Jenis-Jenis Epilepsi Dan Cara Menanganinya

Aska Primardi, praktisi psikologi dan pengurus dari keluarga besar Yayasan Epilepsi Indonesia, mengutarakan bahwa pasien epilepsi alias ODE (Orang Dengan Epilepsi) baru akan terlihat keluhan kesehatannya saat ia mengalami kejang.

“Ketika ia tidak mengalami kejang, maka ODE nampak seperti orang normal pada umumnya. Perlu diingat, ODE dapat menjalankan berbagai macam jenis aktivitas seperti orang normal, tetapi yang perlu diingat adalah daya tahan tubuh ODE yang lebih lemah,” terangnya.

Ia memaparkan hal tersebut saat menjadi pembicara dalam seminar ‘YES I CAN: Saya pasti bisa! Saya harus bisa!’, yang bertujuan untuk mendukung penyandang epilepsi agar dapat mengenali dan mengembangkan potensi dirinya.

Untuk itu, perlu juga diketahui jenis-jenis kejang dalam epilepsi dan bagaimana bentuknya. Sehingga ketika ODE mengalami serangan ini, orang di sekelilingnya paham apa yang harus dilakukan.

Perlu diketahui, kejang pada epilepsi tidak harus berbentuk kejang kelojotan disertai mulut berbusa. Jika aktivitas listrik yang berlebihan di sel saraf mengenai semua kedua belah otak disebut kejang umum dan jika hanya sebagian atau daerah tertentu disebut kejang fokal/parsial. Bisa juga terjadi keduanya, yaitu kejang fokal.

Selain itu kejang fokal dapat dibagi berdasarkan manifestasi klinik seperti motorik, sensorik, otonom, emosi dan memori.

Ini dia jenis-jenis kejang pada pasien epilepsi dan cara mengatasinya:

1. Kejang Umum

a. Tonik-Klonik

Jenis kejang pada epilepsi ini yang sering membuat cemas orang tua dan tampak menakutkan. Serangan dimulai dengan anak menangis. Lalu tubuh, tangan, dan kaki tampak kaku selama 30 – 60 detik, diikuti kaki dan tangan kelojotan selama 30 – 60 detik. Kadang, serangan kejang pada epilepsi ini juga disertai trauma (lidah tergigit) dan mengompol. Napas tampak berat dan dapat berhenti beberapa detik. Kejang pada epilepsi ini biasanya berlangsung selama 1 – 2 menit. Setelah serangan tersebut, biasanya anak tampak bingung, lelah, dan kembali tidur.

b. Tonik

Tubuh, tangan dan kaki tampak kaku saja.

c. Klonik

Tubuh, tangan, dan kaki kelojotan.

d. Mioklonik

Gerakan seperti entakan pada tangan dan kaki. Jika serangan berlangsung hebat, ia akan melempar benda apapun yang sedang dipegang.

e. Absans

Hilang kesadaran beberapa detik, pasien akan tampak bengong, aktivitas yang dilakukan seperti menulis, membaca, atau mengerjakan sesuatu menjadi terhenti selama beberapa detik, disertai mata menatap kosong ke satu arah, berkedip-kedip atau mulut mengecap-ngecap.

f. Atonik

Atonik disebut serangan drop attack, terjadi karena otot kehilangan kekuatannya selama beberapa detik. Pada saat serangan, anak tiba-tiba jatuh lemas seperti pingsan, kepala dapat membentur sesuatu.

2. Kejang Fokal/Parsial

Kejang fokal terdiri dari :

a. Fokal sederhana

Selama serangan anak tetap sadar dan tahu apa yang terjadi.

b. Fokal kompleks

Selama serangan anak tidak sadar. Serangan berlangsung 1 atau 2 menit. Ciri-cirinya pandangan mata kosong, mulut mengecap atau mengunyah, anak tampak bingung diikuti gerakan repetitif, otomatik, dan tidak bertujuan. Seperti berulang-ulang memungut dan meletakkan sesuatu, mondar-mandir tanpa tujuan, dan tidak dapat mengontrol perubahan perilakunya

c. Fokal menjadi umum

Kejang berasal dari satu bagian otak yang kemudian menyebar ke seluruh otak. Gejala dapat berupa gerakan-gerakan pada jari tangan di satu sisi, menyebar ke lengan dan tubuh di sisi yang sama kemudian menyebar ke seluruh tubuh. Anak yang besar bisa merasakan dan memberitahu orang lain di sekitarnya jika akan kejang.

Tips dari sumber.

Ilustrasi dari sumber.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *