Mohamad Fadli: Cinta Mati Pada Kisah Detektif Klasik

Coba tantang pria ini menyebutkan atau menceritakan tokoh detektif, ceritanya, aksi-aksinya, dan sejarahnya. Wuih, langsung tanpa tengok kanan-kiri dan mencontek catatan, pria ini dengan mudah menceritakannya. Siapa dia dan bagaimana bisa dia melakukannya?

Jadi begini ceritanya, pertama-tama, perkenalkan dulu, pria ini bernama Mohamad Fadli. Ia adalah pendiri komunitas Detectives ID atau komunitas pecinta cerita detektif. Sejak kecil Fadli–begitu nama panggilannya, ternyata sudah ikut sang ayah menonton film-film polisi di televisi pertama Indonesia. Katanya, sang ayah memang mengagumi aksi-aksi polisi di film itu. Kakek Fadli juga berprofesi sebagai polisi. Mungkin hal itu yang mendorong sang ayah jadi menyukai cerita dan dunia kepolisian.

Kegiatan menonton yang dilakukan bersama ayah ini lambat laun membuat Fadli ketagihan hingga sekarang ini. Jadi tak heran kalau Fadli hafal betul semua seluk beluk cerita detektif atau polisi yang kental aksi dan pemecahan misteri.

Rasa candunya ini kemudian mendorongnya mendirikan komunitas Detectives ID, wadah yang menghimpun para penyuka cerita detektif dan juga para penulis cerita detektif. Bersama anggotanya Fadli sering melancarkan kegiatan diskusi, nonton bareng film detektif, dan menulis cerita. Seminar dan workshop yang menambah ilmunya juga rutin digelar.

“Kami sering buat seminar psikologi  dan kriminologi juga. Jujur, lewat kegiatan ini pengetahuan kami soal psikologi dan kriminologi meningkat. Positifnya, kedua unsur tersebut bisa digunakan untuk memperkaya cerita detektif yang sedang saya dan teman-teman tulis,” tandasnya.

Ketika ditanya soal tokoh dan cerita kesukaannya, Fadli menjawab ‘Columbo’. Sosok ini tak akan kita temukan dalam cerita detektif masa kini, pasalnya ia populer di era 70-an. Sangat klasik memang.

“Inilah yang menjadi ciri khas saya, kisah detektif klasik, kuno, bahkan yang masih memiliki tone warna hitam putih justru yang paling menarik minat saya. Tapi bukan berarti saya nggak tahu tokoh-tokoh detektif yang banyak digandrungi anak-anak muda jaman sekarang, lho!” serunya seraya terbahak.

Bukan sekedar suka dan kecanduan belaka, bagi pria yang kesehariannya menjalankan profesi sebagai jurnalis di sebuah majalah musik ini, ada banyak ilmu dibalik cerita-cerita detektif.  Ada riset mendalam di baliknya yang bisa menambah ilmu bagi siapapun yang membacanya. Mulai dari ilmu psikologi, politik, zat kimia berbahaya, kriminologi, hingga ilmu hukum.

Sebenarnya tak ada niatan sama sekali mendirikan komunitas kata Fadli. Ia niatnya hanya ingin berbagi dalam blog pribadi dan media sosial miliknya. Akan tetapi setelah banyak mengenal orang yang punya kesamaan minat terhadap kisah detektif di suatu acara kumpul-kumpul komunitas penggemar Sherlock Holmes, ia mulai membangun jejaring. Singkat cerita, pada tahun 2014, tepatnya bulan November, ia dirikan komunitas yang sudah berhasil menggaet puluhan orang ini.

Tak terasa, dua tahun sudah umur komunitasnya. Kata pria yang pernah mengambil studi sastra Inggris ini, ia merasa makin punya banyak teman karena sering bertemu banyak orang dari beragam profesi yang punya kesamaan minat dengannya. Ia juga bertemu dengan banyak penulis kisah detektif dari berbagai genre, mulai dari misteri, kriminal dan thriller. Pengetahuannya yang kaya akan kisah detektif klasik juga banyak diapresiasi, bahkan oleh kalangan pecinta detektif mancanegara.

“Saya gabung di grup pecinta detektif luar negeri dan rasanya saya satu-satunya yang berasal dari Asia Tenggara. Saya suka berbagi cerita detektif jadul yang bahkan kadang mereka nggak tahu dan karena itu mereka mengapresiasi saya,” tandasnya.

Sebelum menutup perbincangan sore itu ia menaruh harapan untuk komunitasnya. Ia berucap doa, semoga proyek buku kumpulan cerita detektif karyanya bersama para penulis di Detective ID bisa diterbitkan, sekaligus mengadakan kegiatan perkumpulan besar para pecinta detektif. Ia juga ingin sekali menanamkan kepada masyarakat soal budaya membaca, terutama dalam hal membaca dan mengapresiasi karya sastra Indonesia.

“Seperti yang kita ketahui, minat baca orang Indonesia sangat rendah. Berbeda sekali dengan masyarakat di luar negeri, Amerika misalnya. Anak-anak mereka kan dibacakan dongeng sebelum tidur, jadi membaca itu sudah menjadi sebuah kebiasaan sejak kecil,” tutupnya.

 

Dokumentasi: Mohamad Fadli 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *