WANADRI; Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung

Dataran tinggi Bandung sudah sejak lama menjadi perhatian banyak orang. Rangkaian pegunungan dengan hutannya, tebing, sungai dan danau perawan di pelosoknya tak henti didatangi dan dijelajahi oleh banyak petualang. Dari sinilah muncul Wanadri, Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung.

Gagasan untuk mendirikan kelompok pecinta dan penjelajah alam ini oleh sekelompok pemuda mantan aktivis Ppada bulan Januari 1964. Kemudian pada tanggal 16 Mei 1964 lahirlah Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung WANADRI. Kata Wanadri diambil dari bahasa Sansekerta, wana yang artinya hutan dan adri yang berarti gunung. Demikianlah para pemuda ini tak gentar menerobos lebatnya hutan-hutan, menaiki ketinggian tebing-tebing batu, merambah jeram-jeram aliran sungai yang deras, demi satu tujuan: menghargai kehidupan.

Kelahiran Wanadri kemudian diikuti dengan munculnya komunitas serupa. Ada yang secara khusus berlatarkan sekolah atau universitas tertentu, ada juga yang seperti Wanadri, terbuka untuk kalangan umum. Namun Wanadri memiliki keistimewaan tersendiri, seperti yang pernah dikatakan oleh Sarwo Edhie, “Tak ada gunung yang tinggi, rimba belantara, jurang curam, lautan serta angkasa yang tak dapat dijelajahi oleh Wanadri.”

Kata-kata sakti tadi memotivasi setiap anggota Wanadri untuk terus bertualang, menjelajah, dan berbuat sesuatu yang positif hingga ke pelosok-pelosok terpencil negeri ini. Sudah banyak catatan prestasi yang berhasil terukir dan menjadi bagian dari kebanggaan bersama, di antaranya pendakian semua puncak gunung tertinggi di Indonesia ataupun yang berskala dunia, termasuk juga berbagai ekspedisi ilmiah seperti misalnya penelitian tentang ikan paus pada tahun 1979 maupun ekspedisi terbang solo (trike) dari Sabang sampai Merauke.

Wanadri sadar tidak tinggal sendiri dan berusaha berbagi ilmu dengan masyarakat atau komunita sejenis. Sejak awal dibentuk Wanadri menanamkan rasa cinta Tanah Air kepada setip anggotanya. Salah satu bentuk kepedulian Wanadri terhadap kemanusiaan adalah terlibatnya Wanadri dalam operasi SAR. Operasi itu biasanya berupa pencarian orang hilang, evakuasi, bantuan penanggulangan bencana, serta pertolongan lainnya. Operasi tersebut umumnya dilakukan atas kesadaran sendiri, dengan dana organisasi, simpatisan, dan senior yang telah mapan.

Namun, kegiatan Wanadri tidak melulu fokus kepada kegiatan alam bebas. Masalah lingkungan juga ditanggapi dengan positif oleh Wanadri. Awal tahun 2009 Wanadri bekerja sama dengan masyarakat lokal mengelola kawasan hutan dan Gunung Kareumbi. Sekitar 12.000 ha lahan, sebagian di antaranya dalam kondisi kritis, dipercayakan oleh BKSDA untuk dikelola dan dikonservasi Wanadri. Dalam waktu kurang dari satu tahun sekitar 1.200 ha wilayah sudah terdata dan dibuatkan maketnya.

Sampai sekarang peranan Wanadri masih besar dalam perkembangan dunia pecinta alam Bandung khususnya. Hampir setiap sekolah menengah atas dan perguruan tinggi memiliki kelompok pecinta alam yang mengadopsi pola pelatihan dan pendidikan dari Wanadri.

Sumber: Intisari Online

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *