Dalam Rangka Earth Day 2016, Berbagai Komunitas Sukseskan Festival Bumi Bekasi

Melakukan kegiatan secara bersama-sama (kolaboratif) untuk mengenalkan dan mengedukasi masyarakat agar paham dan mulai mengubah perilaku mereka ke arah konsumsi yang lebih baik bagi lingkungan dan kesehatan diri, bukanlah hal yang mudah. Oleh karena itu, Komunitas Bekasi Berkebun, Earth Hour Bekasi dan Kedutaan Besar Bekasi mencoba menginisiasi sebuah kegiatan kolaborasi bernama “Festival Bumi Bekasi” yang diharapkan mampu mengubah perilaku dan gaya hidup masyarakat khususnya di Kota Bekasi.

Koordinator Kota dari Komunitas Bekasi Berkebun, Annisa Paramitha, mengatakan, melalui kegiatan ini masyarakat akan mengetahui bagaimana mengonsumi sesuatu yang baik dan bagaimana mendeteksi produk-produk yang lebih ramah lingkungan. Masyarakat juga diinformasikan bahwa Bekasi juga memiliki industri skala rumahan yang memiliki produk yang baik bagi kesehatan dan ramah pada lingkungan.

“Pada dasarnya kegiatan ini untuk memperingati Hari Bumi 2016. Kita mencoba untuk membuat kegiatan yang lebih aplikatif dan bisa menyebarkan kesadaran masyarakat akan produk yang baik. Di sini kita berkolaborasi dengan banyak pihak untuk mengajak komunitas dan masyarakat Bekasi untuk sama-sama belajar dan mengetahui bagaimana menjadi konsumen yang lebih baik,” tuturnya.

Terkait respon masyarakat sendiri, perempuan yang akrab disapa Nissa ini mengakui bahwa tidak mudah untuk mengubah perilaku dan gaya hidup masyarakat. Namun, melalui beberapa kampanye dan kegiatan yang telah dilakukan, setidaknya mampu memberikan sedikit pencerahan pada masyarakat bahwa masih banyak produk-produk organik ramah lingkungan yang bisa dikonsumsi.

“Paling tidak dengan masyarakat sudah mulai mencoba dan menanam sendiri apa yang ingin mereka konsumsi dan mulai mencari tahu apa dan bagaimana bentuk produk-produk ramah lingkungan, itu sudah memperlihatkan indikasi kalau kesadaran mereka sudah mulai terbangun,” tambahnya.

Fithor Faris, salah satu inisiator Festival Bumi Bekasi, mengatakan bahwa melalui kegiatan ini, paling tidak masyarakat juga bisa mengetahui bahwa ternyata ada banyak permasalahan besar di Kota Bekasi yang tertutup dan tidak diperhatikan oleh banyak pihak.

Sebagai contoh kecil, ia menambahkan, permasalahan sampah di Kota Bekasi telah menciptakan citra buruk Kota Bekasi sebagai kota penuh sampah. Dengan kegiatan ini, ia berharap masyarakat bisa mengubah paradigma dan citra buruk Kota Bekasi dengan mulai melakukan gaya hidup yang lebih peduli dan cinta pada lingkungan.

“Harapan yang paling besar dari kegiatan ini, saya ingin memicu kesadaran dan kepedulian komunitas dan masyarakat di sekitar Bekasi untuk bergerak dan membuat kegiatan kolaborasi yang sama, karena permasalah di Kota Bekasi ini sebenarnya juga permasalahan yang sama yang terjadi di kota-kota sekitar,” tutupnya.

Sebagai informasi, Festival Bumi Bekasi adalah sebuah kegiatan kolaboratif untuk merayakan Hari Bumi 2016 yang dilakukan oleh beberapa Komunitas di Bekasi dengan inisiasi dari tiga komunitas besar seperti Earth Hour Bekasi, Bekasi Berkebun dan Kedutaan Besar Bekasi.

Mengusung tema Art, Food, Energy, kegiatan ini mencoba melakukan kegiatan berbeda dari yang sering dilakukan saat merayakan Hari Bumi. Festival ini bertujuan mengubah perilaku dan gaya hidup masyarakat agar lebih ramah pada bumi dari sisi seni (art), pangan (food), dan energi (energy).

Kegiatan yang didukung penuh oleh Vida Bekasi ini menampilkan pertunjukan seni seperti penampilan live music dari Tamkustik Bekasi Symphony Orchestra. Ada juga pemutaran film dari Patriot Film, art exhibition, mural, Comic meetup dari Komik Bekasi, instalasi seni dari Earth Hour Bekasi.

Selain itu, untuk pertama kali, dikenalkan juga sebuah inisasi Pojok Organik yang diisi aneka makanan sehat lokal, kerajinan tangan dan produk industri rumahan. Lalu ada workshop daur ulang sampah dan talkshow “Beli yang Baik” dari Earth Hour Bandung.

Sumber Artikel dan Gambar: Greeners

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa liputan acara komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *