Dengan berlari menggunakan ”jumping stilts” atau egrang lompat, komunitas Skyjumpers-Indonesia menikmati sensasi lompatan melayang di udara. Moto mereka, ”Kami bisa berlari, meloncat, berkeringat, dan berbahagia”.
Sekelompok anak muda berjalan berjingkat-jingkat. Mereka terlihat lebih jangkung dibanding orang-orang pada umumnya. Di kaki mereka terpasang perangkat aluminium berpegas. Tapak kaki egrang lompat itu mirip kaki centaur, makhluk mitologi Yunani berbentuk setengah manusia setengah kuda. Dengan sekali ayunan, tubuh mereka bisa melenting tinggi ke udara. Itulah jumping stilts, modifikasi egrang yang dilengkapi dengan pegas seberat 8 kilogram, masing-masing 4 kilogram.
Komunitas Skyjumpers-Indonesia terbentuk dari serangkaian komunikasi antar-jumpers atau pehobi jumping stilts di fasilitas jejaring sosial. Mereka memiliki ketertarikan yang sama terhadap jumping stilts atau egrang lompat.
”Awalnya saya melihat orang mengenakan jumping stilts dalam acara penutupan Olimpiade Beijing tahun 2008. Waktu itu saya langsung penasaran, ini alat apa kok bentuknya aneh,” kata Aira Arieanto (33), koordinator Skyjumpers-Indonesia, Selasa (1/10) di Bandung.
Aira kemudian menelusuri seluk-beluk peralatan aneh tersebut di internet. Alat itu adalah jumping stilts, modifikasi egrang karya Alexander Boeck, seorang insinyur kedirgantaraan tahun 1999 yang kemudian produknya resmi dipatenkan tahun 2003 di Jerman.
Pada saat itu, Aira kesulitan mencari perangkat jumping stilts di Indonesia. Lewat internet, ia pun kemudian berusaha mengecek di mana peralatan itu bisa dibeli. Ia menemukan sebuah produsen jumping stilts asal China yang mematok harga Rp 2,5 juta sepasang.
”Pilihan pertama masih jumping stilts produk China karena harganya lebih murah dari jumping stilts buatan Jerman yang harganya mencapai Rp 3,5 juta sepasang. Martin, teman sesama penggemar olahraga ekstrem asal Bali. juga mengimpor jumping stilts, tetapi dari Australia,” ujarnya.
Sumber: Warta Kota