Jogja Muslimah Preneur Community; memajukan dunia usaha dengan cara Islami di Yogyakarta

Keberhasilan pasangan suami-istri Iffah Dewi dan Taufik Abdurrahman menjalankan bisnis Sogan Batik Rejodani lewat online dan sosial media membuat keduanya kebanjiran pertanyaan tentang kunci sukses berjualan. Mula-mula satu dua pertanyaan dari rekan-rekan mereka yang juga tengah memulai usaha dijawab dengan sabar. Namun, lama-kelamaan pertanyaan yang senada mulai banyak. Karena kesibukan, mereka pun nyaris tidak memiliki waktu untuk menjawab pertanyaan tersebut satu per satu. Akhirnya, pertanyaan-pertanyaan yang datang itu mereka kumpulkan dan dijawab pada hari yang sama.

Dari seringnya kedatangan tamu itulah, mereka merasa teman-teman yang sesama pebisnis itu sebetulnya memiliki potensi besar untuk berkembang dan menjadi produktif. Kendalanya, mereka kekurangan ilmu untuk mengembangkan diri dan usahanya. Menurut Iffah, rata-rata yang bertanya adalah para ibu rumah tangga yang sudah memilki bisnis sendiri, mulai kuliner, fashion, dan kerajinan. Di antara mereka ada yang seret perkembangannya, ada yang tidak sesuai target, dan ada pula yang merasa sudah beriklan tetapi tidak ada progresnya. Padahal mereka merasa produk mereka punya peluang besar. Mereka melihat, perusahaan e-commerce dengan produk serupa bisa mendatangkan investor, tetapi mengapa ketika dikelola oleh orang sendiri justru tidak berkembang ? Karena itulah mereka ingin tahu trik-triknya.

Iffah pun lalu mengumpulkan teman-temannya dan mendirikan komunitas Jogja Muslimah Preneur Community (JMP) pada Januari 2015, sementara launching-nya baru dilakukan pada April 2015. Komunitas JMP selanjutnya dipergunakan sebagai wadah untuk saling belajar bersama, bertukar ilmu, dan mendapatkan ilmu dari praktisi atau ahli yang setiap bulan rutin didatangkan. Anggota JMP kini sudah mencapai 200 orang, berasal dari Yogya dan kota kecil di sekitarnya. Awalnya mereka tidak saling mengenal karena berasal dari latar belakang bisnis atau kota yang berbeda. Misi JMP antara lain memajukan dunia usaha dengan cara Islami di Yogyakarta dan memfasilitasi konseling atas permasalahan usaha dan pengembangan usaha anggota komunitas. Selain itu mereka juga ingin menciptakan sinergi antara anggota komunitas dalam rangka kemajuan bersama.

Kendati menjabat sebagai President JMP, Iffah mengaku sampai sekarang ia pun masih mau belajar bersama teman-temannya di JMP, karena merasakan kebutuhan mencari ilmu yang sama. JMP cukup sering mendatangkan ahli. Ketika ingin membahas soal pemasaran misalnya, didatangkan ahli strategi pemasaran online. Lain hari mereka juga mengundang pengusaha yang sukses berbisnis lewat Instagram. Selain mendatangkan ahli, JMP juga menambah ilmu dari para praktisi yang lebih dulu sukses di bidangnya. Salah satu contoh, Anne Yarina Christy pemilik Rumah Warna yang sukses dalam hal development produk. Anne sendiri kini juga bergabung sebagai anggota JMP, yang sering diminta menjadi narasumber. Istilah mereka bersedekah ilmu. Karena ilmu itu bila dibagi bukannya akan habis, melainkan akan bertambah.

Anggota JMP diarahkan untuk memiliki pondasi yang tangguh, kokoh secara mandiri, bukan kuat dan besar berdasar modal investor. Iffah bercerita berdasarkan pengalamannya, saat ia membuka restoran dan butik batik, ketika di tengah jalan tidak sejalan lagi dengan investor, lalu modal ditarik begitu saja. Usahanya pun ambruk. Jadi karena itulah, ia merasa dalam membangun usaha lebih baik menyusun pondasi yang kuat. Dengan banyak ilmu dan jaringan yang kuat, ia yakin usaha pun akan berkembang dan kokoh. Kelas yang dibuka JMP juga bukan melulu soal kajian ilmu bisnis dari para ahli dan praktisi bisnis. Mereka pun juga berbagi ilmu soal keputrian. Salah satu misi mereka juga ingin meningkatkan kualitas agama, keluarga dan ekonomi para muslimah pengusaha, ibu rumah tangga maupun mahasiswi. Jadi, narasumber yang dihadirkan tidak melulu membahas soal bisnis saja, tetapi juga pakar yang berbicara tentang kiat sukses mengurus bisnis dan rumah tangga.

Kepengurusan JMP dilengkapi beberapa divisi seperti community development, EO, Islamic study social & charity, serta IT. Dengan membuat beberapa divisi akan memudahkan dan melancarkan program kerja yang sudah disusun bersama. Misalnya, adanya divisi EO yang bertugas merancang dan membuat acara pameran produk. Mereka memang kerap mengadakan pameran produk para anggota. Kebanyakan anggota JMP saat ini menekuni bidang usaha fashion, terutama busana muslimah.

Sumber: Blog Indonesia Feature

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *