampilkan pentas seni-budaya mereka. Harapan kami semoga tiap langkah yang telah ditapaki dan seterusnya oleh Lanjong guna melahirkan insan beradab-budaya dapat menjadi sumbangsih berarti bagi kebaikan segenap semesta.

Foto diambil dari laman Facebook Yayasan Lanjong Kutai Kartanegara.

Narasi disadur dari laman web Yayasan Lanjong Kutai Kartanegara.

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *